(19) | PSH 🌈

12.6K 580 27
                                    

happy reading:)

🌈🌈

Jika ditanya apa yang hal paling sial di dunia ini bagi Athala adalah bangun kesiangan, kepentok pintu saat akan mandi, tugas klipping bahasa inggrisnya sobek sehingga harus diprint ulang dan yang terakhir dia ditinggalkan Zero berangkat sekolah.

Athala berjalan dengan tergesa-gesa di koridor kelas sepuluh. Bel sudah berbunyi sejak sepuluh menit yang lalu. Bahkan tak ada satu pun murid yang berada di luar, semuanya sudah memulai kegiatan belajar mengajar di kelasnya masing-masing.

Saat hendak berbelok di belokan koridor, Athala tak sengaja menabrak bahu seorang murid perempuan.

Bruk!

"Aw!"

"Aduh maaf gue nggak sengaja." ujar Athala sambil mengulurkan tangannya, membantu gadis itu berdiri. Dia memperhatikan gadis itu lekat-lekat, rambut yang digerai dengan jepit bunga sebagai penghiasnya. Dia juga memakai kacamata.

"Ada yang sakit, nggak?" tanya Athala khawatir.

"E-enggak ada kok, kak." jawab gadis itu gugup.

"Eh, itu lutut lo luka!" ujar Athala cemas setelah melihat darah di lutut gadis itu. "Ayo, gue anter ke UKS!" lanjutnya.

Athala menuntun gadis yang tak di ketahui namanya itu menuju UKS. Petugas PMR langsung sigap mengambil kotak P3K begitu melihat Athala menuntun gadis yang terluka itu.

Athala duduk di pinggir ranjang setelah petugas kesehatan sudah selesai mengobati gadis itu.

"Gue Athala kelas sebelas IPA-1, salam kenal!" Athala menjulurkan tangannya ramah dengan senyuman manisnya.

"Aku Raisa kelas sepuluh IPS-4, salam kenal juga, kak."

Raisa menjabat tangan Athala disertai senyuman yang memperlihatkan lesung pipinya.

"Kok gue belum pernah liat lo ya sebelumnya?" Athala menanyakan keheranannya sejak tadi.

"Gue murid baru, kak."

"Oh murid baru, pantesan aja."

Kemudian mereka berbincang-bincang ngalor-ngidul. Meskipun baru mengenal, mereka sudah nyambung berbicara apa saja. Bahkan mereka mengabaikan kelas mereka yang sudah memulai pelajaran sejak tadi.

"Oh, ya? Kok lo ceroboh banget, sih?" Athala terbahak mendengar cerita Raisa.

Raisa pun ikut tertawa, namun tiba-tiba tawanya terhenti ketika melihat seseorang berdiri di ambang pintu. Athala heran melihat Raisa tiba-tiba saja diam, dia kemudian mengikuti arah pandang Raisa. Gadis itu terkejut kala melihat Davin ada disana.

"Loh, Davin? Sejak kapan lo disitu?"

"Sejak lahir." Davin mendekat pada kedua gadis itu.

"Ngaco!"

"Lo ngapain bolos sih? Malah nongkrong di UKS lagi." Davin melirik sekilas ke arah Raisa.

"Hehe, abisnya tadi gue datengnya kesiangan terus juga gue nabrak dia. Lututnya luka jadi gue bawa disini deh. Awalnya cuma ngobrol dikit doang eh taunya udah bel istirahat, ya?" Athala menggaruk hidungnya.

"Makanya kalau tidur itu jangan kek orang mati! Susah banget bangunnya!"

"Apa sih nggak jelas?!"

Davin terkekeh sebentar lalu melirik ke arah Raisa. Raisa menundukkan kepalanya ketika dia tertangkap basah sedang mencuri-curi pandang ke arah Davin.

Pelangi Setelah HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang