Part 5

3.9K 174 0
                                    

Icha duduk sambil berpangku dagu di meja bar dapur milik Billy, matanya memandangi Billy dengan tatapan siap mencemooh, Billy duduk berhadapan dengannya, sedang mengompres wajah lebamnya sendiri dengan kain berisi es batu sambil meringis kecil, Ya. setelah adu jotos di Club tadi Billy keluar sebagai pemenangnya tapi bukan berarti Billy bebas dari lebam-lebam, nyatanya wajahnya sekarang dipenuhi Biru-biru bahkan tangannyapun terkilir akibat pelintiran laki-laki yang mencumbui pacarnya itu.

"Wihhh,, muka lo biru-biru aja masih cakep ya" uajar Icha dengan nada mengejek yang diakahiri dengan kekehannya sendiri

Billy melirik sekilas kearah Icha, namun setelah itu Ia kembali mengompres wajahnya, tanpa menggubris ejekan Icha sama sekali.

Tiba-tiba terdengang suara hanphone Billy berdering nyaring, Icha mengerenyit kala melihat Billy tidak menunjukan tanda-tanda akan mengangkat panggilan tersebut,

Karena penasaran, Icha melongokan kepalanya melihat Id caller yang tertera dihandphone, betuliskan 'My Baby Unyu' membuat Icha mencibirnya dalam hati.

"Dari 'My Baby unyu' tuh gak mau diangkat?" Ujar Icha, saat menyebut 'My Baby Unyu' ingin rasanya Icha muntah lagi.

Billy masih mengabaikan Icha, Tangannya terus saja mengompres wajah labam-lebanya, lagi pula Billy tak ingin mengangakat panggilan dari kekasihnya yang baru saja Ia lihat sedang bermesraan dengan pria lain.

Deringan Handphone Billy akhirnya mati, tapi lima detik kemudian handphonenya kembali meraung-raung membuat Icha gatal sendiri ingin mengangkatnya karena Billy sama sekali tak berniat untuk mengangkat panggilan itu.

"Bill, itu di-..."

Billy melempar kain kompresnya di baskom dengan penuh emosi membuat Icha berjingkut kaget

"Lo brisik banget sih! Pulang sana!" Bentak Billy

Suasana hatinya sedang kalut, kiacauan Icha membuat Hatinya makin menjadi panas terbakar emosi, Billy menatap Icha dengan tajam, namun yang di tatap bukannya ketakutan malah seolah menabuh genderang perang.

"Lo kan yang bawa gue, ya lo juga harus nganterin gue pulang lah!, badan doang lo gede, patah hati aja langsung mewek! Lo kan marahnya sama 'My Baby Unyu' lo, kenapa malah bentak-bentaknya gue yang gak tau apa-apaan!"

Billy menatap Icha yang kni matanya sedang melebar dengan wajah yang memerah, menatap tajam kearahnya, kenapa jadi galakan dia, batin Billy

"Apa?! Lo mau ngomelin gue apa lagi!"

Billy mendengus sebal,
"Heh Nona cerewet!, mendingan lo keluar dari apartemen gue sekarang, kalo lo gak mau pulang sendiri minta anter temen lo yang katanya tinggal disini juga, gue lagi nggak mau di ganggu!"

Iya Icha baru ingat jika disini juga tempat tinggal Alia berada, kenapa tidak dari tadi saja ia melesat kerumah Alia dari pada harus menerima omelan dari pria yang tidak tahu trimakasih seperti dihadapannya, Ya. Billy memang tidak tahu terimakasih, Memangnya siapa yang menyetir mobil saat Billy tengah mengaduh kesakitan sambil memegangi kedua pipi dan juga tangannya, kalau bukan dirinya,

Icha mendengus kesal, di ambilnya tas kecil yang tergeletak di meja, lalu disampirkan di pundak sebelah kanannya, kemudian Icha pun melenggang pergi dengan kaki dihentak-hentakan.

Billy memperhatikan punggung Icha yang kian menjauh kemudian menghilang dibalik pintu, lalu

BRAKK

Suara pintu ditutup dengan kecang menggema diaapartemennya, membuat Billy mengumpati Icha

"Dasar Cewek bar bar!"

Sepeninggal Icha, Billy kembali mengambil kain kompresan yang tadi dilempar dibaskom, Ia mengompreskan lagi wajah penuh lebamnya, hatinya panas saat bayangan Laras yang dengan senang hati bertukar saliva dengan pria itu, apakah laras dibelakangnya memang seperti itu?, apa itu karena luapan amarahnya karena tahu Billy akan menikah Icha? Atau kah laras sedang dibawah kendali alkohol? Dan banyak lagi pertanyaan-pertanyaan yang berseliweran di pikirannya.

Sepuluh menit berlalu, Billy mendengar suara pintunya yang terbuka, Billy mengangkat sebelah alisnya saat Melihat sosok Icha yang berdiri didepan pintu dengan cengiran tak tahu malu, Billy menatap Icha seolah berkata 'Mau ngapain lagi lo!'

Seolah tau makna dari tatapan Billy, Icha berkata

"Itu mau ngecek pintu aja, tenyata kode pintu lo masih 1111 ya hehe" ujra Icha dengan cengiran bodoh, menutupi rasa malu didirinya, padahal dalam hati Ica sedang merutiki Alia yang malah pergi disaat Icha membutuhkannya.

"Udah gue bilang gue gak mau di ganggu!"

"Alia nggak ada di apartemennya!, gue takut sendirian lagian lo kalo nggak mau liat gue disini lo anterin gue pulang lah!" Jawab Icha lantang

Membuat Billy semakin tersulut emosi. hakikatnya saat Billy marah jangan ada yang berani melawannya karena bisa saja Ia mencekik orang yang membuat susana hatinya semakin kacau, tanpa pandang bulu.

"Kayaknya lo gak bisa ya, diomongin dengan cara baik-baik ya, lo lebih suka dikasarin?!"

Billy mendekat, wajahnya datar namun menyeramkan bagai pembunuh berdarah dingin, membuat Icha semakin beringsut mundur hingga tubuhnya menenpel dipintu,

Wajah lebamnya semakin mendekati wajah Icha yang ketakutan. Wajah Billy semakin mendekat.

Semakin dekat

Semakin dekat

Semakin dekat

Hingga menyisakan jarak tiga senti, mata Icha terpejam rapat, dengan degup jantung yang kian merdetak kencang, hingga terdengar suara decitan pintu dan suara Billy yang berujar

"KELUAR!"

Sontak mata Icha terbuka lebar, dilihatnnya mata Billy yang tepat berada didepan matanya, penuh dengan emosi, membuat nyali Icha semakin menciut.

"Gue takut, ini udah jam 12 malem, gue nggak berani pulang sendiri" Cicit Icha, matanya berkaca-kaca, jurus andalan wanita untuk menaklukan pria, entah berhasil atau tidak namun Icha sungguh-sungguh takut jika harus pulang sendiri di tengah malam seperti ini, Icha anak rumahan, Ia memiliki jam malam yang Ibunya terapkan sejak Ia masih SD, sebenarnya Icha bisa saja tidur di apartemen Alia, toh Icha sudah sering menginap di apartemen Alia, dan lagi Ia juga tau kode pintunya, sama seperti kode pintu Billy yaitu 1111, Tapi Icha hanyalah gadis yang memiliki sejuta ketakutan, selain takut pulang sendiri ditengah malam, Icha juga takut sendirian dirumah, lebih tepatnya Icha takut hantu penghuni rumah.

Billy menarik nafas dalam, berusaha meredamkan Emosinya, akhirnya Ia menyerah melihat Icha yang seperti ingin menagis itu, sebenarnya Billy mau saja mengantar Icha pulang, tapi melihat keadaan tangannya yang masih sakit membuat mau tidak mau membiarkan Icha kembali bermalam diapapartemennya

"Lo tidur disova!"

Kemudian Billy berbalik masuk kedalam kamarnya, sebelum itu Ia bisa mendengar gerutuan Icha yang terdengar samar-samar

"Nasip gue nggak kaya tokoh di novel-novel roman, harusnya Billy ngalah dong, dia yang tidur disova gue yang didalem!"

Dengan lantang Billy menjawab

"You wish!"

Icha mendengus, membuat Billy terkekkeh pelan di dalam kamarnya,

TBC

Merrying StrangersDonde viven las historias. Descúbrelo ahora