(42) | PSH 🌈

2.7K 190 8
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Di sebuah ruangan guru, Bu Siska--selaku guru Kesenian, beliau memandangi dua orang siswa yang duduk menghadap ke arahnya seraya tersenyum simpul.

"Jadi begini, sebentar lagi sekolah kita akan mengadakan Pensi yang rutin dilakukan setiap tahunnya. Oleh karena itu, saya merekomendasikan kalian untuk duet di acara tersebut," ucap Bu Siska to the point.

Athala sempat terkejut mendapatkan tawaran seperti itu, berbeda dengan lelaki disampingnya yang terlihat santai.

"Kenapa harus kita, Bu?" Athala melayangkan pertanyaan.

"Karena kemarin Ibu gak sengaja lihat kalian berdua duet di cafe. Suara kalian bener-bener bagus! Kalian cocok! Jadi tidak keberatan 'kan kalau Ibu memilih kalian untuk tampil di acara Pensi nanti?"

"Oh tentu tidak, Bu! Kita dengan senang hati menerima tawaran Ibu,"

"Chandra!" protes Athala karena dia telah menentukan keputusan tersebut secara sepihak.

"Oke kalau gitu, Ibu senang mendengarnya. Persiapkan penampilan kalian dengan matang ya!"

Setelah menyelesaikan urusan dengan Bu Siska, Athala keluar lebih dulu dengan Chandra yang mengejar di belakangnya.

"Hei, tungguin gue!" teriak Chandra seraya mengejar Athala yang berlari.

Setelah berlarian di sepanjang koridor, akhirnya Chandra berhasil menyusul langkah Athala lalu segera menahan lengan gadis itu.

"Lepas!"

Pegangan tangan Chandra seketika terhempas. Lelaki tersebut melangkah mendekati Athala lalu menyudutkannya ke tembok dengan kedua tangan mengungkung tubuhnya.

Di posisi yang seperti ini, apalagi koridor yang sepi karena jarang dilewati membuat Athala merasa waswas.

"Mau ngapain lo?!" sembur Athala.

"Lo marah?" bisik Chandra pelan.

"Pikir aja sendiri! Lo membuat keputusan sepihak tanpa mendengar jawaban dari gue!"

"Oke, gue mau denger jawaban lo," ucap Chandra seraya menjauhkan badannya.

Diam-diam Athala menghembuskan napas lega.

"Gue gak mau duet sama lo!"

"Tapi kemarin lo duet sama gue,"

"Tapi itu terpaksa!"

"Kenapa terpaksa?"

"Kok lo kepo banget sih?!" seru Athala jengkel.

Lalu detik selanjutnya, Chandra meletakkan kedua tangannya di bahu Athala seiring dengan tatapannya yang melembut. Athala membalas tatapan itu dengan gugup.

"Athala, just be yourself! You must be the moon. Lo inget 'kan kata-kata gue? Lo harus bersinar! Tunjukin sama matahari kalau lo bisa ngalahin cahayanya dia. I believe, you can do it!"

Mendengar penuturan laki-laki itu membuat Athala merasakan lagi gelenyaran aneh di dalam dadanya.

___

"Jadi, lo terima tawaran Bu Siska?"

Gadis yang sering disapa Athala itu menganggukan kepalanya.

Pelangi Setelah HujanKde žijí příběhy. Začni objevovat