20. MASIH TENTANG CEMBURU

40.8K 2.8K 189
                                    


Setelah Agni tertidur, Revan keluar kamar untuk menemui Zahra di kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul sebelas malam, namun Zahra belum juga tidur. Zahra sedang berdiri di balkon kamarnya saat Revan masuk ke kamar. Revan langsung menghampiri Zahra lalu memeluknya dari belakang. Hampir saja Zahra berteriak karena kaget.

"Kenapa belum tidur? Ini sudah malam," tanya Revan sambil menumpukan dagunya di bahu Zahra.

"Belum ngantuk."

"Mikirin apa, sih?"

"Nggak mikirin apa-apa."

"Jangan bohong!"

"Siapa juga yang bohong."

"Hem, maafin sikap kekanakan Rara, ya...."

"Maksudnya?"

"Nggak seharusnya dia seperti itu. Nggak seharusnya dia menceritakan semuanya. Harusnya dia bisa jaga perasaan kamu, seperti kamu menjaga perasaannya."

"Mas kenapa  sih, semenjak ada Mbak Agni, kok Mas jadi berubah?"

"Berubah gimana?"

"Jadi ada manis-manisnya gitu." Zahra tersenyum.

"Kok ngiklan, memangnya aku air mineral."

"Serius Mas, sikap Mas berubah jadi ... lebih baik ke aku."

Revan tersenyum. "Karena aku udah janji sama kamu, akan memperbaiki hubungan kita. Maafkan sikapku kemarin-kemarin ke kamu, ya ...."

"Jangan minta maaf terus, dong, Mas. Kita lupakan semuanya. Kita buka lembaran baru untuk rumah tangga kita bertiga," ucap Zahra seraya membalik badannya.

"Terima kasih untuk pengertian dan keikhlasan kamu," balas Revan tulus kemudian mencium kening Zahra. Mata, hidung lalu bibir tipisnya.

"Mas!" Zahra memekik kaget saat Revan menggendongnya ke dalam.

Zahra diletakkannya di kasur. Kemudian Revan menindihnya. Malam itu berakhir saat mereka saling menyebutkan nama pasangan mereka. Untuk pertama kalinya Revan menyebutkan nama 'Zahra' saat pelepasannya. Zahra sangat bahagia. Paling tidak, ia memiliki kesempatan untuk dicintai suaminya, Revan.

Mereka tidur dengan saling memeluk tanpa terlebih dahulu menggunakan pakaian mereka. Revan lupa jika niat awalnya hanya untuk meminta maaf pada Zahra. Revan juga lupa bahwa seharusnya malam ini ia tidur bersama Agni.

***

Sementara itu, pukul tiga pagi Agni terbangun. Dia meraba sisi samping tempat tidurnya. Kosong. Agni membuka matanya perlahan. Tidak ada Revan di sampingnya. Ia mencoba mencari di kamar mandi. Tidak ada juga. 'Kemana Mas Revan?' batin Agni.

Agni keluar dari kamarnya. Entah kenapa kakinya membawanya ke lantai atas. Di depan kamar Revan dan Zahra, Agni ragu apakah harus membukanya atau tidak. Dia takut jika menemukan Revan di dalam. Takut melihat Revan berpelukan dengan Zahra. Jika sebelum Zahra mengetahui hubungannya dengan Revan, Agni rela menjadi yang kedua, namun sekarang entah kenapa keegoisan mendominasi hati dan pikirannya. Dia tak ingin jika Revan memperlakukan Zahra sama seperti Revan memperlakukannya.

Tetap dengan keraguan, Agni membuka pintu di depannya. Tidak dikunci. Hanya ada lampu tidur remang-remang yang dinyalakan. Namun, Agni masih dapat melihat. Sepasang manusia yang sedang berbagi selimut. Agni juga tahu, bagaimana keadaan di balik selimut itu. Karena sepasang tubuh manusia itu sedang berpelukan. Dengan tangan berada di luar selimut tanpa sehelai benang.

Seketika rasa sesak menyelimuti hatinya. Dia mulai meragukan perasaan Revan padanya.
'Sesakit inikah saat kamu tahu suamimu tidur dengan wanita lain, Ra?' batin Agni bersamaan dengan turunnya air mata.

Cinta SendiriTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang