TIGA PULUH SEMBILAN : Laugh and Love

239K 17.1K 898
                                    

Lalisa menatap rumah besar di depannya ini dengan pandangan kesal dan senyuman masam, hari itu hari Senin. Dan Samudra memaksanya untuk pergi ke sekolah, padahal ia yakin Samudra belum sembuh benar. Mengapa? Karena sejak Hari Jum'at kemarin Samudra tidak henti-hentinya bermanja-manja kepadanya. Mulai dari selalu meminta Lalisa untuk mengelus kepalanya sampai meminta pelukan sebelum tidur. Lebay.

Samudra tampak tersenyum cerah ketika melihat kedatangan Lalisa yang kini sedang berjalan kearahnya, tetapi cewek itu terlihat tidak terlalu senang.

"Kok kamu cemberut sih Lis? Nggak kangen berangkat sekolah bareng aku?" Lalisa mendesakkan lidahnya pelan.

"Emang kamu udah sehat? Masih keliatan lemes kayak gitu," tanya Lalisa balik. Samudra malah menaikkan pundaknya sebentar.

"Aku ngerasa udah baikan." Lalisa memutar bola matanya malas.

"Awas aja kalo kamu sakit lagi." Samudra menaikkan sebelah alisnya ketika mendengar gerutuan Lalisa itu.

"Kenapa?"

"Nanti kalo kamu sakit siapa yang repot? Aku," tandasnya. Samudra tertawa kecil, yang langsung disambut pelototan gratis dari Lalisa.

"Kok malah ketawa?" protes Lalisa kesal.

"Kamu ngegemesin tau nggak." Samudra mengacak-acak rambut Lalisa pelan.

"Sekarang kita ke sekolah naik apa?" tanya Lalisa untuk mengalihkan topik pembicaraan.

"Mobil aku lah." Lalisa mengernyitkan dahinya.

"Nggak bakalan nabrak gara-gara kamu masih lemes kan?" Samudra menggelengkan kepalanya pasti.

"Mending aku yang nyetir deh, kamu hari ini diem aja." Samudra sempat terkejut dengan ucapan yang Lalisa lontarkan, ia tidak salah dengar kan?

"Mana kunci mobilnya?"

"Kamu yakin bisa? Nggak bakalan nabrak pohon di depan komplek kan?" Lalisa mendengus.

"Ya nggak lah Sam, mana?" Samudra menyerahkan kunci mobilnya, lagipula ia penasaran dengan kemampuan menyetir Lalisa.

Keduanya masuk ke dalam mobil dan memasang sabuk pengamannya masing-masing,

"Siap?" tanya Lalisa sambil menghidupkan mobil, Samudra refleks mengangguk. Tetapi ia sendiri merasa geli, seolah-olah akan terjadi hal yang mendebarkan kedepannya.

Menit-menit awal perjalanan Lalisa mengemudikan mobil dengan lancar, tetapi ketika ia sampai di belokan Samudra hampir saja terlonjak kaget dari duduknya. Karena bukannya memperlambat mobil pacarnya ini malah menambah kecepatan, sehingga hampir saja mereka menabrak pohon besar di belokan komplek.

"Sorry," cicit Lalisa meringis. Samudra menghela napasnya dalam-dalam, kini ia mempelajari suatu hal yang penting.

Jangan pernah biarkan Lalisa memegang kemudi mobil. Serius.

"Mending gantian deh Lis, kamu nyetirnya nggak bener," cecar Samudra sambil fokus memperhatikan jalan di depannya, siapa tahu ada hal yang tidak diinginkan terjadi. Kucing lewat misalnya.

Dan benar saja, 3 detik kemudian Lalisa mengerem mobil secara mendadak karena ada seekor kucing berwarna coklat lewat dan menyebabkan mereka hampir saja membentur kaca mobil. Lalisa kembali meringis.

"Mending gantian aja Lis."

"Nanggung Sam, udah deket juga." Lalisa kembali memajukan mobil dan memacunya dengan kecepatan sedang, saat belokan terdengar kembali omelan Samudra.

"Lalis kalo belok ke kiri ya sennya juga ke kiri, bukan malah ke kanan," sahut Samudra.

Lalisa tidak memperdulikan ucapan Samudra tadi dan mencoba fokus untuk memasukkan mobilnya ke daerah parkiran SMA Pelita, untung saja hari itu masih pagi sehingga tidak terlalu banyak kendaraan yang terparkir disana. Lalisa memarkirkan mobil dengan mudah.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang