Part 25

3.5K 220 14
                                    

Icha masih terdiam ditemani keheningan pagi di kamar apartemen ini, pikirannya seolah melayang-layang, terbang ditemani detak jantungnya yang tak seirama menimbulkan suara bak genderang yang mau perang, lamat-lamat Icha menyentuh bibirnya dengan wajah masih jelas sangat shok, Rasa hangat begitu terasa menjalar dibibirnya, walau ciumannya hanya terjadi selama satu detik dan itu pun sudah berlalu sejak lima menit lalu.

"Bill, lo nyium gue" cicit Icha, nada bicaranya bak raga tanpa jiwa, bengong.

Sementara Billy yang masih duduk dihapan Icha merasa geli dengan respon yang Icha berikan, Ia terkekeh kecil tangannya Ia ulurkan kepipi Icha entah kenapa Ia senang sekali menyentuh pipi gembil itu, apalagi saat rona merah dipipi Icha yang tiba-tiba merebak, rasanya kegiatan ini akan menjadi kegiatan favoritenya.

"Iya sayang, udah dong kagetnya, kita pacaran ya?" Pinta Billy, tangannya masih sibuk bergrilya dipipi Icha

Icha hanya merespon dengan menatap mata Billy, sungguh saat ini ia sedang dilanda shok luar biasa bahkan cara bernafas saja Ia lupa, bagaimana bentuk nasipun Ia tak tahu, fungsi air untuk apapun tak Icha mengerti, otaknya mendadak bebal, yang Icha tahu saat ini Ialah baggaimana kerja jantungnya yang begitu ekstra meronta-ronta tidak karuan.

"Ha?" Jawabnya

Billy berdecak geli, dijawilnya hidung macung Icha, Ia sungguh menikmati penyiksaan terselubung yang ia laukan ini, jarang-jarang ia bisa melihat pemandangan seorang Icha yang sadarkan diri tapi bibirnya bungkam seribu bahasa, dalam keadaan normal sudah pasti Icha akan meracau mengomelinya ini dan itu walau tidak dipungkiri justru kebawelan Icha lah yang membuat Ia jatuh hati, memang terdengar tidak elegan namun itulah kenyataannya, seperti kemarin-kemarin bahkan Billy hampir setengah gila memkirkan wanita dihapannya ini tidak mau menemuinya lagi.

"Kita pacaran ya" ualang Billy "jawab dong Cha, apa mau gue cium lagi?"

Reflek tangan Icha membekap mulutnya rapat, Alaram diotaknya seakan berdengung, saraf- saraf otak Icha pun seolah kembali terhubung menyadarkan Icha dari ke-shok-annya.

"Apa lo bilang?! setelah lo bikin gue sakit hati, sekarang dengan gampangnya lo minta gue jadi pacar lo! Enak aja, gue nggak semurah itu! Gue nggak sudi jadi pacar lo!" Icha murka

"Gue udah bilang gue cinta lo Cha, gue harus gimana biar lo percaya"

"Nggak tau, gue nggak percaya sama lo! Kalo lo emang cinta sama gue kenapa photo pacar tersayang lo masih dipajang!"

"Lo cemburu?" Seringaian Billy tersungging akuh

Buru-buru Icha menjawab "Enggak!"

"Kalo lo mau jadi pacar gue, barang-barang Laras gue pastiin nggak ada lagi di unit gue" Bujuk Billy lagi,

"Bodo amat gue nggak perduli!"

Tiba-tiba tangan Icha mengabil bantal yang tepat berada disampingnya, Ia pukul-pukul bantal itu diwajah Billy berulang kali

Billy menangkis-nangkis pukulan brutal Icha dengan bantal tersebut, sakitnya memang tidak seberapa tapi sukses membuat kepalanya mendadak pening

"Udah dong Cha, kepala gue sakit" Ringis Billy

Mendengar rintihan Billy, Ichapun menghentikan aksi bar-barnya, Ia melihat wajah Billy yang terlihat meringis, Icha jadi berfikir mampu kah bantal empuk berisi busa yang beratnya bahkan tidak sampai setengah on bisa membuat kepala geger otak, buru-buru Icha menggeleng otaknya memang sedang sinting akibat pria dihadapannya ini.

Namun melihat Billy terus meringis membuat Icha tak tega, Ia mengulurkan tangannya hendak menyetuh kepala Billy, tapi sebelum Ia lakukan tangan Billy sudah lebih dulu memegang tangannya dan dengan gerakan cepat Icha ditumbangkan dari posisi duduknya, Ia jatuh terbaring dengan Billy yang berada diatasnya memamerkan seringaian licik, kedua tangannyapun ditahan Billy, dipegang dengan erat disamping kepalanya

"Heh, lo ngapain?!" Pekik Icha gugup, pipinya sudah memerah bak kepiting rebus

"Jadi pacar gue ya 'Cha?"

"Ogah!" Bentak Icha, badannya meronta-ronta agar terlepas dari kungkungan Billy, kejadiannya mirip seperti semalam bedanya posisi mereka kini terbalik,

"Lo harus mau jadi pacar gue" Billy terus mengecangkan pegangannya pada tangan Icha

"Ih gue nggak mau, kok lo maksa sih!"

"Pokoknya harus mau!"

"Gue nggak mau!"

"Lo harus mau!"

"Enggak mau!"

"Harus mau!"

"Enggak!"

"Kalo gitu gue nggak akan lepasin lo sebelum lo bilang mau!"

"Yaudah gue mau!"

Kontan saja Billy tersenyum lebar, memamerkan deretan gigi rapihnya seraya berakata "Nah gitu dong"

Kemudian Billy mengecup dahi Icha dan sedetik kemudian Ia melepaskan cengramannya pada kedua tangan Icha, lalu menyingkir dari atas tubuh Icha, dan berbaring disamping gadisnya, Ya sekarang Icha sudah sah menjadi gadisnya,

Lepas dari kungkungan Billy, Icha bangkit duduk seraya tangannya kembali mengambil bantal yang Ia gunakan untuk memukul wajah Billy, kali ini lebih brutal lagi dari sebelumbya, namun bukannya meringis kesakitan lagi seperti tadi kini Billy malah tertawa dengan lepas, namun Icha tak memperdulikan itu, Ia terus memukuli Billy seraya merapalkan makian serupa band Metallica bernyanyi, hingga Ia kembali ditarik Billy, membuatnya kini terbaring disamping Billy,

Dengan posisi tidur menyamping mereka berhadapan, mata mereka saling bertatapan mengirimkan binar-binar asmara yang kian meluap-luap, Billy menyunggikan senyuman manis yang kemudian diikuti Icha, sejurus kemudian Billy menyelipkan tangan kirinya pada lekukan leher Icha, Ia mendekap tubuh Icha erat, dan dengan senang hati Ichapun membalas pelukan Billy Ia melingkarkan tanganya dipinggang Billy

"I love you" gumam Billy seraya mengecup pucuk kepala Icha

"Love you too" balas Icha malu-malu, Ia membenankan kepalanya pada cekungan leher Billy lebih dalam.

Entah kenapa berada dalam pelukan Billy terasa benar, Icha merasa nyaman seolah pelukan Billylah tempat seharunya Ia berada.

Berada dipelukanmu menyadarkanku apa artinya knyamanan, kesempurnaan cintaaa~

"Itu lagu siapa?" Tanya Billy, merajuk pada suara nada alaram ponsel Icha yang tiba-tiba berbunyi seolah menjadi soundtrack kebersamaan mereka

"Rizky Fabian, emang kenapa?"

"Bilangin lagunya bagus" jawabnya seraya mengeratkan pelukannya pada Icha diringi kekehan merdunya yang mengudara

Ichapun tersenyum lebar, dengan pelan Ia memukul dada Billy searaya berujar "Dasar!"

####

Maap ya cuma dikit, aku lagi halangan, dan kalo lg halangan itu aku males ngapa2in, ditambah badan meriang lengkaplah penderitaan ku :'(

Jangan lupa komen dan vote ya setelah baca :')

Merrying StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang