(44) | PSH 🌈

2.6K 154 11
                                    

Jangan lupa komennya, ya! Selamat membaca!

___

Hari senin, seperti biasa akan dilaksanakan upacara bendera terlebih dahulu sebelum memulai pelajaran di kelas.

Pak Yudhi--selaku kepala sekolah SMA Bakti Mulya, dengan tega membiarkan ratusan anak didiknya kepanasan hanya demi sebuah amanat yang sering beliau ucapkan hingga ribuan kalinya.

"Ck, gak bosen apa tiap upacara ngomongin tentang kebersihan lah, kedisiplinan lah, atau apalah itu? Gue aja yang dengernya bosen, Pak!"

Ternyata celetukan Fikri terdengar sampai ke telinga Bu Betty yang sedang berjaga di belakangnya.

"Aduduhh!"

"Ngomong apa barusan?" tanya Bu Betty dengan tangan yang menjewer telinga Fikri.

"Eng-enggak ngomongin apa-apa kok, Bu," jawabnya sebelum dia kembali mengaduh karena telinganya semakin ditarik keras oleh Bu Betty.

"Upacara yang bener! Kamu mau dibarisin di depan?"

Fikri seketika menoleh ke depan, tepatnya ke arah barisan yang sengaja dibentuk disana. Barisan itu adalah kumpulan siswa-siswi yang tidak memakai atribut lengkap, begitu pula pembuat onar.

Fikri menggeleng pelan, "Enggak deh, Bu, kapan-kapan aja deh,"

Cowok itu cengengesan setelah mendapat tatapan tajam dari Bu Betty.

Beberapa menit kemudian, upacara resmi dibubarkan. Rombongan murid berhamburan ke segala arah. Sebagian besar memilih untuk pergi ke kantin, meredakan rasa haus yang menyerang seraya berteduh di sana. Namun ada juga yang memilih untuk langsung ke kelas, contohnya kelas sebelas IPA 1.

Bukan tanpa alasan mereka lebih memilih ke kelas daripada pergi ke kantin. Karena dari pengeras suara yang mereka dengarkan tadi, menyuruhnya untuk segera memasuki kelas karena ada sesuatu yang harus dibicarakan.

Ruangan kelas tersebut sangat ramai oleh suara-suara kipasan dari buku untuk meredakan gerah di badan mereka. Lalu tiba-tiba terdengar bunyi buku yang dilempar kencang ke atas meja.

"Mana nih guru yang mau masuk? Katanya nyuruh cepet-cepet, tapi dianya sendiri yang lambat. Kampret banget sih!"

Setelah Fikri berucap demikian, suasana kelas seketika hening. Mereka membenarkan posisi duduknya ketika melihat Bu Betty memasuki ruangan kelasnya. Beliau meletakkan beberapa lembar kertas di atas meja guru.

"Selamat pagi anak-anak!"

"Pagi, Bu!" ucapnya serentak.

Daffa, yang menjabat sebagai ketua kelas sebelas IPA satu mengacungkan tangannya.

"Bu, kayaknya hari ini Ibu gak ada jadwal ngajar di kelas kita deh. Mungkin kelas sebelah, Ibu salah masuk kelas,"

"Memang benar hari ini Ibu tidak mempunyai jadwal untuk mengajar di kelas ini, tapi saya ditugaskan oleh Bu Nuri dan Pak Galih untuk mengawas kelas kalian selama empat jam ke depan," jeda beberapa saat, "siapkan kertas dan pensil. Kita ulangan Fisika dan Matematika,"

"APA???"

____

Di meja bagian tengah di kantin, gerombolan Chandra berkumpul di sana dengan wajah yang ditekuk. Bagaimana tidak? Selama empat jam Bu Betty mengadakan ulangan dadakan Matematika dan Fisika. Untuk mata pelajaran seperti itu cukup menguras tenaga dan pikiran.

Tak ada obrolan sama sekali. Chandra, Athala dan kedua sahabatnya fokus menyantap makanan. Sementara itu, Fikri dan Raihan sedang berkutat pada ponsel masing-masing.

Pelangi Setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang