EMPAT PULUH ENAM : Afraid

Mulai dari awal
                                    

June kembali duduk bersama Johan, sedangkan Mingyu dan Oldan memilih untuk pulang.

"Lo mau ke mana Lis?" tanya Rosa bingung ketika Lalisa bangkit.

"Gue mau jalan-jalan aja, malah overthinking kalo gue diem terus."

"Yaudah, lo hati-hati ya." Lalisa tersenyum tipis lalu mengangguk.

Kakinya yang panjang menelusuri lorong rumah sakit yang panjang dan terang, beberapa orang tampak duduk di kursi tunggu walaupun tidak banyak. Kebanyakan dari mereka menampakkan ekspresi lelah, tetapi Lalisa yakin bahwa mereka tidak diam di sana untuk menyerah mengenai keluarganya yang sakit. Dan ia juga harus seperti itu.

Lalisa terpaku sebentar ketika dokter yang tadi berbicara kepadanya keluar dari suatu ruangan, ia segera berlari dan menghampirinya dengan napas memburu.

"Oh, bukankah anda tadi yang masuk bersama ayah Samudra?" Lalisa mengangguk cepat. "Iya, bagaimana keadaan Samudra."

Si dokter melepas kacamatanya dan mengelap dengan lap khusus karena merasa berembun. "Pemeriksaannya belum selesai, tapi kami menduga kuat kalau Samudra mengalami gegar otak akibat pukulan keras di kepalanya."

Napas Lalisa tercekat, kekhawatirannya ternyata benar. "Masih dalam tahap ringan kan?"

Dokter terlihat ragu sebentar. "Sepertinya tidak, karena gejala yang terjadi menunjukkan lebih dari itu. Samudra muntah-muntah, merasa pusing, lalu kebingungan, apalagi Samudra datang dalam keadaan tidak sadarkan diri. Ia juga tampak linglung ketika ditanya, ia juga sempat pingsan tadi. Rasanya itu sudah masuk ke dalam tahap yang berat."

"Anda berbohong kan?" tanya Lalisa dengan isakan yang mulai terdengar.

"Saya tidak akan berbohong tentang keadaan pasien, tetapi saya tidak tega mengenai kejujuran saya kepada anda hari ini." Lalisa mengepalkan tangannya erat-erat.

"Apa ... saya bisa menemui Samudra?" Dokter mendesah. "Tentu saja tidak, Samudra masih dalam pemeriksaan dan kita harus membiarkannya istirahat dalam waktu 2 sampai 6 jam ini. Lebih baik anda, pulang dan beristirahat. Besok sekolah bukan? Kami pasti akan menghubungi anda jika terjadi sesuatu."

Tangisan Lalisa malah semakin keras, tetapi ia kemudian mengangguk. "Tolong hubungi saya."

Lalisa memasukkan tangannya ke dalam saku, memperlihatkan nomor ponselnya yang langsung dicatat oleh dokter.

"Baiklah, mmm ... anda harus banyak berdoa, agar Samudra cepat sembuh." Lalisa memaksakan senyumnya lalu segera berbalik ke tempat Rosa berada.

Ternyata di sana sudah ada ibunya yang sedang duduk dan terlihat menunggu. "Kamu dari mana Lis? Samudra gimana?"

"Sam ... kayaknya gegar otak ma." Ibu Lalisa segera menarik anaknya ke pelukannya, memeluk perempuan yang kini rapuh dengan erat.

"Udah udah kamu jangan nangis terus, sekarang kita pulang ya? Kamu juga butuh istirahat, mama yakin Samudra juga butuh istirahat dan nggak diganggu." Lalisa mengangguk lemah.

"Kalo gitu saya juga pulang ya tante, Lis." Rosa bangkit dan sempat memeluk sahabatnya itu erat, "lo harus kuat Lis."

"Iya Ros," balas Lalisa lemah.

∆∆∆

Lalisa naik ke tempat tidurnya dengan tubuh yang terasa sangat lemas, matanya pasti sembap dan hidungnya terasa mampet.

Dipeluknya boneka serigala yang dulu diberikan Samudra, Lalisa mencengkram benda lembut itu kuat-kuat. Seolah merasakan bahwa yang dipeluknya itu adalah Samudra, bukan boneka.

"Sam, kamu pasti sembuh kan?" gumamnya tidak jelas.

Ibu Lalisa yakin mengintip sedari tadi merasa hatinya teriris ketika melihat anak sulungnya bersedih, segera ia menghampiri Lalisa dan memakaikan selimut.

"Lalis, kamu tadi udah salat kan? Sekarang kamu tidur, istirahat. Jangan nangis terus." Ibu Lalisa memegang boneka yang dipeluk anaknya, tetapi langsung disambut gelengan kepala.

"Yaudah, kamu tidur ya. Tapi jangan lupa, daripada nangis karena ngerasa khawatir mending kamu berdoa." Lalisa mengangguk dan memejamkan matanya perlahan.

Ia ingin Samudra kembali sembuh

Kembali tersenyum kepadanya dengan hangat

Kembali bersikap posesif

Kembali ke kepadanya dengan sikap yang selalu manis.

∆∆∆

Eh saya mau tanya dulu, ini serius btw

Menurut kalian apa KEKURANGAN dari MPBB ini? Biar saya perbaiki, karena setelah liat cerita dengan tema sejenis saya ngerasa kalo MPBB ini terlalu overated dibanding yang lain yang lebih panjang dan bagus. Saya jadi ngerasa minder

Saya bukan caper, tapi ini serius nanya.
.
.
.
Btw thanks kalo kalian mau nunggu chapter selanjutnya dari kisah Samudra dan Lalisa ini:'))

Love you guys:))

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang