[13] Knowing The Truth

31 9 0
                                    

"Same... thing?" ucap Haruka mengulangi perkataan wanita di depannya.

Reika mengangguk dan menundukkan kepalanya seraya menyeruput tehnya. Senyum begitu tipis sampai tidak bisa dilihat dengan jelas, "Apa kau pernah dengar Unseen Chame?"

"Pembunuh yang ahli dalam penyamaran," ujar Haruka melihati sekelilingnya, "Dulu aku pernah bekerja sama dengannya sekali."

"Kami pernah bertemu saat bertugas."

Haruka terpukul oleh kata-kata Reika barusan. Unseen Chame adalah pembunuh yang pernah bekerja sama dengannya dulu. Berarti Haruka paham sekali dengan kemampuan pembunuh itu lebih dari orang lain.

"L-Lalu apa yang terjadi?" Kepanikan Haruka semakin menjadi.

"Kami memenangkan pertarungan tetapi Sein berada di kondisi hampir terbunuh," ucapnya memainkan teh dengan mengaduknya secara tak beraturan.

Pukulan telak pun mengenai Haruka. Paniknya mulai meningkat sewaktu mendengar Sein hampir terbunuh. Dalam banyak kasus, pembunuh ahli penyamaran itu tidak pernah membunuh musuhnya. Dia hanya membuat musuh hampir terbunuh saja. Sewaktu Haruka bekerja sama dengannya, pembunuh itu mengatakan kalau tujuannya adalah mengambil sampel untuk diambil DNA-nya. Dengan DNA itu, Unseen Chame bisa menyamar menjadi banyak orang.

"I-Itu buruk," Haruka bergumam karena ketakutan.

Haruka mulai memikirkan hal terburuknya. Jika penyamar itu berhasil mendapatkan DNA milik Sein, berarti selama ini dia bersama pembunuh penyamar itu. Lalu semua perkataan dan perasaan tulus yang ia katakan. Apa semuanya itu hanya tiruan saja? Berarti tujuan yang dikatakan Sein palsu itu... hanya omong kosong saja.

"Talking about Sein, kemarin Itoshi menyerangnya dan kalah telak," kata Reika memecah keheningan.

Kepanikan mulai menjadi lagi. Haruka melototi Reika yang dengan tenangnya menyeruput tehnya, "T-Tidak mungkin..." gumamnya dengan keringat dingin.

"Kepanikanmu bisa kumengerti. Tapi setidaknya tenangkan pikiranmu sebelum mengambil tindakan," Reika melihati Haruka setelah meletakan cangkir yang sudah kosong itu.

"T-Tapi, kalau pemikiranku benar, Itoshi akan..,"

"That's why I call you here," kata Reika melihati iris Pure Blue milik Haruka lalu memanggil pelayan.

Haruka kebingungan. Pikirannya belum bisa ia satukan kembali. Terlebih lagi sesaat pelayan itu membawakan sebuah katana dan diberikan ke Reika, "Uh... Apa maksudnya?" tanya Haruka untuk menghilangkan rasa bingungnya.

"Aku memang tidak tahu seluruh persembunyian milik Sein palsu itu," ucap Reika mengambil katana itu lalu menyerahkannya kepadaku, "but, you can do it."

Perkataan Reika sama sekali tidak masuk akal di dalam pikiran Haruka. Saat Haruka memegang katana itu, pikirannya mulai paham. Wanita di depannya itu ingin dia mengurus Sein palsu itu. Ucapan awal Reika mengartikan kalau hanya dirinya lah yang tahu persembunyian Sein palsu itu.

"And last thing. Sein pernah menceritakan dirimu kepadaku. Dan dia berjanji untuk melindungimu," ucap Reika serasa memberikan pencerahan untuk Haruka.

Haruka menatapi Reika dengan senang. Kini ia tahu kenapa Reika ingin dirinya berada di sisi wanita itu. Bukan untuk proyek gila itu, melainkan karena Reika ingin melindungi apa yang sudah Sein lindungi. Salah satunya adalah diri Haruka itu sendiri.

"Danke [9] , Reika-nee," balas Haruka dengan senyuman tulus.

"Pergilah Haruka. Buatlah dunia barumu!" seru Reika menarik cangkir kosongnya.

Weltschmerz [Completed]Where stories live. Discover now