Part 20

22.5K 1.4K 37
                                    

Di sore hari dengan cuaca yang tidak bersahabat, langit senja tersenyum dibalik awan hitam. Samuel mengambil album foto di bawah kasurnya lalu merebahkan tubuhnya. Ia tersenyum menatap foto-foto tersebut yang memperlihatkan betapa bahagia masa kecilnya. Ya, foto masa kecilnya bersama seseorang yang telah lama bertahta dihatinya. Dia, Keira. Sudah seminggu ini, Keira masih belum terbangun dari komanya.

Seminggu tanpa berada disampingnya dan tanpa senyumannya terasa sangat lama bagi Samuel. Ia merasa sebagian dari dirinya telah hilang. Ia sungguh merindukan sahabatnya itu. Ditatapnya foto itu satu persatu. Hingga pada akhirnya, tatapannya berhenti pada sebuah foto yang memperlihatkan ia dan Keira tengah berbaring bersama. Foto sebelum ia dan Keira bermain bersama di pantai beberapa waktu lalu.

Samuel pun memutuskan untuk menutup kembali album foto tersebut dan mengambil kunci mobilnya. Rasa rindunya dengan Keira tidak dapat dibendung lagi. Ia ingin mengunjungi cewek itu sekarang juga.

Selama di perjalanan, Samuel sama sekali tidak fokus dan hampir saja kehilangan kendali, jika tidak ada suara klakson yang langsung membuat ia tersadar dari lamunannya.

Begitu sampai di rumah sakit, Samuel pun bergegas menuju kamar inap Keira. Namun, ketika ia membuka pintu, ia melihat Liam tengah duduk di tepi ranjang Keira sambil memegang tangan Keira dengan erat. Ia sangat terpaku dengan apa yang ia lihat. Terlebih, Liam seperti tidak menyadari keberadaannya sekarang.

Ketika ingin menutup pintu kembali, Samuel tidak sengaja mendengar ucapan Liam yang langsung membuat ia mengurungkan niatnya.

"Keira, kapan lo bangun? Gue bener-bener kangen sama lo, Kei. Walaupun lo ada di depan mata gue, tapi gue ngerasa lo itu begitu jauh. Lo itu begitu sulit dijangkau. Gue tau kalau gue ngga akan pernah bisa menjadi bagian dari hidup lo, tapi biarin gue ngomong sama lo sekali ini aja kalo gue ..." Samuel pun sangat terpaku begitu melihat bahwa Liam menitikkan air matanya. Tanpa suara, tetapi terlihat begitu rapuh.

"... gue sayang sama lo, Keira," Liam pun menundukkan kepalanya di atas punggung tangan Keira. Dapat Samuel lihat bahwa Liam begitu tulus saat mengucapkannya.

Samuel tersenyum getir serayavmenutup pintu kamar inap tersebut dan memilih untuk menunggu diluar. Menunggu seorang diri dengan dada yang terasa seperti ditusuk-tusuk. Ia pun tersentak kaget begitu mendapati bahwa bahunya baru saja ditepuk seseorang. Saat menoleh, ia mendapati Rio dan Kenio sedang duduk di sebelahnya.

"Kenapa mata lo merah begitu? Abis nangis?" Tanya Kenio sambil mengeryitkan dahinya.

Samuel menggeleng. "Engga, gue ngantuk aja dari semalem belom tidur."

Rio yang tidak percaya pun langsung melihat ke dalam kamar Keira dari kaca pintu. Saat itu juga, ia melihat Liam tengah menggenggam tangan Keira dengan erat. Langsung saja ia menepuk-nepuk bahu Samuel pelan. Mengisyaratkan agar ia tenang.

"Makanya, jadi orang tuh peka sama perasaan sendiri. Gimanapun juga, Liam itu temen kita."

Samuel pun langsung menatap tajam wajah Rio, tetapi setelah itu kembali terdiam. Omongan Rio memang benar. Biar bagaimanapun juga, Liam adalah temannya sendiri.

