(36) | PSH 🌈

7.7K 314 46
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Waktu masih menunjukan pukul enam pagi. Namun tidak seperti biasanya gadis itu datang ke sekolah sepagi ini. Hal itu dia lakukan karena ingin menghindari seseorang yang sangat mengganggunya. Chandra, sudah seminggu ini dia lebih sering merecoki dirinya. Entah untuk tujuan apa Chandra berbuat seperti itu?

Athala mendaratkan bokongnya pada kursi panjang yang tersedia di taman belakang sekolah. Helaan napas terdengar dari mulut mungilnya. Dia ingin menikmati hidupnya dengan tenang sehariiiiiii saja. Dia merindukan dirinya sendiri yang terkenal riang dan ramah yang seketika direngut paksa oleh alam. Dan tentunya, dia lebih merindukan Davin.

Perlahan kedua kelopak mata Athala tertutup seiring dengan benaknya yang dipenuhi oleh kenangan-kenangan indah bersama Davin.

Tanpa gadis itu ketahui, seseorang duduk di sebelahnya kemudian mengamati dirinya yang sedang asyik menutup mata. Cowok itu memandangi Athala tanpa berkedip. Dia memperhatikan setiap inci pada wajah Athala lalu terhenti pada... bibirnya. Bibir yang tak pernah melengkungkan seulas senyuman padanya itu kini tampak pucat lesu.

"Lo sakit?"

Pemandangan sosok yang sedang dihindarinya itu menyambut penglihatan Athala ketika dia membuka mata. Athala tertegun melihat Chandra yang kini menatapnya khawatir.

Athala mengalihkan pandangan lalu hendak bangkit namun sebelum hal itu terjadi, Chandra sudah terlebih dahulu menahan tangannya untuk tetap diam di tempat.

"Jangan pergi dulu La, lo lagi sakit," ucap Chandra khawatir.

"Lo yang sakit!"

Athala menghempaskan tangan Chandra dengan kasar. Baru satu langkah dia berjalan, rasa pusing menyerang kepalanya. Refleks Athala meringis pelan seraya memegangi kepalanya.

"Tuh 'kan! Apa gue bilang!"

Gadis itu menurut saja ketika Chandra menuntun dirinya untuk duduk kembali. Biarkan untuk kali ini saja Chandra merasa menang.

"Kalo sakit itu bilang, biar gue selalu jagain lo,"

Chandra tersenyum tipis seraya terus menatap Athala yang kini memandang ke arah lain.

"La, apa gue sebegitu mengganggunya sampai-sampai lo selalu menghindari gue?"

"Menurut lo?"

"Menurut gue, kita itu seperti magnet. Seberapa jauh lo ngehindarin gue, gue akan terus ngedeketin lo,"

Setelah mendengar penuturan cowok itu, Athala segera berdiri kemudian berlalu meninggalkan Chandra yang kini tengah meneriaki namanya.

Seperti biasa, orang-orang akan menyapa ramah kepada Athala namun gadis itu sama sekali tidak menanggapinya.

"Sombong banget sih!"

Athala tak perduli akan hal itu. Dia terus melanjutkan langkahnya menuju toilet perempuan. Di tempat itu, dia memperhatikan muka pucatnya pada cermin di hadapannya. Ternyata benar apa yang Chandra katakan, dia sakit. Sakit fisik sekaligus sakit batin.

Gadis itu menghela napas berat. Dia memperhatikan sekali lagi penampilannya lalu berbalik badan. Athala menjejakan kakinya ke rooftop sekolah, tempat dimana tidak seharusnya dia berada. Biarkan kali ini dia bolos pelajaran untuk kesekian kalinya. Dia sedang tidak mood untuk belajar. Lebih tepatnya malas bertemu seseorang yang membuat moodnya semakin down.

Athala merasakan tubuhnya semakin lunglai. Ah, kenapa gadis itu tidak ke UKS saja? Disana dia bisa saja tidur dengan nyenyak tanpa ada pengganggu. Tapi ya sudahlah.

Pelangi Setelah HujanWhere stories live. Discover now