TIGA PULUH SEMBILAN : Laugh and Love

Start from the beginning
                                    

Tetapi ia seketika tertawa kencang ketika menoleh dan mendapati wajah Samudra yang pucat pasi, cowok itu pasti shock karena kemampuan menyetir Lalisa yang sangat minim.

"Kok kamu malah ketawa Lis?" tanya Samudra tidak senang.

"Ya lucu aja gitu liat kamu kayak ketakutan." Samudra mau tak mau tersenyum kecil.

"Ya sekarang aku paham satu hal, kalo aku masih sayang sama nyawa sendiri ya jangan biarin kamu nyetir. Bahaya," sindir Samudra pedas, hal itu membuat Lalisa mengerucutkan bibirnya. Dan kini giliran Samudra yang tertawa.

"Udah jangan ngambek, mending kita turun terus ke kelas." Samudra keluar dari mobil dan membukakan pintu untuk Lalisa.

"Kok kamu sekarang malah jadi kayak supir aku ya? Pake buka-bukain pintu mobil segala," canda Lalisa menahan tawanya agar tidak meledak. Samudra tersenyum geli.

"Aku jadi pembantu? Budak gitu? Kalo budak cinta sih iya." Lalisa segera memasang wajah jijiknya ketika mendengar celetukan Samudra. Cheesy.

"Belajar dari mana ngomong kayak gitu? Geli banget njir," cerocos Lalisa bergidik ngeri. Keduanya tertawa kemudian.

Di kejauhan seorang siswa menatap mereka dengan pandangan sendu, sesekali tangannya mencengkram ujung jaketnya yang tidak dikancingkan. Sebuah tangan mendarat di bahunya dan membuat cowok itu menoleh dan mengangkat sebelah alisnya.

"Tenang aja, kita lakuin rencana hari ini," ucap Kevin tersenyum miring.

"Kev, gue mau nanya sesuatu boleh nggak?" Joshua menatap sepupunya itu dengan penasaran.

"Nanya apaan?"

"Kenapa elo benci banget sama Samudra?" Ekspresi wajah Kevin tiba-tiba terlihat tidak senang, rahangnya mengeras dan tangannya mengepal kuat.

"Dia udah berhasil ngerebut cinta pertama gue," desisnya pelan.

∆∆∆

Samudra meminum air putihnya dengan malas, matanya sedari tadi melirik segelas es jeruk asam milik Lalisa. Ia sangat ingin meminumnya tetapi Lalisa melarang dengan alasan takut Samudra sakit lagi, berlebihan ya?

Samudra menatap Lalisa yang kembali dari pedagang mie ayam, tetapi cewek itu malah terlihat membawa susu coklat favoritnya.

"Mana mie ayamnya?" tanya Samudra bingung. Lalisa meletakkan susu coklatnya sembarangan di meja dan membenarkan ikatan rambutnya.

"Nanti dianterin kesini." Samudra mengangguk.

"Eh susu aku mana ya?" bingung Lalisa karena susu coklatnya tersembunyi di balik ponsel tas kecilnya.

"Itu nempel." Lalisa mengerutkan dahinya bingung.

"Hah?"

"Itu nempel," ulang Samudra sekali lagi. Otak Lalisa yang masih lemot akibat pelajaran Kimia tadi berpikir keras, lalu ia menatap Samudra kesal.

"Maksud aku susu coklat tadi Samudra!" bentaknya dengan wajah memerah. Samudra sendiri malah terkikik geli.

"Kirain yang lain," jawabnya asal. Lalisa mendengus, tetapi ia tertawa kemudian karena sadar bahwa kejadian tadi itu lucu.

"Hari ini kita banyak ketawa ya?" ungkap Samudra saat Mang Maman pergi setelah meletakkan dua mangkuk mie ayam di meja mereka.

"Ya baguslah, awet muda tau," celetuk Lalisa sambil mengaduk mie ayamnya agar bumbu merata.

"Aku seneng bisa ketawa terus sama kamu, ya sebelum aku pergi ke Amrik puas-puasin dulu." Lalisa menghentikan kegiatan makannya dan mendongak menatap Samudra dengan pandangan tidak senang.

"Jangan bahas tentang Amrik, please."

"Ok my love." Lalisa mencibir. "Alay."

Samudra tertawa kecil. "Suka-suka aku lah."

"Kamu Minggu depan try out kan ya? Mepet banget sama UN. UN kan sebulan lagi."

"Iya mepet, males banget."

"Jangan males Sam, belajar yang bener." Samudra tersenyum.

"Kamu nanti temenin aku belajar ya."

"Emang kamu bisa fokus kalo ada aku?" Samudra terkekeh. Ia merasa pacarnya ini sudah terlalu percaya diri.

"Diusahain, lagian kamu kan penyemangat aku," balas Samudra. Kalimat itu berhasil membuat pipi Lalisa memerah karena malu.

"Samudra kampret, lemes hayati," rutuk Lalisa dalam hatinya.

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Where stories live. Discover now