[8] Their Name Is

32 8 0
                                    

Tsukino Sein berdiri dengan tenang sementara di depannya Haruka sudah memasang posisi siaga untuk menyerang. Rache berlari menghampiri Itoshi yang tengah berusaha untuk berdiri. Untuk sesaat mereka berempat diam di tempat masing-masing.

Kemudian terdengar tawa dari arah Itoshi, Rache merengut heran. Begitu pula dengan lawan mereka berdua yang berada di depan. Tak lama Itoshi membuka suaranya.

''Aku tahu dunia ini menggelikan tapi ini lebih dari dugaanku. Bukankah menurutmu begitu, Rache? Dan, tentu kalian berdua juga.'' Itoshi memandang Sein dan Haruka yang masih dalam posisisnya tadi. ''Siapa sangka ternyata kau adalah adiknya seorang buronan, huh, Haruka?''

''Kau tidak perlu katakan apapun,'' Haruka mengepalkan kedua tangannya, ''Siapapun yang mengganggu Nii-san akan aku habisi.''

Mendengarnya, Rache ikut tertawa, ''Lucu sekali, Haruka. Kami juga akan menghabisi siapapun yang berani menghalangi kami.. tanpa terkecuali.''

Sein melangkah ke depan, menyejajarkan posisinya dengan Haruka. ''Biar aku tebak, kalian adalah anjingnya Reika kan?''

Rache mendesis, ''Aku tidak keberatan menjadi seekor german-sheperd untuk memakan hidup-hidup hamster kecilmu itu.'' ejeknya, menatap garang Haruka yang meneguk ludahnya karena sedikit gugup.

Mengesampingkan hal itu, Itoshi memilih untuk berbicara dengan buronannya, ''Tsukino Sein.. kudengar dulu kau dan Sir Reika adalah partner yang hebat di kemiliteran. Bagian menariknya kalian berdua justru menjadi buronan pemerintah.''

''Aku tidak bisa bilang kalau itu hal yang salah,'' Sein mengangkat bahu. Masih dengan postur dan wajah tenangnya. ''Harus aku akui kalian memang memiliki bakat yang menarik. Sayangnya itu masih bukan apa-apa dibandingkan denganku.''

''Aku juga tidak mau dibanding-bandingkan denganmu,'' Itoshi memasang topengnya, ''Maksudku, kau yang lebih lemah tidak pantas dibandingkan denganku.''

''Apa Reika yang memberikanmu rasa percaya diri yang berlebihan itu?'' tanya Sein, sembari membuat postur lengan untuk menyuruh Haruka mundur. ''Mundurlah Haruka, kau tidak akan bisa melawan mereka,'' bisiknya pada Haruka.

''Nii-san, aku bisa mengatasinya sen-'' Haruka menolak mundur sebelum akhirnya ia mendaapat sorotan tajam dari Sein. Seketika ia melangkah mundur dalam ketakutannya.

''Tidak,'' Itoshi menyimpan pisaunya, ''Aku bahkan bisa saja melawan Sir Reika, hanya saja aku tidak memiliki keinginan untuk berbuat seperti itu.'' Kemudian ia mengeluarkan beberapa jarum panjang dari balik jaketnya. ''Rache, segera eksekusi misi ini. Tidak perlu menahan diri. Tangkap target dan hancurkan semua yang mengganggu.''

Rache menyeringai lebar, ''Natürlich7, desisnya mengikat rambutnya lalu mengeluarkan dua buah pistol. ''Dengan senang hati~'' Menatap Haruka tajam seakan ia siap untuk dimangsa detik itu juga.

''Ini menarik,'' Sein tersenyum. ''Silahkan maju bila kalian ingin segera pergi dari dunia ini.''

Kemudian dengan kecepatan tinggi Itoshi berlari menerjang menuju Sein diiringi Rache yang sudah mulai menembakan pelurunya ke arah Haruka. Tidak kalah cepatnya, Sein melindungi Haruka dan mulai maju menyerang Itoshi hingga..

''That's it!''

BRAGH

Seiring dengan teriakan itu, seseorang melaju dengan cepat menghempaskan Itoshi-Rache dan Sein-Haruka ke sisi mereka semula. Kemudian ia berdiri di tengah-tengah dengan sebuah katana yang masih disarungkan di genggaman tangan kirinya. Dari balik rambut ginger-brownnya, kedua iris ruby milik wanita itu menatap tajam kedua belah pihak.

''Well, well.. it's been a while, Reika..'' sapa Sein dengan senyuman sembari membantu Haruka berdiri karena pergelangan kaki kanannya terkilir sebagai akibat serangan mendadak barusan.

Sementara itu Itoshi dan Rache yang berhasil bertahan terperangah melihat sosok di hadapan mereka, mereka berdua berteriak bersamaan memanggil namanya.

''It's been a while, indeed.'' ucap Reika, berdiri membelakangi Itoshi dan Rache. Genggaman tangannya mengeras, ditatapnya Sein dengan tajam. ''Tsukino Sein, biar aku peringatkan kau sekali lagi.. jangan lanjutkan proyek itu.''

''Bagaimana kalau aku menolak?''

''You better not.''

'Pro..yek..?' Kata itu berdengung dalam batin Itoshi, Rache dan Haruka. Tidak satupun di antara mereka yang pernah diberitahu tentang proyek itu. Bahkan ini kali pertama mereka mendengar bahwa Sein dan Reika terlibat dalam suatu proyek. Mereka bertiga sama-sama bertanya dalam hati. Apa yang sebenarnya sedang terjadi?

Tsukino Sein berhenti tersenyum, raut wajahnya menjadi datar. Lalu ia mengangkat Haruka. ''Tapi kau pasti sudah tahu apa jawabanku, Reika. I'm not going to stop no matter what you say.'' Setelah mengatakan itu Sein berbalik kemudian melesat pergi. Sementara itu Reika hanya diam dan membiarkan mereka kabur.

''Sir! Kenapa mereka dibiarkan kabur?!'' seru Itoshi, berlari menghampiri pemimpinnya tersebut. Demikian pula Rache yang sempat mengumpat keras-keras.

''Daripada hal itu,'' Reika berbalik, sorot matanya seakan menembus topeng yang dikenakan Itoshi dan Iris milik Rache. ''Don't you both curious about what i said earlier?''

.

''Nii-san! Kenapa kita kabur? Padahal kita bisa menghabisi mereka!'' Haruka berseru begitu Sein menurunkannya. Sekerang mereka berada di dalam sebuah bangunan tua yang kosong.

''Dengan keadaanmu yang seperti itu?'' Sein mendelik tajam. ''Kau bahkan tidak akan bisa menangkis serangan Rache.''

Haruka terdiam mendengarnya, baru kali ini ia mendengar Sein berbicara seperti itu. ''Kalau begitu.. apa mereka kuat?''

''Bila kau bertanya tentang Reika, tentu kau sudah bisa memperkirakannya,'' Haruka mengangguk mendengarnya.

''Sedangkan Rache adalah pembunuh profesional jarak jauh, media massa memanggilnya Half-Gun. Aku yakin kau pernah mendengarnya.''

''Tidak mungkin.. lalu bagaimana dengan Itoshi?''

''Aku juga baru menyadarinya tadi bahwa.. Hariko Itoshi adalah String-Doll Master.''

[7]Tentu saja

Weltschmerz [Completed]Where stories live. Discover now