TIGA PULUH TUJUH : Samudra Sakit

Mulai dari awal
                                    

"Aneh banget kamu peduli sama aku, biasanya kan sama Joshua kamu itu." Ucap Samudra dengan suara rendah dan serak, tanpa diduga Lalisa malah tertawa.

"Kamu itu lucu ya, lagi sakit begini masih aja cemburu." Samudra tampak kehabisan kata untuk membalas ucapan Lalisa.

"Siapa yang bilang kalo aku cemburu?" Lalisa terkikik geli.

"Udahlah jujur aja, emangnya kamu pikir aku nggak ngerti sifat posesif kamu itu?"

"Udah mending kamu tidur aja." Lalisa berdiri dan merapikan rok seragamnya yang agak kusut, lalu mengambil mangkuk yang tadi ia letakkan di nakas.

"Tidur Sam, jangan ngeliatin aku terus. Aku tahu aku cantik." Celetuk Lalisa yang sedikit mencontek kata-kata yang diucapkan Samudra, cowok yang sedang berbaring itu sendiri hanya mendengus.

Lalisa berjalan keluar dari kamar Samudra dengan langkah yang santai, sepertinya cewek itu sama sekali tidak berniat pergi. Bahkan tas sekolahnya masih tergeletak di sofa.

Samudra yang merasakan pusing mendera kepalanya berusaha memejamkan matanya untuk menekan rasa pusingnya tersebut, tetapi tidak lama kemudian ia tertidur.

∆∆∆

Samudra terbangun tepat pada pukul 11 malam, ia mengedarkan pandangannya sekilas. Meskipun sesekali ia meringis karena tubuhnya menggigil dan kepalanya masih pusing, ia merasa sangat lemah, dan berlebihan.

Samudra merasa kecewa ketika tidak ada tanda-tanda keberadaan Lalisa disana, tas sekolahnya sudah tidak ada dan pintu kamarnya ditutup. Ia kemudian mendesah pelan.

Sebenarnya Lalisa sayang padanya atau tidak?

Samudra munafik, iya. Ia sangat mengharapkan kehadiran Lalisa di sisinya saat sedang sakit seperti ini, ia ingin Lalisa merawatnya. Manja memang.

Sesungguhnya tadi sore Samudra merasa tidak enak ketika Lalisa terus-menerus meminta maaf, ia ingin sekali memeluk cewek itu dan mengatakan bahwa ia memaafkannya tetapi egonya masih terlalu tinggi.

Samudra merasa kepalanya pusing kembali, lalu ia bergumam kesal.

"Sialan."

Samudra menoleh ketika mendengar bunyi pintu yang dibuka, mata tajamnya kemudian melihat Lalisa yang masuk dengan membawa semangkuk air hangat dan lap kecil. Jadi cewek itu tidak pergi dan tetap merawatnya sampai selarut ini? Mau tidak mau Samudra merasa terharu.

Samudra yang sadar situasi meskipun agak lambat reaksinya segera berpura-pura tidur, ia memejamkan matanya dan menunggu apa yang akan Lalisa lakukan.

Rasa hangat menjalar di dahi Samudra, lap basah yang telah diletakkan oleh Lalisa membuatnya tenang. Tanpa sadar ia menghembuskan napasnya lega.

Lalisa yang tidak menyadari itu hanya menguap lebar, ia sebenarnya mengantuk tetapi Samudra masih sakit. Ia sangat ingin jika Samudra sembuh dengan cepat.

Dengan asal-asalan ia mengikat rambut panjangnya, lalu kembali fokus dengan kegiatan mengompres dahi Samudra.

Samudra sangat tidak tega, ingin rasanya ia membuka matanya dan menyuruh Lalisa untuk segera tidur. Tetapi ia urungkan niatnya itu karena tubuhnya terasa terlalu lemah bahkan untuk membuka matanya saja.

"Lis.. haus.." Entah mengapa dua kata itu yang keluar dari bibir Samudra. Lalisa yang mengantuk refleks membulatkan matanya dan segera mengambil air, tetapi dengan bodohnya ia malah mengambil mangkuk air kompresan, bukan gelas air minum.

Karena Lalisa menarik mangkuk itu kembali dengan cepat maka air di mangkuk sedikit tumpah, mengenai wajah Samudra dan membuatnya segera bangun.

"Aduh Sam maaf nggak sengaja!" Lalisa menggigit bibir bawahnya khawatir, tangannya sendiri sedang sibuk mengelap wajah Samudra yang basah dengan sapu tangan di roknya. Samudra terbatuk.

"Kamu ngapain jam segini masih ada di rumah aku?" Tanya Samudra berpura-pura tidak mengerti, Lalisa menggaruk kepalanya yang tidak gatal.

"Ya.. ngerawat kamu lah. Kamu kan lagi sakit."

"Kamu nggak pulang? Keluarga kamu nggak nanyain?"

"Mereka lagi keluar kota Sam." Samudra yang kebingungan memperhatikan Lalisa dengan lebih seksama, ada yang sedikit aneh dengan pakaian yang dikenakan cewek itu.

"Kamu.. pake baju aku?" Tanya Samudra lemas, Lalisa meringis menahan malu.

"Aku nggak sempet pulang, ya jadinya minjem baju kamu dulu. Gak papa kan ya?" Samudra tersenyum tipis lalu mengulurkan tangannya, mengusap surai Lalisa dengan langkah lembut. Cewek itu sendiri sudah berbinar-binar matanya.

"Kamu maafin aku Sam?" Agak lama selang waktu sebelum Samudra mengangguk dan mengucapkan kata selanjutnya.

"Iya Lis, aku nggak tahan jauh-jauh dari kamu." Lalisa tersenyum lebar dan mengambil gelas air minum.

"Kamu tadi haus kan ya? Maaf tadi salah ambil." Lalisa membantu Samudra untuk meminum airnya, walaupun hanya dua teguk.

Samudra kembali berbaring, tetapi matanya tak lepas dari wajah cantik Lalisa, walaupun malam itu kelihatan sangat kusut.

"Maaf kemarin aku udah ninggalin kamu Lis, aku cuma nggak suka kamu nyebut-nyebut nama cowok lain." Lalisa meletakkan lap basah di dahi Samudra lagi.

"Kenapa kamu seposesif ini sih Sam?" Tanya Lalisa to the point, Samudra tersenyum miring.

"Kamu mau tau yang sebenarnya?" Lalisa mengangguk.

"Eh tapi Sam, mending nanti aja. Kamu kan sekarang harus istirahat."

"Sekarang aja, biar kamu ngerti kenapa aku seposesif itu sama kamu." Samudra terbatuk-batuk setelah mengucapkan kalimat itu sehingga membuat Lalisa khawatir.

"Tuh kan Sam."

"Nggak, pokoknya aku mau cerita sekarang." Ucapnya dengan suara serak.

"Yaudah kalo kamu maksa." Balas Lalisa pasrah.

"Selain aku sayang banget sama kamu Lis, ada alasan lain yang bikin aku terlalu posesif sama kamu."

"Yaitu?"

"Ini berhubungan sama keluargaku juga."

∆∆∆

Ciee digantung wkwk *ditimpuk readers

See you di next chapter yo^^

My Possessive Bad Boy (SUDAH TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang