Part 22

3.5K 246 15
                                    

Nih aku lanjut karena vote dan komennya udah sesuai target :), tuh cepetkan apdetnya kalau udah sesuai target, makanya jangan lupa pada Vote dan komen ya XD

Happy Reading

Typo bertebaran!

______________________________

Keadaan ruang tamu unit apartemen Billy sangat berantakan serupa kapal pecah, makanan kering yang sediakala tertata rapih di atas piring kini berserakan dilantai, jus jeruk milik Icha yang tadinya masih tersisa seperempatpun berpindah tempat, berceceran di lantai berkeramik putih bebaur dengan pecahan gelas, bantal sofa terplanting jauh hingga teronggok di bawah meja stool bar Dapur hasil dari lemparan super Billy.

Suara percakapan orang korea yang berasal dari dvd yang belum dimatikan menjadi teman kekalutan Billy yang kini terduduk setengah tidur disofa. Dengan tangan kanan yang memijat pangkal hidungnya, matanyapun terpejam berusaha menenangkan diri,

"Gue pergi" kalimat itu yang terus berputar-putar dikepalanya, seolah mendakan Icha tak sudi mendatanginya lagi.

Ia tahu sebagai pria gantle harusnya ia mengejar Icha dan menjelaskan semuanya namun entah kenapa yang Ia lakukan hanya berteriak-teriak saja, mendadak Ia menjadi orang bodoh yang tidak tau harus beruat apa.

Saat ini ingin rasanya Ia menemui Laras dan mengeluarkan semua amarahnya, sebab karena Laraslah Ia begini, karena Laras pula Icha pergi. Sejak awal semua ini memang karena Laras, Sisi egois Billy menyerukan demikian.

Suara pintu terbuka, dibarengi dengan bunyi ketukan sepatu berjalan seirama, Billy kenal suara ini, menegakan tubuhnya, Billy menatap nyalang pada seorang yang kini berdiri tegak tak jauh dihadapannya dengan mulut menganga lebar.

"Bill, kenapa ruang tamu kamu berantakan kayak gini" orang itu adalah Laras.

"Kebetulan kamu dateng" ujar Billy dengan suara pelan namun begitu dingin hingga membuat Laras begidig ketakutan.

"A..ada apa Bill?" Tanya Laras seraya berjalan pelan berusaha mendekat kearah Billy,

Namun sebelun itu suara dingin tak tersentuh milik Billy mendesis "Jangan mendekat" kontan saja Laras menghentikan langkahnya.

"Billy kamu kenapa?" Tanya Laras dengan raut wajah kebingungan.

"Apa yang kamu bilang sama Icha?" Tanya Billy masih dengan sikap dinginnya.

"Kenapa?, cewek itu ngadu kekamu yang enggak-enggak, Iya?!" Jawab Laras, wajahnya memberengut tak suka kala nama Icha disebut yang membuat Ia tau maksud dari pertanyaan Billy ini.

"Nggak usah banyak tanya, Jawab, Laras!" Bentak Billy, suaranya menggema keras di apartemennya, barangkali suara Billy bisa terdengar sampai kelantai bawah apabila unit apartmen ini tak kedap suara.

Laras tersentak kaget, untuk kedua kalinya Billy membentaknya karena satu bahasan yang sama, Icha. Lagi-lagi karena Icha Billy membentak Laras, Ia berkaca-kaca siap mengeluarkan tetesan air bening dari matanya, hal yang selalu Ia lakukan untuk meluluhkan hati Billy, Ia sangat yakin dan percaya Billy akan tersentuh dan bersikap seperti biasanya jika Ia sudah menangis, sama seperti kemarin dan seperti yang sudah-sudah.

Namun pikiran Laras salah, alih-alih semakin melunak, Billy malah semakin geram, rahangnya mengeras pertanda Pria itu tengah dilingkupi amarah, Laras tau Billy sedang benar-benar murka.

Billy tak perduli dengan prinsipnya yang ia pegang sebagai seorang pria, yang biasanya Ia akan luluh pada tangisan Laras kini tidak lagi Ia malah muak melihatnya.

"Laras jangan bikin aku marah! Cepetan jawab!" Bentak Billy lagi,

Laras meremas tali tasnya dengan kecang, jujur Ia takut, sebelumnya Ia belum pernah menghadapi Billy yang tengah marah sebegini hebatnya, membentak dirinya dengan sorot mata yang tak seperti biasanya, sebab memang sebelumnya Billy tak pernah marah kepadanya.

Merrying StrangersWhere stories live. Discover now