(34) | PSH 🌈

7.6K 308 13
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Semenjak ditinggal oleh Davin, Athala berubah menjadi sosok yang pendiam dan emosinya yang sering tak terkendali. Apalagi saat kondisi hujan sedang turun, dia akan berubah menjadi sosok yang tempramental.

Setelah mengurung diri di dalam kamar satu minggu penuh, akhirnya Athala mau untuk pergi ke sekolah seperti biasanya. Itupun karena dipaksa oleh Mamanya karena sebentar lagi akan diadakan ujian tengah semester atau yang biasa disingkat UTS.

Mamanya menasehati Athala untuk selalu fokus dengan sekolahnya. Walaupun saat ini kondisi hatinya sedang buruk karena kejadian satu minggu yang lalu. Berduka boleh, tapi jangan berlarut-larut. Kebahagiaan akan menjemput dibalik kesedihan itu.

Gadis itu pun mencoba bersikap dingin kepada siapapun. Bahkan dia seperti menjauhi siapa saja yang mendekatinya. Termasuk sahabatnya sendiri.

Athala memijakan kaki di rooftop sekolah. Helaan napas lolos dari bibir mungilnya ketika tak melihat siapapun disana. Dia mendekati pagar pembatas rooftop. Kedua kelopak mata Athala terpejam, menikmati hembusan angin yang membelai lembut wajahnya. Rasanya menenangkan.

"Lo sering kesini?"

Sontak kedua mata Athala terbuka lebar ketika mendengar seruan seseorang. Athala menoleh ke arah sumber suara. Dia menangkap sosok cowok bernama Andrew tengah menatapnya dengan tangan yang dimasukan ke dalam saku celana abu-abunya. Andrew berjalan mendekati Athala lalu berhenti tepat di sampingnya.

Andrew menoleh pada Athala yang kini tengah memandang kosong ke arah lapangan yang sedang dikerumuni oleh murid laki-laki yang bermain basket. Jujur, Andrew merasa sedih melihat perubahan dari gadis itu. Ternyata meninggalnya Davin membuat Athala kehilangan semangat hidupnya. Dalam hati, Andrew bertekad untuk membawa pelangi ke dalam kehidupan Athala. Membawa kebahagiaan sekaligus kesenangan yang akan membuat Athala lupa pada kejadian pahit itu.

Athala menengadah ketika merasakan rintik-rintik hujan mengenai kulit wajahnya. Dia berdecak pelan. Di atas sana, langit yang tadinya bersinar terang kini perlahan memudar dari warna aslinya. Awan-awan hitam menggantung di atas langit. Sepertinya akan turun hujan. Dan benar saja, dua detik berikutnya turun rintikan gerimis dari badan langit. Hal itu sontak membuat Athala segera berlari dari rooftop meninggalkan Andrew yang terdengar menyerukan namanya. Namun dia tak peduli. Athala tak ingin menjadikan Andrew sebagai pelampiasan kemarahannya.

___

Begitu mendengar bel pulang berbunyi dengan nyaring, Athala dengan segera memasukan semua bukunya yang berserakan di atas meja ke dalam tasnya. Athala berdiri lalu keluar dari kelas. Ara dan Ica sempat mengajaknya untuk pulang bersama, namun Athala hiraukan. Dia hanya ingin sendiri untuk beberapa hari ke depan.

Sejak tadi siang, Athala berniat untuk mengunjungi Davin. Makanya dia menjadi terburu-buru seperti ini. Di belokan koridor, Athala hampir bertabrakan dengan tubuh kakaknya sendiri. Entahlah, sejak Davin tidak ada Zero selalu menunggui Athala di depan kelasnya untuk pulang bersama, bukan dengan Ara seperti biasanya. Dari awal Ara memang enggan tapi demi kebaikan sahabatnya, dia mengizinkan Zero untuk selalu berangkat dan pulang bersama Athala. Toh, dia hanya pacarnya bukan anggota keluarganya yang berhak mengatur ini-itu.

"Buru-buru amat, Tha. Kaget gue!" Zero mengelus dada saking terkejutnya.

"Gue gak pulang sekarang, gue mau ke suatu tempat."

Bukannya menanggapi perkataan Zero, Athala malah membelokan topik bermaksud untuk memberitahu kakaknya terlebih dahulu, agar tidak membuatnya cemas.

Pelangi Setelah HujanWo Geschichten leben. Entdecke jetzt