(45) | PSH 🌈

2.6K 175 13
                                    

Selamat hari Kartini dan selamat membaca!
____

Beberapa hari terlewati, perayaan pensi hanya tinggal satu hari lagi. Panggung, sound system dan peralatan lainnya sudah dipersiapkan.

Mereka yang akan mengisi acara di pensi nanti--seperti Kreasi Tari, Vocal Group, Storytelling dan masih banyak lagi, terlihat sedang melakukan gladi bersih supaya memaksimalkan penampilan mereka di hari pelaksanaannya. Termasuk juga Athala dan Chandra yang kini tengah sibuk membicarakan sesuatu di ruangan musik sekolahnya.

"Inget ya? Hari ini hari terakhir kita buat latihan. Besok kita udah mulai tampil. Gue mau lo serius latihan," ucap Athala.

"Iya, sayang,"

"Lo bilang apa tadi?" tanya Athala karena merasa aneh dengan kalimat yang diucapkan Chandra.

"Emang tadi gue bilang apa?" dia pura-pura bingung.

"Sayang,"

"Iya, apa sayang? Udah berani manggil sayang ya sekarang?"

Athala mengerjapkan matanya beberapa kali, tersadar dirinya telah masuk ke dalam jebakan Chandra. Kemudian gadis itu melayangkan tinjuan pada Chandra yang dengan cepat ditangkis olehnya. Akibat pijakan yang kurang stabil, Athala kehilangan keseimbangannya. Athala akan jatuh jika saja Chandra tidak menangkap tubuhnya sebelum mencium lantai.

Bola mata gadis itu terbelalak ketika menyadari posisi tubuhnya yang sangat dekat dengan Chandra. Bahkan dia bisa merasakan hembusan napas hangat laki-laki itu di wajahnya. Dia semakin tenggelam dalam manik mata hitam legam milik Chandra.

Chandra tersenyum miring kala melihat Athala yang tak berkedip menatapnya.

"Udah belom modusnya?"

Mata gadis itu mengerjap beberapa kali sebelum akhirnya tersadar pada keadaan. Dia segera mendorong tubuh Chandra dengan kasar. Lalu menatapnya tajam.

"Lo kali yang modus sama gue. Dasar cowok! Selalu ngambil kesempatan dalam kesempitan!"

"Selagi ada kesempatan, kenapa enggak?" ucap cowok itu seraya menaik-turunkan alisnya dengan senyuman jail terbentuk di bibirnya.

Sedetik kemudian, Athala mendekat lalu menjepit hidung Chandra yang lantas membuatnya mangap-mangap tak bisa bernapas.

"Gue gak bisa napas, woy!"

"Napasnya pake mulut aja,"

Chandra dengan bodoh mengikuti ucapan Athala. Gadis itu menyemburkan tawanya melihat wajah konyol Chandra.

"Buahahahahaa... komuk lo kocak banget anjirrr,"

Athala masih terbahak, sementara Chandra terlihat sedang mengatur napasnya yang tersendat oleh tekanan tangan Athala di hidungnya.

Cowok itu menatap Athala dengan kesal. "Kalau lo terus-terusan ketawa mulu, latihannya juga gak bakal kelar-kelar,"

"Makanya lo diem! Jangan bikin gue ketawa mulu!" ucap Athala dengan sisa tawanya.

Kemudian mereka duduk lalu berlatih dengan serius. Keduanya mulai bernyanyi sesuai part lagu yang sudah dibagi oleh Chandra, diiringi dengan dentingan piano yang dimainkan oleh Athala.

Tak lama kemudian deringan dari ponsel Chandra menghentikan aktivitas mereka berdua.

"Bentar, ya?" Chandra meletakkan benda pipih itu ke telinganya.

"Kenapa?"

"Gc ruang futsal sini! Coach pengen ngomongin sesuatu sama lo,"

"Yaudah gue ke sana sekarang,"

Pelangi Setelah HujanWhere stories live. Discover now