(23) | PSH 🌈

11.9K 536 61
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Seorang gadis tengah berjalan diantara murid-murid yang berlalu lalang. Senyuman terukir di bibir indahnya. Sudah dua hari dia dirawat inap di rumah sakit tanpa melakukan apapun selain membaringkan diri.

Dia merindukan sekolah. Ralat, dia merindukan sahabatnya. Mengingat itu, Athala kembali murung saat memikirkan pertikaiannya dengan Ica kemarin. Athala mengenal Ica sebagai orang yang tidak gampang marah. Tapi sekarang Ica marah besar padanya. Sefatal itukah kesalahannya?

Dia sendiri tidak menyadari bahwa Andrew selalu mendekatinya. Dan dia lupa untuk mencomblangkan Andrew dengan Ica, karena dia terlalu fokus dengan hubungannya.

Tiba-tiba laju langkah Athala melambat dengan mata yang terarah pada dua sosok yang sedang terbahak melewati dirinya begitu saja. Menganggap dia sebagai makhluk halus. Perasaan bersalah kini hinggap di hati Athala. Dia berniat ingin menjelaskan pada Ica dan menepati janjinya yang dia lupakan itu.

Gadis itu menghela napas panjang lalu melanjutkan lagi langkahnya menuju kelasnya. Dia berjalan menuju bangkunya lalu mengernyit heran kala melihat Via menduduki kursi Ica.

"Loh Vi, kok lo duduk disini?"

"Ica pengin tukeran tempat duduk katanya. Gue boleh duduk disini nggak?"

"Boleh kok Vi," ucapnya lalu mendaratkan bokongnya pada salah satu kursi di samping Via.

Lagi dan lagi, gadis itu hanya bisa menghela napas. Matanya menoleh ke bangku belakang pojok kiri, ternyata dia sedang asyik berbincang-bincang dengan Ara. Athala memalingkan wajahnya ke depan bersamaan dengan guru yang akan mengajarnya hari ini masuk ke dalam kelas.

Gadis itu terlihat fokus menulis materi yang ditulis pada whiteboard. Sesekali menyelipkan anak rambut ke belakang telinganya. Tak lama kemudian bel istirahat berbunyi nyaring membuat seluruh murid bersorak senang, termasuk Athala. Dia segera memasukan buku-bukunya ke dalam tas. Sebagian dari mereka memilih untuk ke kantin, sebagian juga ada yang menetap di dalam kelas.

Athala menggigit bibir bawahnya sembari berjalan ke arah Ica dan mengucapkan maaf padanya, namun sebelum itu Ica sudah bangkit duluan.

"Ra, kantin yuk! Laper banget nih gue." katanya sambil menarik tangan Ara menjauh dari Athala. Sedangkan Ara hanya menatap Athala tak enak, dia tak bisa apa-apa.

Athala memandang punggung kedua sahabatnya yang semakin mengecil di belokan pintu. Dia ingin menyusul mereka, namun tak enak rasanya jika dia diacuhkan seperti itu. Alhasil pikirannya jatuh pada perpustakaan.

Dia menjejakkan kakinya ke dalam perpustakaan. Rasanya sudah lama tidak menghirup aroma perpustakaan.

"Siang, Bu Atika!" sapanya

"Halo Athala. Gimana keadaan kamu?" Beliau tentu tahu kabar mengenai Athala minggu ini.

"Alhamdulilah baik, Bu. Saya kangen sama buku-buku yang ada di sini."

"Yaudah selamat membaca ya, Athala."

Gadis itu hanya mengulas senyuman tipis menanggapi ucapan Bu Atika. Lalu dia bergegas menuju rak tengah.

Hari ini tidak banyak murid yang datang ke perpustakaan. Athala melihat seorang gadis tengah duduk sambil membaca buku dengan serius. Di hadapan gadis itu terlihat sesosok cowok yang sedang memperhatikannya intens. Athala tersenyum tipis. Ternyata perpustakaan bisa menjadi tempat untuk pacaran.

Athala sampai di rak tengah. Di rak tersebut menyediakan berbagai novel remaja. Dulu waktu kelas sepuluh dia sering sekali ke perpustakaan hanya untuk sekedar membaca novel kesukaannya. Athala mulai mencari buku yang dia inginkan. Gadis itu meraih sebuah buku bersampul biru langit, lalu membaca sinopsis yang berada di belakang buku tersebut. Athala meletakkan kembali buku itu ke tempatnya kala dia tidak tertarik dengan isi bacaannya. Dia membaca satu persatu judul buku dengan cepat, belum sempat menemukan buku yang dicarinya, tiba-tiba dia menabrak lengan seseorang.

Pelangi Setelah HujanWhere stories live. Discover now