LIMA PULUH DUA : Accident

168K 15.9K 1.9K
                                    

Lalisa keluar dari ruangan Samudra setelah menyimpan tasnya, ia berencana untuk pergi ke kantin rumah sakit karena merasa lapar.

Entahlah, selain lelah yang dirasakannya pada tubuh atau fisik Lalisa juga merasa lelah dengan pikirannya. Ia terlalu memikirkan Samudra, berpikir tentang kemungkinan ini atau kemungkinan itu. Bagaimana jika Samudra begini atau begitu.

Overthinking.

Lalisa tak dapat memungkiri jika hatinya sudah dimiliki oleh Samudra sepenuhnya, mungkin itu sebabnya mengapa ketika cowok itu sedang kesakitan ia juga merasa sesuatu yang tidak enak di dalam hatinya.

Dan dengan kepala yang lagi-lagi berpikir keras Lalisa merutuki dirinya sendiri, karena sekarang ia merasa tidak enak.

Semoga tidak terjadi apa-apa, atau jantungnya bisa melompat keluar karena terus-menerus berdetak lebih kencang.

"Oi Lis! Ngapain lo malah diem di depan kamar rawat Samudra? Nggak masuk?" Lalisa menoleh dengan cepat karena terkejut, matanya kemudian melihat Johan, Jonathan, June, Oldan dan Mingyu yang tampak kompak datang dengan masih memakai seragam.

"Eh kak, tadi udah masuk kok. Sekarang mau ke kantin dulu." Johan manggut-manggut mengerti.

"Samudra gimana Lis?" Mingyu membeo.

"Ya gitu lah kak, masih harus sering-sering istirahat. Jangan kebanyakan bergerak dulu."

"Oh."

"Cuma kalian yang ke sini? Yang cewek nggak?" tanya Lalisa sambil menoleh kesana-kemari.

"Masih di bawah di kantin, beli makanan. Lama banget emang," jawab Jonathan agak kesal.

Lalisa terkekeh. "Biasa kak, cewek."

"Sore Lis." Lalisa menoleh ketika mendengar sapaan dari suara yang dikenalnya.

"Sore Seol, yang lain mana?" Seola mengangkat bahunya. "Nggak tau, tadi sih katanya ke toilet."

"Gue heran sama cewek," celetuk Mingyu tiba-tiba.

"Heran kenapa?" Oldan memandang temannya itu dengan sedikit bingung.

"Ya kenapa ke toilet harus bareng-bareng?" lanjut Mingyu yang berhasil membuat yang lain ikut mengerutkan dahinya.

"Lis, Seol, jawab coba." Jonathan menatap Lalisa dan Seola dengan penasaran.

"Lebih ke takut sih, terus biasa bareng kemana-mana."

"Takut apaan? Ada sadako keluar dari kloset?" Johan kemudian tertawa mengejek.

"Ya siapa tau ada kejadian yang nggak terduga," ucap Lalisa membela Seola, di samping itu ia merasa agak dipandang sebelah mata dalam urusan pergi ke toilet.

Meskipun ia merasa agak konyol karena mengapa mereka harus membahas kebiasaan perempuan yang satu itu?

"Terus kenapa harus rame-rame? Mau pamer terus konser?" Mau tak mau Lalisa terbahak dengan celetukan Johan, begitu juga dengan Seola.

"Artis kamar mandi," timpal Mingyu.

"Eh kalian mau masuk semua ke dalam?" tanya Lalisa kemudian setelah tawanya reda, dengan ibu jari yang menunjuk pintu ruangan Samudra.

"Maunya sih gitu Lis."

"Tapi?"

"Ya mungkin satu-satu buat liat doang."

"Iya kak jangam sam---"

Belum juga selesai Lalisa mengucapkan kalimatnya terdengar suara berdebam seperti sesuatu yang jatuh ke lantai, Lalisa dan yang lain sempat bertatapan sesaat.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang