[14] Reason

38 9 0
                                    


''I prefer a knight though,'' komentar Reika datar sembari berjalan lalu membelakangi Itoshi, Rache dan Haruka. Ia menyimpan kembali katana miliknya.

''Dan aku bukannya ikut campur, mereka duluan yang ikut campur,'' tambah Reika sinis, ''sejak awal ini hanya masalah kami berdua.''

Sein masih diam dengan sorot tajamnya. Haruka, Rache, dan Itoshi juga masih bertahan di belakang Reika sembari membalut luka. Anehnya tidak ada satupun di antara mereka yang menyadari keganjilan pada perkataan Reika. Semuanya terlalu tegang.

''Kau sendiri yang menyuruh anjing-anjingmu itu untuk memburuku, bukan begitu?'' sindir Sein akhirnya.

''I guess so,'' jawab Reika santai, ''Dan aku rasa kau setuju bila aku bilang untuk menyelesaikan ini sekarang...,''

Suasana menjadi hening. Sein tampak sangat terkejut dan terlihat lebih geram dari sebelumnya. Sementara tiga sekawan yang berada di belakang Reika tercengang.

Jangan katakan ada lagi orang dibalik semua ini.

''What's wrong?'' Reika tersenyum mengejek.

''K-Kau.. Kenapa bisa..'' Sein mendesis. Tatapan tajamnya tidak lepas dari Reika seorang.

''Kau pikir aku siapa,'' Reika menyilangkan kedua tangannya, ''Unseen Chame, seorang pembunuh ulung yang sangat ahli dalam penyamaran. Atau harus kupanggil, Heinz von Verstecken?''

Tsukino Sein alias Heinz von Verstecken berdecih. Ia tak menyangka kalau penyamaranya bisa terbongkar sejauh itu. Kedua tangannya mengepal kuat.

Itoshi, Haruka, dan Rache semakin dibuat tercengang. Mereka pernah mendengar nama Unseen Chame itu dan pembunuh yang satu itu selalu dihindari. Terlebih lagi Haruka baru saja sadar kalau ia pernah tinggal serumah dengan orang itu.

Heinz melepas topengnya dengan tidak sabar. Menampilkan rambut hitam legam dan iris amethyst. Ia menyeringai lebar sekarang, jauh berbeda dengan beberapa saat yang lalu. Sementara Reika kembali memasang wajah datarnya seperti biasa.

''Arai Reika, aku memang menduga kau bisa membongkar penyamaranku,'' kata Heinz, ''tapi aku tahu ada seseorang yang membuatmu berani mengungkapkan fakta ini kan? Dan bocah-bocah di belakangmu itu tidak mungkin tahu..,''

''Well, what do you think?'' tanya Reika terdengar tidak niat sama sekali, pandangannya tertumpu pada Heinz, ''Seharusnya kau tahu... siapa musuhmu sekarang ini.''

PRAANG

Heinz berbalik, hal yang ia lihat sebelum terpental dan ditendang lagi oleh Reika adalah Tsukino Sein yang memecahkan kaca jendela dan menendangnya. Dan kali ini tidak ada yang namanya Sein palsu.

Haruka menangis sejadi-jadinya. Kali ini ia tahu kalau yang baru saja masuk itu adalah kakaknya yang ia kenal. Itoshi dan Rache hening dalam diam, dan mereka tahu kalau masalah akan segera berakhir.

Sein tersenyum pada semuanya, sayangnya yang lain terlalu lelah untuk membalas senyumnya. Jadi ia menatap Heinz yang tersungkur di bawahnya.

''Tsukino Sein...'' geram Heinz yang berusaha bangkit.

''Lama tidak bertemu,'' sapa Sein pada Heinz seakan tidak pernah terjadi apa-apa, ''Bagaimana kabarmu setelah ditendang dua kali?''

Haruka ingin langsung berlari menghampiri Sein tapi Itoshi menahan lengannya. Sempat ia ingin meronta tapi berhenti begitu Rache meliriknya dengan risih.

Weltschmerz [Completed]Dove le storie prendono vita. Scoprilo ora