[22] An Adventure Of Torture (Tamat)

48 6 0
                                    


Malam ini cuacanya bagus di kota. Aktivitas kota masih terus berjalan dan mengalir di setiap sudutnya. Lampu yang gemerlapan menerangi kota tanpa henti. Suara-suara masih bisa terdengar dengan jelas. Kota ini seakan tidak pernah mati. Napasnya terus berhembus pelan-pelan.

Tiga sekawan itu sudah berbaikan. Mereka berhasil melewati semuanya dan menuju satu kesepakaatan yang sama. Memaafkan. Satu kata sederhana yang mudah diucapkan dan sulit dilakukan. Namun, mereka berhasil melakukannya dengan senang hati.

Waktu seakan berputar lagi menuju masa yang telah lewat. Saat di mana mereka bertiga bersama tanpa perlu memikirkan apapun. Siapa sangka mereka bisa melakukan hal ini lagi dengan sangat mudah. Ah, bukan mudah sebenarnya. Mereka bisa melakukannya lagi karena masih memiliki keinginan.

Melompati gedung-gedung tinggi, mereka mengelilingi kota bersama. Saling sombong dengan reputasi mereka di media massa, memamerkan keahlian mereka sekarang hingga saling ejek mengenai kisah lama. Mereka mengatakan semuanya tanpa beban.
Kehidupan mereka akan berubah dan jadi lebih baik.

Itoshi, Haruka, dan Rache memikirkan hal yang sama.

''Aku jadi ingat,'' Itoshi bersuara, ''kenapa Heinz menyamar menjadi Sein? Aku tahu ia sedang mengincarmu tapi apa alasannya?''

''Biar kutebak,'' sambung Rache cepat, ''ia jatuh cinta padamu, iya, kan, Haruka?'' Rache menoleh kearah Haruka disusul Itoshi yang serius menanggapinya.

Yang ditoleh melirik sebentar sebelum menatap kedepan lagi lalu mengangguk kecil. ''Orang aneh itu jatuh cinta padaku.''

''Bagaimana sekarang?'' Rache melirik Itoshi dengan seringai kecilnya. ''Aku bercanda kok,'' sahutnya begitu Itoshi balik menatap tajam. ''Yah, kau pantas mendapat yang lebih baik dibanding si Heinz itu.''

Itoshi berdehem, ''Reika-san akan mengurusnya dengan baik.''

''Sangat baik,'' Rache menyetujui.

Haruka berhenti di salah satu atap gedung perusahaan ternama di kota itu. ''Aku sudah tidak sanggup. Kita di sini saja,'' ucapnya lalu duduk di tepi gedung itu.

''Ja,'' setuju Rache yang kemudian duduk di kiri Haruka.

Itoshi sendiri duduk di samping kanan Haruka. Ia tidak mengucapkan apapun karena memilih memandangi suasana kota dan mendengarkan perdebatan kecil antara Rache dan Haruka. Baginya ini benar-benar damai. Tidak seperti beberapa minggu lalu saat hatinya merasa dingin tanpa rasa peduli. Tapi ada sesuatu yang mengganggunya sekarang ini.

''Ada banyak hal yang perlu kita luruskan,'' ucap Rache yang membuat Haruka dan Itoshi menoleh kearahnya. ''Apa yang kalian lakukan setelah keluar dari panti asuhan selama enam tahun? Lalu sudah empat tahun lewat sejak pertemuan berdarah itu.''

Haruka mengangguk paham, ''Aku yakin kalian juga mengalami banyak hal luar biasa selama itu. Buktinya kita sempat berubah, kearah yang sama.''

''Sejujurnya aku agak kesal melihat kalian menjadi pembunuh seperti ini,'' tukas Itoshi mengepalkan tangannya, ''pekerjaan ini bukan pekerjaan yang bagus ditambah kalian berdua adalah perempuan.''

''Kami lebih hebat darimu,'' Rache tersenyum senang, ''tapi trik benangmu itu kuakui menjengkelkan. Dari mana kau mempelajarinya?''

''Dia kekurangan alat membunuh,'' sela Haruka tertawa.

''Katakan itu pada orang yang memasang jebakan sebuah panci,'' ejek Rache.

''Jangan menilai senjatanya!''

Weltschmerz [Completed]Where stories live. Discover now