Part 27

3.6K 217 7
                                    

Sudah dua hari berlalu sejak kejadian Icha marah pada Billy, dan sudah dua hari pula Billy mencoba menghubungi Icha namun tak pernah ada jawaban, ratusan pesan SMS, Whatsapp, BBM, DM Instagram, DM twitter, tak ada satupun yang dapat balasan, hanya tanda 'Dibaca' saja yang Ia dapati.

Bukan cuma pesannya saja yang Icha abaikan, panggilan telponnya juga hanya berakhir pada celotehan operator yang membuatnya makin frustasi, seperti sekarang, Billy berguling-guling di Ranjangnya tak tentu arah menantikan suara nada tunggu panggilan telphonnya berganti menjadi suara cempreng namun sangat Ia rindukan milik kekasihnya itu, namun harapan tinggalah harapan, lagi-lagi Panggilannya berakhir pada suara merdu mendayu milik operator.

"Angkat dong 'Cha!" Desahnya frustasi.

Lagi, Billy kembali mendial nomor Icha, Ia tempelkan lagi ponselnya ditelinga sebelah kirinya, entah ini panggilannya yang keberapa ratus yang Icha abaikan, sungguh Billy merana setengah mati

"Kenapa sih Laras dateng diwaktu yang nggak tepat" rutuknya

hati kecil Billy tak menyalahkan Laras atas pristiwa kemarin sebab Ia tahu ini bukan kesalahan Laras, tapi dasar sifat manusia, nama Laras tetap saja Ia rapalkan dalam makian

Ingat Laras Billy ingat pula dengan janjinya pada Icha, janji yang akan menyingkirkan semua barang Laras dari unitnya jika Icha mau menjadi kekasihnya, tanpa menunggu lama Ia pun bangkit berdiri, keluar dari kamarnya menuju dapur untuk mengambil Kardus yang tersimpan disana, setelah mendapatkan kardusnya Billy kembali berjalan menunju kamar, Ia letakan kardus tersebut dilantai kamar, sejurus kemudian Ia beroperasi menjelajah setiap sudut unitnya mencari barang pemberian Laras atau milik Laras yang tertinggal, dimulai dari Lemari yang terdapat baju, jam tangan dilaci lemari, komik di Rak bukunya, sepatu dirak sepatu, gelas bergambar wajah Laras didapur, kutex merah yang gergeletak sembarang di balkon, dan masih banyak lagi hingga tanpa terasa kardus tersebut sudah terisi penuh.

berdiri didepan kardus, Billy menyeka keringatnya yang senatiasa membanjiri dahi mulusnya, ia meregangkan ototnya, melakukan gerakan memutar pada badan bagaian atasnya kearah kanan sekaligus hingga tulang punggungnya berbuyi 'Kretek' kemudian Ia kembali memutar tubuhnya kearah kiri namun tiba-tiba gerakannya terhenti saat kepalanya menghadap nakas disamping ranjangnya, ia mendapati sebuah pigura photo Laras dan dirinya yang sempat menjadi hambatan atas kesuksesan aksi 'menebak' nya terhadap Icha kemarin.

Billy melenggang pelan menuju nakas yang kiranya hanya berjarak sepuluh langkah dari tempatnya berdiri, sesampainya didepan nakas Billy mengambil pigura photo itu, dipandanginya sebentar wajah Laras, sebelum kemudian Ia masukan pigura photo itu pada laci nakas, sejurus kemudian tanganganya mengeluarkan satu pigura lagi dari laci yang sama, Ia letakan pigura photo itu menggantikan eksistensi pigura photo Laras, photo yang sudah ia cetak sehari setelah photo itu diambil, Ya, yang ada dipigura itu adalah photonya dengan Icha dengan pose Icha yang memeluk pinggangnya, di potret oleh orang asing yang sebelumnya meminta dipotret pula, photo itu diambil di taman dekat gedung apartemenya, Ia ingat saat itu ia menghubungi Icha ketika dirinya tengah galau akibat Laras yang kala itu masih nenjadi kekasihnya, entah kenapa waktu itu ia butuh bercerita, dan hanya Icha lah yang Ia inginkan ada dispingnya.

Billy tersenyum memandangi wajah Icha yang terlihat tersipu malu, Iapun kala itu menegang saat Icha tiba-tiba memeluk pinggangnya, suara kekehan merdu terdangar pelan dari mulut Billy, setelah dingat-ingat rupanya Ia memang sudah jatuh cinta pada Icha sejak lama hanya saja egonya yang selalu menolak.

"Kangen kamu 'Cha" gumamnya

Memang terkesan berlebihan berkata rindu padahal baru dua hari tidak bertemu, namun percayalah bagi orang yang tengah jatuh cinta, apa lagi cinta yang baru mekar, tak berjumpa satu hari itu rasanya bagaikan setahun, dan dua hari bagaikan seabad, sebut saja Billy gila, namun itulah kenyataan yang Ia rasakan.

Merrying StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang