Beberapa jam di pesawat membuat alva bagai mati kebosanan walau handsfree tersemat ditelinganya. Alva menatap kaca pesawat yang menampilkan gumpalan awan putih. Alva baru bernafas lega saat seorang pramugari mengumumkan pesawat mereka akan mendarat sebentar lagi.

15 menit kemudian pesawat mereka mendarat di bandara internasional Charles de Gaulle. Ketiganya segera berjalan ke arah sekumpulan taxi yang berjejer rapi. Mereka menaiki taxi jejeran depan setelah menyebutkan hotel dimana mereka tempati.

Namun saat alva hendak memasuki taxi, alva menangkap sosok yang pernah di lihatnya tapi entah dimana. Sejenak alva mencoba memutar ingatannya, dan persekian detik alva melotot tak percaya, ya alva tak salah lagi itu adalah varell, kaka frilla. Walau alva belum pernah bertemu langsung, hanya melihat dari foto-foto yang sering ditunjukkan oleh frilla saat mereka berpacaran. Tanpa berpikir panjang alva langsung mengejar varell, membiarkan kedua sahabatnya memanggil namanya. Alva hampir saja kehilangan jejak varell jika saja ia tak berlari sekencang mungkin.

Nafas alva mulai tersengal-sengal, tapi ia tak peduli, ini adalah kesempatan dimana alva dapat menemukan pujaan hatinya, frilla. Saat hampir saja alva menggapai bahu varell, orang-orang seakan menghalanginya dengan melintasi didepannya. Rasanya alva sudah lelah, dengan membungkuk, memegangi kedua lututnya lalu matanya tak lepas memandangi varell yang mulai menjauh. Dengan kekuatan penuh alva memanggil varell, membuat orang-orang disekitar mereka menatap tajam alva yang mengganggu pendengaran mereka. Alva mengacuhkan tatapan dari sekitar, yang terpenting sekarang adalah membuat varell menoleh kearahnya. Sekali lagi alva berteriak lebih kencang memanggil varell. Varell menoleh ke arah belakang merasa dirinya di panggil oleh seseorang. Tapi varell tak menemukan siapapun yang memanggilnya, ahh mungkin hanya perasaan varell saja di tengah kekalutan ini. Varell kembali melangkah lebih cepat meninggalkan bandara.

Alva mengumpat kesal melihat orang-orang menghambat penglihatannya sehingga kehilangan jejak varell. Alva menegakkan tubuhnya kembali berjalan kearah teman-temannya yang masih menunggunya dengan tatapan kesal.

Pikiran alva saat ini kacau, sangat terlihat di raut wajahnya. Ben yang ingin meledakkan bom kembali bungkam melihat betapa lesunya alva saat ini.

Tanpa berbicara alva memasuki taxi, duduk di samping pengemudi lalu memasang sabuk pengamannya dan memejamkan matanya.

Kedua sahabatnya menatap alva heran, namun tetap bungkam membiarkan alva sejenak. Jorsh menyuruh supir taxi segera menjalankan taxinya menuju hotel mereka.

"Hey al, what happen..?"tanya jorsh ketika alva menghempaskan tubuhnya kuat ke ranjang hotel

Alva menghembuskan nafas, lalu mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya "You know, I saw someone"kedua sahabat alva mengerutkan dahinya tak mengerti

Jorsh melihat ke arah ben, meminta jawaban tetapi ben sendiri juga tidak mengetahuinya, hanya mengangkat kedua bahunya "Who..?"tanya ben dengan rasa penasaran

"Brother frilla"jawab alva pelan

Mendengar jawaban alva, ben membelalak kaget sedangkan jorsh masih belum mengerti "You're sure al, it could be wrong"

Alva langsung menggelengkan kepalanya, tidak mungkin ia salah lihat, walapun selama ini alva hanya melihat sosok varell hanya dari foto, tapi perbedaan dengan aslinya tak begitu mencolok, alva yakin akan hal itu, ia tidak mungkin salah seperti yang di katakan ben.

"I couldn't be confusing me with Ben, although we never met but I'm sure it's definitely varell"ben melihat alva tampak begitu frustasi dengan mengacak-acak rambutnya lalu memukul kasur berulang-ulang

Jorsh yang tidak tau menau tentang yang di bicarakan alva hanya bisa bungkam sambil mendengarkan pembicaraan kedua sahabat itu.

"That means that varell here frilla also here"ben langsung mengemukakan pikirannya

Alva mengangguk-angguk lesu "I hope so too"ben menghampiri alva lalu menepuk bahu sahabatnya pelan

Ya alva berharap dapat bertemu kembali dengan varell, karena varell adalah kunci dimana keberadaan frilla. Tapi saat alva melihat gerak-gerik varell sepertinya sangat terburu-buru, apakah ada sesuatu yang terjadi pada mereka, atau sesuatu terjadi pada frilla, tidak.. Alva menggelengkan kepalanya, membuang segala fikiran buruk tentang frilla.

Sepertinya alva memang harus istirahat agar fikirannya tenang kembali. Alva memejamkan matanya dengan susah payah hingga alva benar-benar terlelap.

Mendengar nafas alva mulai teratur menandakan sudah terlelap, barulah ben dan jorsh menyusul, tidur di samping alva.

Di sebuah ruangan yang sangat asing bagi alva terlihat ada anak kecil sedang menangis sambali berjongkok. Alva menghampiri anak kecil itu lalu ikut berjongkok.

"Hey adik kecil, kenapa menangis, dimana ibumu..?"alva menoleh ke kanan ke kiri tak melihat sosok wanita, ibu dari anak kecil itu

"Daddy jahat, daddy gak sayang sama aku, daddy bunuh aku, daddy jahat"teriak anak itu mendorong alva hingga terjatuh

Alva menatap heran anak kecil itu yang terlihat menangis menatap matanya, tiba-tiba saja alva merasakan jantungnya seperti di tusuk melihat tatapan kepedihan anak itu

"Hey apa maksud kamu, dimana ibumu..?"sekali lagi alva bertanya

"Daddy jahat, daddy ninggalin aku sama mommy, daddy gak sayang aku dan mommy"anak kecil itu langsung berlari usai berteriak ada alva, yang sama sekali tidak di mengerti alva

Entah mengapa alva mengejar anak kecil itu, lalu tubuhnya kaku seakan tak bisa bergerak melihat sosok anak laki-laki kecil itu di dalam gendongan perempuan yang dirindukannya.

"Frr..frii.lla.."panggil alva terbata-bata

"Untuk apa kamu mengejar kami kesini al..?"tanya frilla dengan tatapan sedihnya

"Di..dia siapa fri..?"tanya alva mengabaikan pertanyaan frilla, menunjuk anak laki-laki kecil dalam dekapan frilla

"Kamu lupa al..? Dia anak yang kamu tolak kehadirannya, dia anak kita al, anak yang kamu suruh menggugurkannya"alva membelalakan matanya mendengar penjelasan frilla

Alva berjalan mendekati frilla "Jangan mendekat al"alva menghentikan langkahnya menatap bingung pada frilla

"Pergilah al, jangan cari kami lagi, kami sudah bahagia, aku akan berusaha membesarkan dia sendiri"ucap frilla sambil mengelus rambut anak kecil itu

"Apa yang kamu katakan fri, kalian itu milikku"alva begitu berang mendengar ucapan frilla

"Kamu lupa al, kamu menolak dia, lalu memutuskan ku dan bertunangan dengan perempuan lain, hiduplah bahagia al, begitu juga kami, jangan pernah mencari kami lagi"tak terasa air mata alva menetes, meratapi kesalahannya

"Fri please maafkan aku, aku berjanji akan menerima dia, dan kita akan memulai hidup baru"frilla tersenyum lemah lalu menggeleng

"Terlambat al, aku sudah mendapatkan pria lain, dia sanat menyayangi anak kita, selamat tinggal al"frilla berjalan meninggalkan alva yang kini menangis menatap kepergian frilla bersama anaknya

"Kamu milikku fri, kalian milikku, aku akan merampas kembali apa yang telah ku miliki sejak awal, walaupun dengan cara kotor sekalipun, ingat itu fri, aku akan menjemput kalian"alva berteriak pada frilla yang kini mulai tak terlihat

Di alam bawah sadar alva terlihat begitu gelisah, keringat bercucuran walaupun AC telah menyala. Kepalanya menoleh ke kanan dan ke kiri, membuat pergerakan pada kasur mereka. Ben dan jorsh terbangun merasakan goncangan pada kasur mereka dan melihat alva bercucuran keringat dan air mata. Ben segera membangunkan alva yang terlihat seperti mimpi buruk.

Nafas alva memburu ketika membuka matanya karena merasakan tepukan pada bahunya. Mata alva menelusuri kamar hotel, lalu menghelakan nafas gusarnya, takut apa yang di mimpikan akan menjadi kenyataan.

"Hey al, what wrong with you..?"tanya jorsh namun alva hanya bungkam

'Kalian hanya milikku fri, apapun caranya, walaupun dengan cara kotor sekalipun'kecam alva dalam hati

My Baby BoyWhere stories live. Discover now