TIGA PULUH EMPAT : Hujan

153K 12.9K 169
                                    

Lalisa berlari di koridor, sesekali celingak-celinguk untuk mencari keberadaan Samudra ataupun Joshua kala itu. Ia hanya takut Samudra akan memukul Joshua lagi seperti dulu.

Dengan kesal ia naik tangga ke arah kelas Samudra, tetapi tidak ada siapapun disana.

Lalisa turun lagi dan berniat untuk pergi ke taman belakang sekolah, karena biasanya Samudra ada disana. Tetapi ketika ia baru sampai ke lantai pertama seseorang menarik tangannya.

"Nyariin aku?" Lalisa menatap cowok dihadapannya itu dengan kesal.

"Lo nggak ngapa-ngapain Joshua kan?" Samudra langsung menatap Lalisa tak suka.

"Kamu ngomong apa tadi?" Lalisa menghembuskan napasnya.

"Kamu nggak ngapa-ngapain Joshua kan?" Samudra tidak menjawab pertanyaan dari Lalisa itu dan malah memilih untuk menariknya ke arah parkiran.

"Kok nggak jawab sih Sam? Kamu nggak ribut sama Joshua kan?" Samudra berdecak.

"Ribut kayak gimana? Si anjing malah diem aja nggak ngelawan, kayak banci." Batin Samudra dalam hatinya.

"Nggak usah nyebut nama-nama orang itu lah Lis, enek dengernya." Ucap Samudra sambil membukakan pintu untuk Lalisa.

Lalisa sendiri hanya menghela napasnya dalam dan masuk ke dalam mobil menggerai rambut panjangnya yang sedari tadi diikat. Samudra masuk ke dalam mobil dan segera mengeluarkan mobilnya dari daerah parkiran sekolah.

Lalisa mengerutkan keningnya heran ketika Samudra hanya membawa mobilnya itu untuk menyebrangi jalan menuju kafe milik Samudra. Jujur, Lalisa merasa sedikit konyol.

"Kalo kayak gini mah nggak pake mobil 5 menit juga nyampe Sam."

"Biar nggak ribet nanti bawa mobilnya."

Mereka keluar dan langsung masuk ke dalam kafe. Lalisa hanya berjalan mengikuti Samudra yang naik ke lantai atas, disana terdapat meja yang desainnya berbeda dengan yang di bawah. Lebih simple tetapi tetap terlihat elegan.

Samudra memilih duduk di dekat jendela, Lalisa ikut duduk dengan agak malas.

"Ngapain kesini Sam?" Samudra menoleh.

"Kamu nggak laper?" Lalisa menggelengkan kepalanya.

"Nggak."

"Kalo gitu aku cuma mau duduk disini bareng kamu." Samudra menatap lurus melihat mata bulat Lalisa.

"Ngeliatnya nggak usah gitu banget bisa nggak Sam?" Samudra tertawa kecil.

"Kenapa emang?"

"Ya.. nggak papa, tapi mata kamu itu tajem banget tau."

"Ngomong aja kalo kamu malu diliatin sama aku, diliatin sama yang ganteng mah beda ya?" Lalisa mendengus.

"Mulai deh pdnya." Samudra hanya tersenyum dan mengacak-acak rambut Lalisa gemas.

"Aku boleh pesen nggak nih?" Samudra menaikkan alisnya.

"Tadi katanya nggak laper, kok sekarang malah mau pesen?"

"Pesen ice cream aja buat ngemil." Samudra menoleh ke arah jendela ketika mendengar suara rintik hujan.

"Hujan, kalo kamu sakit gimana?"

"Nggak, nggak bakalan." Samudra melambaikan tangannya ke arah pelayan laki-laki yang berambut panjang.

"Ice cream coklat satu Ga." Angga, menoleh ke arah perempuan yang duduk di hadapan Samudra dengan takjub. Cantik juga.

"Ngeliatin siapa lo?" Angga seketika menjadi gelagapan.

"Nggak.. nggak. Emm ice cream coklat kan?" Samudra mengangguk sekilas.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang