Nyatanya, semua soal yang mereka kerjakan tidak jauh berbeda dengan apa yang telah mereka pelajari selama ini. Semua murid pun berbondong-bondong keluar dari ruang ujian, dan langsung saling berkumpul untuk bertukar soal apa saja yang mereka ingat dan mencocokkannya satu sama lain.

Tak jarang pula mereka merasa ragu dengan jawabannya, disaat salah satu temannya yang mempunyai soal yang sama menjawab jawaban yang berbeda dengannya. Ada juga yang memekik girang saat tahu bahwa jawaban yang mereka jawab ternyata sama.

Ya, sangat tipikal anak pelajar. Semua murid pasti melakukan hal yang sama.

"Besok matematika, ya?" Tanya Keira dengan cemas. Matematika merupakan pelajaran yang paling ia hindari. Entah apa jadinya jika semua soal ujian tidak dapat ia kerjakan.

"Iya," jawab Lisa sambil menganggukan kepalanya. "Tapi, lo tenang aja, kita semua pasti bakal lulus kok. Sekolah bayar mahal-mahal, kalo gak lulus tuntut aja!" Lanjutnya dengan perasaan menggebu-gebu.

"Ya, emang dasar pemikiran lo cetek," balas Keira santai.

Layaknya orang yang baru saja tersambar petir di siang bolong, tiba-tiba Samuel menggebrak meja kantin dengan kencang. "Gue punya ide!"

"Apa?" Tanya mereka semua berbarengan.

"Gimana kalo abis ujian kita liburan ke luar negeri?" Samuel menatap mereka satu persatu dengan pancaran penuh binar.

"Bo--"

"Engga!" Dengan cepat Keira memotong ucapan mereka. Lagi-lagi, mereka menatap Keira dengan tatapan anehnya.

"Kenapa? Bukannya malah seru, Kei?" Tanya Liam.

"Pokoknya engga!" Keira tetap berpegang teguh pada ucapannya. Tetapi, melihat wajah sahabat-sahabatnya, Keira menjadi merasa tidak enak. Mereka semua memang belum tau perihal masalah Liam. "Hem, ma-maksud gue kenapa harus ke luar negeri? Kan di Jakarta juga banyak tempat bagus," lanjutnya dengan terbata-bata.

"Gimana kalo ke Australia aja? Abis ujian gue mau ke Sydney." Dengan santai Liam berbicara. Tidak menyadari bahwa Keira sudah membulatkan matanya. Mungkin akan segera jatuh kalau-kalau ia tidak berkedip.

"KAMU MAU PINDAH?!" Tanya Keira berteriak. Yang benar saja Liam akan pindah di saat seperti ini. Waktu bersamanya sedetik saja terasa sangat berharga bagi untuknya.

"Engga, Keira. Kemarin Papa nyuruh aku ke sana." Keira pun akhirnya bernapas lega setelah mendengar jawaban Liam. Ia tidak akan membiarkan hal itu terjadi jika Liam akan benar-benar pindah dan meninggalkannya.

"Lo berangkat kapan, Li?" Pertanyaan Rio membuat mereka semua menatap Liam penasaran.

"Mungkin sabtu," jawab Liam yang ia sendiri tidak yakin itu benar.

"Oke, bisa diatur."

••••••

Hari yang paling ditunggu-tunggu oleh seluruh murid kelas dua belas akhirnya datang juga, setelah mereka semua berjuang mati-matian demi mengejar masa depannya. Menggapai sebuah mimpi yang terlalu sulit untuk digapai jika tanpa ada bekal yang melengkapi.

Walaupun ujian sudah berakhir dan sudah cukup membuat mereka semua merasa lega, tetapi tetap saja bayangan akan hasil akhir nanti terus menganggu pikiran mereka. Mereka memang seharusnya tidak perlu khawatir, karena sekolah mereka merupakan salah satu sekolah swasta elit di Jakarta. Apalagi mengingat bayaran perbulannya yang terbilang sangat mahal.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now