LIMA PULUH TIGA : Hopeful Girl

168K 14.9K 2.3K
                                    

"Nah, tadi kan kita sudah membahas tentang salah satu legenda yang berasal dari Jawa Barat yaitu Gunung Tangkuban Parahu." Bu Hilma berbicara dengan aksen sundanya yang kental, ia adalah guru bahasa Indonesia yang disenangi murid-muridnya karena dikenal ramah dan baik hati.

Bu Hilma mengedarkan pandangannya, tetapi ia segera menyadari bahwa salah satu muridnya tidak memerhatikan dengan benar. Dia Lalisa, siswi itu hanya menunduk dan mencorat-coret kertas tanpa alasan yang jelas.

Oleh karenanya Bu Hilma mencoba melontarkan pertanyaan untuk memastikan Lalisa fokus atau tidak.

"Nah Lalisa Kiana, legenda Tangkuban Parahu dikenal juga dengan nama?"

Lalisa mendongak kaget ketika namanya disebut. Sedari tadi ia sibuk memikirkan cowok kurang ajar yang kini sedang menjalani perawatannya di rumah sakit.

Ia kalut, mengkhawatirkan keadaan Samudra yang selalu mempunyai berbagai kemungkinan. Yang baik, ataupun yang buruk.

Tadi Bu Hilma bertanya apa ya? Tangkuban Parahu?

"Iya Bu?"

Bu Hilma menarik napasnya dalam-dalam. Benar dugaannya bahwa Lalisa tidak memerhatikan, ia kemudian mengganti pertanyaan tadi.

"Dalam legenda yang tadi ibu ceritakan ada dua tokoh utama, yaitu Dayang Sumbi dan?"

Entah karena Lalisa terlalu memikirkan seseorang, atau lidahnya yang keseleo sehingga mengucapkan jawaban yang membuat siswa sekelasnya tertawa.

"Dayang Sumbi sama Samudra Bu."

"Apa?" Bu Hilma berjalan mendekati meja Lalisa dan Mila.

Menyadari jawabannya salah, Lalisa meringis dan berharap Bu Hilma tidak memarahinya. "Eh bukan Bu, maksud saya Sangkuriang."

Bu Hilma mengembuskan napasnya pelan. "Lalisa, ibu tahu kamu sama Samudra ada hubungan. Koreksi, semua orang juga tahu. Wajar kamu mengkhawatirkan Samudra tetapi harus tahu waktu dan tempat, ini pelajaran saya dan kamu harus fokus. Bisa kan?"

Lalisa mengangguk lemah. "Maaf ya Bu."

∆∆∆

"Yakin nggak mau dianter Lis?" Lalisa menggeleng ketika Rosa duduk di mejanya.

"Nggak usah, gue mau ke suatu tempat dulu."

"Ke mana? Gue anterin."

"Beli buah, kira-kira buat orang sakit apaan ya?" Rosa mengerutkan keningnya tanda berpikir. "Palingan pisang, mangga, terus buah yang lunak aja."

"Oke."

"Ya? Gue anterin ya? Gue gabut nih Lis, di rumah nggak ada siapa-siapa."

"Emang nyokap bokap lo pada kemana?"

"Biasa, kerja."

"Oh."

"Ya? Gue anterin ya?"

"Yaudah, bawel amat lo Ros."

Keduanya kemudian pergi menuju parkiran menghampiri mobil Rosa, Mila tidak bisa ikut karena ada masalah keluarga. Sedangkan Jennie akan kencan dengan Oldan.

"Lo mau beli buah doang? Bunganya nggak?" tanya Rosa ketika keduanya sudah masuk ke dalam mobil.

Lalisa mendengus. "Nggak perlu lah Ros, lagian kesannya malah mau apaan ngasih bunga? Kayak mau ngelayat aja."

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang