[15] Past For Clue

29 7 1
                                    


Dua tahun lalu, tepat di hari Sein pergi tanpa memberitahu Reika. Alasannya keluar adalah mencari adiknya, Tsukino Haruka.

Sein bermaksud tidak memberitahukan tindakannya kepada Reika karena ingin membuat sebuah kejutan. Selama di militer, Sein sering menceritakan Haruka kepada Reika. Meski Reika tidak terlalu peduli dengan ceritanya, tetapi Sein tetap bersih keras untuk mempertemukannya dengan Haruka tanpa sepengetahuan

Namun di hari itu ia bertemu musuh yang seharusnya tidak ia temui lagi di sebuah lapangan kecil. Tidak lain adalah Unseen Chame, Heinz von Verstecken. Mimik muka senang Sein seketika berubah menjadi serius.

"Yo! Kau terlihat sehat-sehat saja," sapa Heinz seperti tidak punya dendam sedikitpun.

Sein tampak tak ingin melihatnya terlalu lama, "Apa maumu?"

"Seramnya. Aku hanya ingin menyapa kakakku," serunya dengan santainya.

Dari seluruh penjahat yang Sein lawan, Heinz adalah penjahat yang paling ia benci. Bukan karena kemampuan menyamarnya, tapi karena tujuannya selama ini.

"Maaf saja, aku tidak akan memberikan adikku kepadamu," balas Sein bersiap bertarung.

"Benarkah?"

Heinz menggeledah kantong celananya. Begitu mengeluarkan sesuatu, amarah Sein meningkat pesat. Benda yang Heinz keluarkan adalah beberapa helai rambut berwarna soft cream.

Dari banyaknya orang yang Sein kenal, hanya Haruka lah yang memiliki rambut soft cream. Terlebih lagi, sejak tadi mereka berdua membicarakan Haruka. Tidak salah lagi kalau itu rambut milik Haruka.

"Kau ingin ke neraka lebih cepat rupanya..," Sein mengambil sarung tangan di saku celana lalu memakainya, "akan kuantar ke sana sekarang juga."

Dengan satu hentakan kaki yang keras, Sein membuat Heinz mengeluarkan dua pisau belati di setiap sisi kakinya. Berikutnya Sein memilih berlari untuk melakukan serangan jarak dekat dan terjadilah petarungan jarak dekat.

Sebagai petarung elite, mereka berdua bertarung dengan hebatnya. Serangan yang mereka lancarkan tidak bisa dikatakan lemah sedikitpun. Saking kuatnya, serangan mereka menimbulkan angin yang begitu kencang.

Tidak hanya serangannya saja, pertahanan dan kelincahan mereka juga tak kalah hebatnya. Sudah hampir lima belas menit berlangsung tapi tidak ada satupun dari mereka yang terluka atau tergores. Benar-benar pertarungan antar petarung elite.

"Kau lebih kuat dari sebelumnya, Tsukino Sein!" seru Heinz begitu mundur sejenak.

"Bukankah kau yang bertambah lemah, Unseen Came," sindir Sein.

Tak satupun dari mereka berdua yang kelelahan. Nafas mereka masih normal-normal saja. Padahal sejak tadi mereka menggunakan tenaga yang besar. Namun entah kenapa, mereka seperti tidak melakuan apa-apa.

Sein menyadari sesuatu. Sejak tadi Heinz menyeringainya meski saat bertarung. Di pertarungan sebelumnya, hampir jarang Heinz menyeringainya. Pasti ada sesuatu yang ia sembunyikan.

Saat itu juga Sein teringatkan sesuatu. Darimana Heinz mendapatkan rambut milik Haruka itu? Tidak mungkin Heinz kebetulan mendapatkannya. Terlebih lagi, Haruka bukanlah seseorang yang mudah dekat dengan orang lain.

"Aku yakin kau ingin menanyakan darimana aku mendapatkan rambut itu."

Heinz menebak pikiran Sein dengan tepat. Sein semakin kesal karena Heinz yang dengan santainya mengatakan kalimat tadi. Ingin sekali ia membunuhnya secepat mungkin. Tapi Sein tidak membawa pisau kebanggaannya.

Weltschmerz [Completed]Where stories live. Discover now