(03) | PSH 🌈

20.8K 957 15
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Kadang sepi menjadi sahabat paling mengerti bahwa sunyi adalah bagian dari hal yang paling memahami.

Masih sempat-sempatnya Athala menuliskan rangkaian kalimat yang tiba-tiba saja terlintas di otaknya. Ide memang suka datang tidak tau situasi. Setelah menyimpan quote tersebut ke dalam catatan pribadi di ponselnya, Athala memfokuskan pandangan ke depan, lebih tepatnya pada pertandingan basket sekolahnya dengan SMA Garuda. Pertandingan ini diadakan untuk mempererat persahabatan antara dua sekolah itu. Kegiatan tersebut rutin dilaksanakan setiap tahunnya.

Suara tepuk tangan yang gemuruh terdengar ketika pemain dari tuan rumah bernomor punggung delapan berhasil melakukan three point.

Athala berdesis pelan, "Ayo dong Zero! Masa lo kalah sama Davin sih!" dia menjadi gregetan sendiri melihat Davin yang berkali-kali memasukan bola orange itu ke dalam ring tepat pada sasaran.

Siapapun bisa melihat kemahiran Davin dalam hal bermain basket. Contohnya saja saat dia mendribble bola sampai melakukan lay up, semuanya sangat sempurna.

Tak terasa pertandingan pun telah usai. SMA Bakti Mulya lebih unggul satu poin dari SMA Garuda. Hal itu sukses membuat sorak-sorak penonton semakin heboh.

Para siswi dari berbagai angkatan segera menghampiri pemain tim basket SMA BM untuk memberikan ucapan selamat beserta sebotol air mineral yang sedari tadi mereka genggam. Termasuk Athala. Namun, dia hanya diam berdiri di sisi lapangan tengah menanti seseorang. Davin tersenyum miring lalu menghampiri gadis itu.

Athala tersentak kaget ketika benda dalam genggamannya dirampas oleh Davin. Cowok itu lantas segera menenggak isinya sampai tandas.

"Lo tuh apa-apaan, sih?!" Athala berseru marah kepada Davin.

"Minuman ini emang buat gue kan?" tanyanya kelewat santai.

"Itu buat kakak gue, bukan buat lo! Gak usah kegeeran jadi orang!"

Setelah mengatakan itu, Athala berbalik lalu meninggalkan Davin yang terus berteriak memanggil namanya. Namun soal minuman, gadis itu sudah tak peduli lagi. Katakan saja bahwa dia sedang berbaik hati padanya untuk kali ini saja.

Entah akan kemana gadis itu pergi, dia hanya mengikuti langkah kakinya saja. Athala menyisir pandangannya ke sekeliling. Memperhatikan pemain basket dari kedua tim yang tengah berbenah untuk segera kembali ke asal sekolahnya.

"Aw!"

Akibat tidak memperhatikan arah jalan, Athala terhempas ke belakang karena menubruk tubuh seorang laki-laki asing yang indera penglihatannya terfokus pada ponsel.

"Eh? Sorry gue gak sengaja. Sini gue bantu!" cowok yang tidak diketahui namanya itu membantu Athala untuk berdiri.

Athala meringis kala merasakan lututnya perih. Menyadari hal itu, sosok laki-laki tersebut dengan sigap mengambil plester dari dalam tasnya, kemudian menempelkannya pada luka di lutut Athala. Perlakuan tiba-tiba dari cowok itu membuat Athala terdiam seketika. Dia tersenyum kikuk padanya, "Makasih!"

Cowok itu hanya mengangguk, "Sekali lagi gue minta maaf, ya! Gue jalannya sambil ngelamun tadi,"

"Iya, gak papa kok,"

"Andrew Limelta anak SMA Garuda, salam kenal!"

Athala menatap sejenak uluran laki-laki itu sebelum akhirnya membalas jabatan tangannya, "Athala,"

"Oke, Athala, gue duluan. Sampai ketemu lagi!"

___

Beberapa menit yang lalu bel pulang telah dibunyikan. Bahkan sekolah sudah hampir kosong, hanya tersisa beberapa orang yang masih memiliki keperluan di sana.

Pelangi Setelah HujanWhere stories live. Discover now