19. Berjalan Lancar

Start from the beginning
                                    

"Dan nama kami itu mirip."

Ibunya tertawa dan Laura ikut tertawa. Sementara Ayah Rivan hanya tersenyum dan tetap menikmati minuman miliknya.

"Mirip bagaimana Ma?"

Dila mengangkat wajahnya. Dan tetap memegang Fairuz yang sedang mencoba untuk berdiri.

"Nama Mama itu kan Aldha, nah Papa itu Aldo." Mata Dila membulat penuh rasa takjub dan ikut tertawa bersama mereka.

"Itu mungkin jodoh."

Celetukkan Ayah Rivan kembali membuat seisi rumah bergetar dengan sebuah gelombang kehangatan yang begitu kuat.

"Tapi Ma, Kak Dila dan Kak Rivan juga mirip."

Sahut Salsabila saat mereka semua mulai melambatkan frekuensi tertawa.

Dila mengangkat alisnya, lalu menatap Rivan dengan tatapan kebingungan. Rivan hanya menggelengkan kepalanya polos. Tak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Salsabila.

"Ayolah, kalian pasti sudah mengiranya. Rivan Gunawan Maulana. Dila Maulin Sucipto. Maulin dan Maulana. Aaa... Kalian sudah dipastikan berjodoh."

Ujar Salsabila dengan nada menggoda dan dengan sengaja menyenggol bahu Dila.

Dila bahkan baru menyadari hal itu tadi. Dan hal yang paling mengejutkan adalah fakta bahwa ternyata ia bertingkah layaknya anggota keluarga Rivan. Panggilan untuk Ibu Rivan bahkan terasa licin untuk diucapkan tanpa ada kecanggungan sedikitpun. Lalu dalam posisi duduk seperti ini, Rivan dan Dila seperti sebuah keluarga yang memiliki dua anak lelaki. Fairuz tetap tenang duduk di pangkuan Dila.

"Wah lihat, Fairuz suka biskuit buatan Tante Dila ya?"

Laura memberikan satu biskuit untuk yang kesekian kalinya pada Fairuz.

"Ini buatan kamu semua?"

Dila mengangguk dan kembali menyuapi Fairuz. Ada beberapa toples yang sengaja Dila berikan untuk mereka. Karena itu semua bertujuan untuk meyakinkan Ibu Rivan yang mungkin masih dilanda sebuah keraguan yang cukup besar karena anak lelaki anehnya itu ternyata memiliki seorang kekasih. Tapi mungkin hanya dengan Rivan yang berani menyentuhnya saja itu sudah cukup.

Yang Dila ketahui, Rivan tak lagi memiliki sebuah hubungan dengan wanita selama 11 tahun. Dikarenakan hal itu tadi, ia tak bisa berada di dekat wanita asing. Prediksi Dila menyatakan bahwa mungkin awal-awal phobia itu pastilah Rivan tak ingin disentuh oleh siapapun. Bahkan Ibunya sekalipun. Semuanya selalu buruk di awal. Itu adalah mutlak.

Jadi Rivan mengalami hal traumatis di usia 19 tahun?

Ya, bisa jadi. Dila tak tahu secara pasti bagaimana runtutan cerita penyebab phobia yang menghantui dirinya. Yang pasti adalah penyebab semua ini karena seorang gadis.

Dan beruntunglah orang tua Rivan tidak mengatur kehidupan asmara anak-anaknya. Salsabila saja yang berusia 26 tahun masih senang dengan pendidikannya. Ia masih berkuliah dengan beasiswa yang diterimanya. Tidak memberatkan orang tua. Orang tua mana yang tak bangga dengan hal itu? Semua pasti bangga.

Tapi Dila mengingat sesuatu sekarang. Rivan pernah mengatakan bahwa masih ada sengatan-sengatan kekhawatiran atau entah apa itu jika menyentuh Dila secara terbuka. Ia sendiri tak mengerti apa maksudnya, namun sepertinya Rivan memang harus sedikit membiasakan diri lebih lama agar ia bisa nyaman berinteraksi dengan wanita lain.

Di luar sana banyak sekali wanita yang mengincar Rivan karena ia adalah si Bibit Unggul Indonesia.

"Kalau begitu pasti tahu dong makanan kesukaan Rivan apa?"

Love? Trust? Work? or Hobbies? [Dalam Revisi]Where stories live. Discover now