DUA PULUH TIGA : Janji

298K 21.9K 418
                                    

Samudra menghela napasnya pelan, melihat Lalisa yang masih cemberut padanya membuat ia menjadi bingung.

Ia sudah minta maaf kan? Lalu kenapa Lalisa kelihatannya masih marah padanya?

"Lis jangan cemberut gitu, masih marah sama aku?" Lalisa menoleh dan menggeleng.

"Nggak." Balasnya singkat.

"Terus kenapa masih cemberut kayak gitu?" Lalisa diam sejenak.

"Sam, sekarang semester dua kan?" Samudra mengangkat sebelah alisnya dan mengangguk.

"Emang kenapa Lis?" Lalisa memainkan ujung jaketnya tidak jelas, memiringkan kepalanya berpikir apakah ia perlu mengatakan sesuatu yang sudah mengganjal dari malam tadi.

"Kalo gitu kamu makin cepet keluar ya?" Samudra menggaruk kepalanya yang tidak gatal dengan tangan kirinya.

"I ... iya."

"Kamu bakal ngelanjutin kuliah dimana?" Lalisa menatap Samudra penuh harap. Meskipun ia yakin Samudra akan melanjutkannya di luar negeri. Melihat kepintaran Samudra dan fakta bahwa Samudra adalah penerus bisnis milik ayahnya.

"Amrik mungkin," balas Samudra dengan suara kecil. Ia rasanya tidak tega mengucapkan hal itu karena bisa saja membuat Lalisa kecewa, tetapi ia harus menjawab dengan jujur kan?

Suasana menjadi canggung dalam beberapa menit.

"Kenapa kamu nanya kayak gitu Lis?"

"Aku ngerasa belum siap aja kalo kamu pergi," balas Lalisa to the point. Samudra tersenyum tanpa sadar.

"Lis, kalo aku nanti kuliah ke Amrik. Jangan berpaling dari aku ya." Lalisa hanya diam tidak menjawab dan menatap lurus ke depan.

"Iya, aku bakal berusaha," lirih Lalisa.

∆∆∆

Jennie menatap salah satu sahabatnya itu dengan heran. Lalisa yang biasanya super ceria + aktif kayak ibu-ibu yang suaminya baru gajian kok sekarang jadi murung terus banyak ngelamun kayak gini?

Jennie menyentuh bahu cewek itu, Lalisa menoleh dan mengangkat kedua alisnya.

"Apa?" tanya Lalisa lemas.

"Lo kenapa?" ucap Jennie sambil menggigit wafer stroberinya.

"Nggak papa," balas Lalisa yang kembali menopang dagunya, lalu menatap kosong ke depan.

"Jujur sama gue deh Lis, jan rahasia-rahasiaan gitu ah," cibir Jennie ketika melihat sahabatnya itu menyembunyikan sesuatu.

"Tapi jangan ledek gue ya." Jennie mengusap hidungnya.

"Lah kenapa emangnya?"

"Lo tau kan kalo Samudra itu kelas dua belas?" Jennie mengangguk membenarkan.

"Ya terus?" heran Jennie.

"Ya berarti dia kan lebih cepet keluar dari gue bego, terus katanya kuliah mau di Amrik," ucap Lalisa cemberut.

"Ya gak heran sih Lis, dia kan pinter. Tajir lagi." Lalisa mendengus.

"Ih elomah reaksinya kok gitu?!"

"Lah emang gue kudu ngerespon kayak gimana?"

"Ya ... nggak gitu juga. Maksudnya gue udah mulai sayang sama dia tapi kok dia malah mau cabut ke Amrik." Lalisa mengerjapkan mata bulatnya yang terasa memanas.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang