(37) | PSH 🌈

9K 316 71
                                    

happy reading:)

🌈🌈

"Makasih!"

Chandra mengangguk seraya tersenyum samar.

"Itu udah jadi kewajiban gue,"

Lelaki itu tak menjawab apapun lagi. Dia segera merangkul tubuh adiknya yang kini bergetar kedinginan, menuju mobilnya.

Chandra beberapa kali sempat membujuk Athala supaya pulang bersamanya, namun gadis membisu dan malah menghubungi Zero untuk menjemputnya di sekolah. Lelaki itu merogoh saku seragamnya untuk mengambil kunci motornya. Namun benda tersebut jatuh tepat diatas kertas yang berisi coretan tangan seseorang.

Chandra mengambil kertas itu lalu mengamatinya. Dalam sekali lihat dia sudah tau pemilik dari tulisan itu.

🌈🌈

Tidak perlu memutar kesana-kemari untuk mencarinya, karena sekarang dia terlihat sedang duduk manis dengan buku dalam genggamannya. Chandra mendekat lalu duduk di sebelahnya.

"Kayaknya lo demen banget di sini, ya? Emang sih tempatnya adem, tapi lo gak takut hantu apa? Kali aja hantunya dateng tiba-tiba,"

Hantunya itu lo!

Athala berdialog dalam hati. Dari ekor matanya, dia menangkap Chandra yang sekarang tengah bergidig seraya mengusap tengkuknya.

"Siapa nih yang niup kuping gue? Lo ya?"

Jari telunjuk Chandra mengarah pada Athala dengan tatapan menuding. Gadis itu memandang ke arah Chandra dengan pandangan tidak terima.

"Ah, udahlah lupain! Mungkin itu hantu naksir gue kali,"

Chandra menyisir rambutnya menggunakan jari dengan gaya pongah. Athala memutar bola matanya malas.

"Perasaan daritadi gue mulu yang ngoceh. Lo sariawan ya?"

Athala membalikan halaman berikutnya lalu kembali membaca dengan serius tanpa meladeni ucapan cowok itu.

"Kacang itu gurih, tapi dikacangin itu perih!"

Chandra menampilkan ekspresi wajah sedih yang dibuat-buat seraya memegang dadanya dramatis. Sedetik kemudian dia menetralkan kembali mimik mukanya. Dia harus kelihatan cool di depan Athala.

Chandra berdehem beberapa kali sebelum akhirnya dia merogoh tasnya lalu memberikan sebuah benda kepada Athala. Gadis itu menatap Chandra bingung.

"Gue rasa lo butuh sesuatu yang bisa mendengarkan semua keluh kesah lo. Gue siap kok jadi pendengar setia lo. Tapi kalau lo gak nyaman bicarain masalah lo ke orang lain, setidaknya lo bisa tuangin masalah lo ke dalam diary ini. Gue yakin benda ini bisa menjaga semua rahasia lo,"

Chandra memandang Athala yang kini tengah menatapnya aneh. Kemudian cowok itu menaruh kembali sesuatu pada tangan Athala yang selalu dia bawa kemana-mana.

"Jangan lupa selalu makan ini kalau lagi badmood,"

Chandra menyampirkan tasnya lalu berdiri. Sebelum dia bergegas menuju tempat tujuan selanjutnya, dia sempat membisikkan sesuatu tepat di telinga Athala.

Pelangi Setelah HujanKde žijí příběhy. Začni objevovat