Part 39

18.7K 1.1K 82
                                    

Keira POV

Akhirnya bel pulang sekolah pun berbunyi. Aku sudah tidak sabar ingin pergi ke rumah Liam. Entah kenapa, perasaanku tidak enak. Aku takut jika terjadi sesuatu pada Liam. Apalagi dia sama sekali tidak memberi kabar untukku.

Ya, mungkin sekarang aku sudah cocok untuk dijuluki sebagai seorang istri yang sangat ingin mengawasi suaminya yang sedang selingkuh.

Okay, forget it.

Saat melihat Samuel sudah berdiri di ambang pintu kelasku, aku pun dengan segera menggamit lengannya menuju parkiran. Aku tidak lagi menghiraukan teriakan Lisa dan Ivy yang minta ditunggui olehku.

Ck, mereka berdua memang sudah terlalu bergantung padaku.

"Kei, sabar dong, jangan cepet-cepet jalannya," protes Samuel sambil berusaha mengimbangi langkahku.

"Kita harus cepet-cepet ke rumah Liam," aku pun melangkahkan kakiku lebih cepat. Sedangkan Samuel, aku masih dapat mendengar dengan jelas bahwa ia menghela napasnya.

Im sorry, Sam.

Akhirnya setelah perjalanan yang menurutku sangat memakan banyak waktu, aku dan Samuel pun sampai di depan gerbang rumah Liam. Mobil Samuel lalu segera masuk ke dalam halaman rumah Liam setelah dibukakan pintu gerbangnya oleh satpam.

Namun, begitu aku turun dari mobil, aku mendapat sambutan yang sangat tidak kuinginkan dalam waktu ratusan tahun ini. Sambutan yang seketika membuatku mengeluarkan air mataku dengan deras.

"Li-Liam," Panggilku dengan suara parau yang memalukan ini.

Liam dan orang yang memeluknya pun menoleh. Bisa kulihat bahwa keduanya sama-sama terkejut. Mungkin lebih tepatnya Liam.

Begitu melihat Liam yang tengah mencoba untuk mendekatiku, aku pun sontak mundur ke belakang. "Jangan mendekat!" Cetusku.

"Kei, ini gak seperti yang kamu kira," Tepat setelah Liam berbicar seperti itu, cairan berwarna merah mengucur deras dari hidungnya. Namun, saat aku ingin menghampirinya, seorang gadis yang tadi berpelukan dengan Liam langsung berlari cepat ke arahnya.

Lagi, air mataku turun dengan deras. Hatiku sakit. Hatiku sakit saat melihat Liam yang tengah berada di dalam dekapan gadis itu. It supposed to be me. Harusnya aku. Bukan dia maupun orang lain.

Aku pun memutuskan untuk berbalik dan mengambil tangan Samuel, lalu menuntunnya menuju mobil. Aku sudah tidak sanggup lagi jika harus berlama-lama di sana. Menatap kedua insan yang mungkin memang masih menyimpan perasaan di belakangku.

Sepanjang perjalanan, aku hanya bisa menangis sambil menatap keluar jendela. Its freakin' hurt, you know? Seeing your boyfriend hugged with another girl behind you.

Ternyata, Liam tidak sebaik apa yang aku kira. Selama ini aku selalu menganggapnya beda dari yang lain. Sayangnya, ia sama saja dengan kebanyakan cowok di luar sana. Sama-sama pembohong dan tidak punya hati.

Bagaimana bisa dia berpelukan dengan orang lain, di saat aku sedang khawatir dan menunggu kabar darinya?

"Kei, lo harus denger penjelasan dari Liam dulu, siapa tau aja dia punya alasan kenapa dia ngelakuin itu. Jangan gegabah, Kei, Gue gak mau kalo nantinya lo nyesel,"

aku pun tertawa miris mendengar ucapan Samuel. Mendengar penjelasannya? Hah, bahkan aku sudah tidak mau lagi bertemu dengannya.

"Gue gak butuh penjelasan dari dia,"

"Tap-"

"Gak ada tapi-tapian."

Sesampainya di rumah, aku pun langsung turun dari mobil Samuel dan segera masuk ke dalam kamar. Tidak peduli dengan panggilan Mama yang menyuruhku untuk makan siang.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now