[18] Rev. rec

25 6 0
                                    

''Rache,'' panggil Itoshi pelan. Ia sedang mengejar Rache di lorong apartemen milik Reika. Langkah kaki Rache semakin cepat menuju gerbang keluar kawasan apartemen itu mendengar Itoshi memanggilnya.

Meski sudah berhasil mengejarnya, Itoshi tidak mengatakan apapun dan tetap bersisian dengan langkah kaki Rache. Keheningan itu bukan berarti hampa. Mereka seakan bisa berkomunikasi satu sama lain tanpa harus berbicara.

Ada masalah yang harus mereka selesaikan. Masalah mereka bertiga di masa yang telah lewat ditelan waktu. Dan sekarang kesempatan untuk menjelaskan atau memperbaiki kesempatan itu belum kunjung datang. Malah mereka harus bersabar dengan masalah pibadi Tsukino Haruka.

Mau bagaimanapun juga, mereka bertiga adalah teman masa kecil yang tidak akan pernah tergantikan.

Itoshi dan Rache memang tidak bisa bersimpati. Perasaan itu sudah lama hilang karena mereka mengubur masalah mereka sendiri. Tapi mereka punya cara untuk mengekspresikan perasaan mereka sebagai seorang teman lama.

Langkah kaki mereka mengantar mereka menuju kereta. Rache yang memimpin dan Itoshi mengikutinya. Sebelum naik Rache memberikan sebuah headset dan pemutar lagu pada Itoshi. Itoshi duduk di gerbong lain memakai headset itu. Sementara Rache memkai headset yang satunya lagi. Mereka mendengar sebuah cerita.

Diam-diam, Rache memasang penyadap suara pada Haruka dengan bantuan Itoshi. Ia juga memasang itu pada kakaknya, Sein. Dan selama perjalanan itulah mereka tertegun dalam diam. Meresapi masalah teman lama.

Tak lama kereta berhenti di stasiun tujuan mereka. Headset putih itu masih terpasang di telinga mereka. Mereka berjalan melewati kumpulan manusia. Dan cerita yang mereka dengar masih belum selesai. Itoshi kembali mengikuti Rache dari belakang. Dan langit mulai berwarna oranye menyala.

Mereka sampai di apartemen milik Rache. Yang satu ini tidak dibawah kendali Arai Reika. Itoshi menghempaskan diri ke sofa beludru krem pucat, sudah lama sejak ia kesini. Sementara Rache menuju ruangan lain. Saat Rache kembali cerita di headset mereka sudah selesai. Rache mengeratkan genggaman tangannya.

Rache dan Itoshi saling pandang lalu mengangguk.

Kedua anak manusia itu keluar dari apartemen saat matahari terbenam. Itoshi sudah memakai topeng putihnya. Rache sendiri menenteng sebuah tas gitar. Dan mereka mulai berpencar saat itu juga.

Itoshi berdiri di atas sebuah gedung. Headset putih itu masih terpasang dan ia masih mendengar sesuatu dari situ. Suara Rache dan Sein disaat yang bersamaan. Sedangkan Rache berlari menyusuri jalan sempit. Ia mendegar suara Itoshi dan Haruka.

Langit sudah gelap sepenuhnya. Berawan dan tidak memperlihatkan warna-warni bintang yang indah. Itoshi melompati gedung demi gedung. Hingga ia menyusup ke sebuah gedung yang sangat tinggi dan menuju bagian atap. Rache mendesaknya.

Di atap, tas gitar milik Rache terbuka di samping pemiliknya yang tengah memasang posisi menembak dengan sniper miliknya. Matanya awas mengawasi Haruka dari lensa miliknya. Itoshi duduk menunggu Rache tanpa melepas topengnya.

''Yang kita pikirkan sekarang,'' bisik Rache, ''benar-benar terjadi.''

Gedung di mana kantor ayah kandung Haruka berada tepat di depan mereka. Dengan jarak 487 meter inilah mereka mengawasi tindakan Haruka. Itoshi sendiri tidak mengatakan apapun sampai Rache duduk normal.

Angin malam berhembus tanpa permisi. Itoshi memberikan jaketnya pada Rache. Ia tahu bahu Rache bergetar menahan dingin. Semua itu terjadi tanpa terucap apapun. Mereka berdua sedang berkabung. Ribuan kematian sudah mereka lihat. Terutama kematian oleh tangan mereka sendiri. Tapi kali ini ada yang berbeda.

Weltschmerz [Completed]Where stories live. Discover now