"Udahlah, mending kita masuk aja," Rio pun langsung membuka pintu kamar inap Keira dan masuk ke dalam sana.

Sontak, suara decitan pintu yang terbuka membuyarkan lamunan Liam. Begitu melihat ketiga temannya, Liam berdiri dan langsung ber-high five dengan mereka.

"Lo udah lama disini?" Tanya Samuel berpura-pura sambil mendudukkan dirinya diatas sofa.

"Lumayan. Lisa sama Ivy mana? ngga ikut?" Liam balik bertanya sembari mengambil posisi duduk di sebelah Samuel.

"Mereka berdua lagi di jalan," jawab Rio.

Dan, benar saja, tidak lama kemudian, Lisa dan Ivy pun datang. Wajah mereka terlihat sangat kusut dan penampilannya begitu berantakan. Mereka berdua pun segera menempati tempat kosong di sofa dengan tangan yang kompak berada di depan dada.

"Kalian berdua kenapa, sih?" Tanya Samuel sambil menatap keduanya dengan bingung.

Ivy mendengus kasar. "Jadi gini, gue ngga sengaja ketemu Jane di jalan. Dia lagi sama temennya. Trus, gue samperin dia dan gue minta supaya dia ngaku kalo dia yang udah nabrak Keira. Kalian tau? tiba-tiba dia nampar gue."

Kenio pun sontak menghampiri Ivy mengelus lembut pipinya. "Tapi, kamu gapapa, 'kan?"

Ivy pun mengangguk cepat dan kembali bercerita. "Pas gue mau bales, temennya nahan tangan gue. Akhirnya, Lisa sama Jane yang berantem."

Kali ini, Rio, lah, yang seketika menghampiri Lisa dan menatapnya cemas. Tidak lupa juga memegang tangannya. Bukan maksud mencari kesempatan, tetapi refleks. "Lo juga gapapa, kan? Ada yang sakit? Perlu diperiksa ke dokter?" Tanyanya beruntun.

Lisa pun hanya memutar bola matanya begitu mendengar ucapan Rio. "Gue gapapa," balasnya cuek yang membuat Rio bernapas lega dan tersenyum lembut menatapnya. Tiba-tiba saja, ia merasakan getaran aneh begitu melihat senyuman Rio. Bahkan, jantungnya sudah berdebar dengan sangat kencang.

"Trus gimana lagi?" Tanya Liam yang juga ikut penasaran.

"Ya ... engga gimana-gimana, orang kita dipisahin sama Bapak-bapak. Abis itu, Jane pergi gitu aja."

Dan tiba-tiba, suara nada dering berbunyi dengan keras. Ternyata, suara itu berasal dari ponsel Rio yang dengan cepat menerima panggilan teleponnya.

"Halo?"

"........."

"Iya, benar."

"..............."

"Apa? Yang benar, Pak?"

"..............."

"Baiklah. Terima kasih, Pak."

Saat Rio memutuskan sambungan teleponnya, mereka semua pun sontak menatapnya penasaran. Pasalnya, begitu melihat raut wajah Rio yang terlihat kecewa, mereka langsung yakin bahwa sesuatu baru saja terjadi.

"Kenapa?" Tanya Samuel penasaran.

"Barusan, polisi yang waktu itu ke sini yang telepon gue. Dia bilang, plat nomor mobil yang lo tunjukin itu palsu."

Seketika, raut wajah mereka semua pun mendadak lesu dan kecewa seperti Rio. Bagaimana mungkin bukti yang mereka anggap adalah sumber terbesar untuk mengetahui siapa dalang di balik semua itu, ternyata palsu. Kalau seperti ini, mereka tidak punya bukti apa-apa lagi.

Mereka hanya bisa pasrah dan menunggu kelanjutan dari hasil identifikasi petugas kepolisian.

•••

[A/N harap dibaca]

Makin lama emang makin pendek, kok. Jadi, santai aja wkwk.

Hope this chapter is more than enough to read and make you guys happy, while im trying my best to make this story better than before. Thank you!❤

Edited on July 15, 2016.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now