Part 2

98.6K 4.9K 571
                                    

Hari ini, Keira bersama kedua sahabatnya pulang lebih awal. Mereka pulang bukan karena bolos pelajaran atau lain sebagainya, tetapi karena sekolahnya akan mengadakan rapat untuk membahas tentang tahun ajaran baru. Tentu saja, itu membuat semua murid SMA Angkasa Mirta senang bukan main. Siapa yang tidak senang kalau hari pertama sekolah, seluruh murid dipulangkan lebih awal. Terlebih, sekarang baru saja memasuki pukul sepuluh pagi. Ah, inikah yang dinamakan surga bagi para pelajar?

"Kei, kita ke mall, yuk," ajak Ivy sembari menata rambutnya di sebuah kaca kecil miliknya. Kebiasaan yang tidak pernah hilang setiap pulang sekolah.

Keira menguap lebar. "Gue ngantuk, Vy, mau tidur," ia kemudian memasukkan satu buku tulis kosong miliknya ke dalam tas. Sedangkan bukunya yang lain memang senjaga ia taruh di bawah kolong meja. Alasannya sederhana, berat.

Murid yang lain? Jangan ditanya, karena jawabannya pasti sama. Sama-sama menaruh buku di bawah kolong meja. Untung saja, sekolah mereka swasta dengan bayarannya yang terkenal sangat mahal. Kalau ada guru yang memarahi, siap-siap saja angkat kaki dari sana. Karena, ketika uang berbicara, kebenaran akan diam.

Mendengar ucapan Keira, mata Lisa pun sontak membulat sempurna. "Ya, ampun, Kei, baru juga jam sepuluh pagi, lo udah ngantuk?!" Tanyanya dengan tatapan tidak percaya.

"Lis, lo kalo ngomong, pelan dikit bisa gak, sih?" Cetus Ivy. Tidak Keira, tidak Lisa, sama saja. Sama-sama senang sekali berteriak saat sedang berbicara. Menyebalkan!

"Gue lagi males kemana-mana hari ini," balasnya sembari mengambil paksa kaca yang berada di tangan Ivy. Setelah itu, melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan sahabatnya barusan.

Sengaja, Lisa pun menggoyang-goyangkan tubuh Keira. Merayu, maksudnya. "Ayolah, Kei, masa lo tega, sih, sama kita berdua?"

"Kita ke starbucks dulu, deh. Gimana? Biar ngantuk lo hilang kalo ngopi," Ivy memohon. Tatapannya itu, lho, benar-benar membuat Keira meringis karena terlihat jelek sekali di matanya.

"Lain kali aja, ya," Keira tetap berpegang teduh pada pendiriannya.

Lisa dan Ivy pun hanya bisa menghela napasnya. Mereka pasrah. "Yaudah, lo jangan ngiri, ya, kalo kita berdua seneng-seneng, Bye." Lisa dan Ivy pun melambaikan tangannya ke arah Keira dan meninggalkannya sendirian. Mereka tidak tahu saja kalau Keira sudah memaki dalam hati karena perbuatan mereka.

Huh, dasar!

Melihat bahwa di kelas memang tinggal dirinya saja, Keira pun bergegas turun dan menuju ke parkiran mobil. Dilihatnya, sudah ada Samuel di sana.

Samuel Aristano, satu-satunya sahabat cowok yang Keira miliki di dunia ini. Persahabatan yang telah terjalin sejak mereka masih anak-anak, membuat keduanya tahu segala sesuatu yang orang lain tak tahu, bahkan kedua orang tua mereka sekalipun. Kalau di sekolah, mereka sering sekali dianggap berpacaran karena kedekatan mereka yang di luar batas. Tak jarang pula, para murid di sekolah merasa iri dengan mereka.

Belum lagi, dengan sikap protective dan ancaman-ancaman yang Samuel lontarkan kepada para murid yang berani menganggu atau menyakiti Keira.

Pernah, beberapa bulan yang lalu, ada salah satu anggota klub basket yang sedang latihan di lapangan. Kebetulan, saat itu Keira memang sedang menunggu Samuel di sana. Tetapi, tiba-tiba saja sebuah bola basket sukses meluncur di atas kepalanya dan membuatnya pingsan di tempat.

Samuel yang saat itu memang sedang berjalan menghampiri Keira pun sontak membawanya ke uks. Setelah itu, kembali lagi ke lapangan dan menghampiri orang yang memang tak sengaja melempar bola ke arah dimana Keira sedang berdiri. Sialnya, orang tersebut tidak berniat meminta maaf, justru malah menyalahi Keira yang berdiri tidak tahu tempat.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now