11 : Hadiah dari kak Aldo

Începe de la început
                                    

Sedetik kemudian tawanya menggema di dalam aula ini. Tawa tak sopannya itu pun membuat teman-teman yang lainnya menatap zia aneh.

Pletak!

Tawa zia berhenti seketika setelah merasakan pukulan keras di jidatnya. Bola mata biru itu melirik sebal pada seseorang yang kini duduk di sebelahnya.

"Lo tuh cewek, di miripin sama cewek dikit kek."

Gadis mungil ini mencebikkan bibirnya. "Ah, bodo' yang penting happy."

Cowok di sebelahnya mendengus.

"Lo dapet peran apa del?" tanya zia sembari memperhatikan script yang masih di tangannya.

"Jadi sahabatnya digo. Lah lu napa tadi ketawa, perasaan ini bukan drama komedi."

Gadis mungil ini terkikik mengingat apa tadi yang membuatnya tertawa. Dia turunkan scripnya lalu menatap sahabatnya. "Gue geli sendiri dapet peran kaya gini. Ini mah feminim banget."

Delio tersenyum membayangkan bagaimana penampilan zia nanti. Tak sabar melihat penampilan sahabatnya yang menjadi feminim dan sedikit kalem, hanya sedikit tapi. Bukan apa-apa, ia hanya ingin mengejeknya saja. "Sekali-kali biar keliatan cewek."

"Emang selama ini gue gak keliatan cewek?" tanya nya dengan bibir manyun.

Delio manggut-manggut memperhatikan zia dari atas sampai bawah sembari mengelus dagunya. "Mirip kalo lagi diem, kalo lagi pecicilan bentuknya jadi ambyar." setelah mengatakan itu tawa delio menggema, lebih tepatnya tawa mengejek.

Gadis ini tak terima, ia berikan pukulan bertubi-tubi ke punggung sahabatnya yang kurang ajar, tak memiliki solidaritas dan berperikesahabatan sama sekali.
Gini-gini ia juga cewek tulen, bisa genit juga. Kumatnya kan kalau sedang bersama komplotan dan sahabatnya saja.

Ujungnya kedua anak ini pun kejar-kejaran seperti masha yang sedang mengejar-ngejar capung, pantang menyerah walaupun terjatuh berkali-kali.

Aldo yang melihat aksi adiknya dan teman spesiesnya hanya bisa menghela napas. Bukannya menghafalkan teks malah bermain seperti anak kecil. Apa masa bermain nya masih kurang sampai sudah remaja saja masih seperti anak kecil. Memalukan sekali. Ini harus di hentikan, bagaimana pun ia lah yang di beri kepercayaan oleh bu indah untuk menghandle adik kelasnya.

"Delio!" sentak Aldo.

Bruk

Gubrak!

"adaww!"

Tubuh zia menabrak punggung delio sampai terjatuh kelantai karena delio mengerem kakinya mendadak. Delio menyengir menatap abangnya yang sudah menatapnya garang. Tidak memperdulikan sahabatnya yang sedang mengaduh kesakitan.

"Kenapa bang?" tanya nya sok polos.

"Duduk!" perintahnya tak terbantahkan.

"I-ya deh.. Ini juga mau duduk. He." ujarnya sedikit gugup. Walaupun umur mereka selisih dekat, Delio sebagai adik selalu menghormati abangnya. Bahkan dia lebih takut sama Aldo di banding daddy nya. Alasannya, Aldo itu lebih horror dari pada daddy nya yang sudah error seperti Mommy nya.

Bukan berarti Aldo tak sayang dengan adiknya, hanya saja dia tidak begitu menunjukan rasa sayangnya. Lagi pula Delio juga sudah besar dan dia cowok bukan cewek, dia bisa menjaga dirinya sendiri. Kecuali jika Delio mengalami kesulitan yang dia tak mampu mengatasinya, Aldo lah orang pertama yang akan membantunya.

"Cepetan duduk nyil." delio menarik krah belakang zia agar berdiri, lalu mendudukan paksa di kursi.

Baru saja zia membuka mulutnya, delio sudah menyumpalnya dengan permen lolly pop hasil menarik paksa dari mulut sinta yang duduk di sebelahnya.

Naughty Kiss (A & Z) [COMPLETED]Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum