Part 18

3.6K 236 12
                                    

Banyak typo, males edit, hehee

Vote 45 + komen 15 lagi ya

happy reading :)
_________________________

Billy keluar dari kamar saat Ia mendengar suara Bell unit apartemennya, Sejujurnya Ia sedang tidak dalam mood baik untuk menerima tamu, tapi karena Ia merasa terganggu Bell terus berdering berulang kali, akhirnya mau tidak mau Billy mebuka pintunya.

Pintu Ia buka, menampilkan seseorang yang belum ingin Ia temui untuk hari ini.

"Ngapain kamu kesini?" Ujar Billy, nadanya tidak kasar mamun terdenggar sangat dingin.

Laras sedikit terkejut dan merasa takut karena untuk pertama kalinya dalam tiga tahun menjalin kasih, Billy memperlakukan Laras sedingin ini.

"Billy, aku mau ngejelasin tentang kejadian tadi sama kamu, aku mohon kamu dengerin aku" mohon Laras

Billy tidak merespon, otaknya sedang kusut, penuh dengan seorang yang bernama Icha, padahal didepannya ada kekasih yang selalu Ia yakini bahwa Ia cinta mati.

"Bill?" Laras kembali bersuara, berusaha mendapatkan timbal balik dari Billy.

Laras menggenggam tangan Billy dan seketika Billy mendesis nyeri karena laras menggenggam tangan yang masih berlumuran darah.

Kontan saja Laras melihat kearah tangan yang tengah Ia genggam, Laras menjerit kaget, Ia menangis merasa bersalah sebab Ia mengira tangan Billy terluka karena dirinya.

"Billy, tangan kamu berdarah... ini pasti gara-gara aku, maafin aku hiks, hiks"

Billy menarik nafas dalam, kelemahannya ada pada tangisan seorang wanita, baginya saat wanita menangis itu harus dirangkul dan ditenangkan, Billy berdecak, Ia meremehkan prinsipnya sendiri sebab prisip yang Ia pegang nyatanya tak sama dengan perlakuannya pada Icha yang sudah Jelas Ia ketahui tengah menangis tadi. Lihat! Laras tengah menangis saja pikirannya masih tetap seputaran Icha, sebenarnya ada apa dengan hatinya ini?

"Cepet masuk, enggak enak didenger tetangga" ujar Billy seraya melangkah masuk diikuti Laras dibelakangnya yang masih tergugu.

Billy duduk di sofa, Ia melihat Laras berbelok menuju dapur, Billy melihat Laras membuka laci, kemudian mengambil kotak P3K, setelah itu Laras kembali berjalan karahnya sambil menenteng kotak P3K itu dengan mata yang masih basah.

Laras mengambil tempat disamping Billy seraya mengankat tangan Billy memangku tangan Billy kepahanya

"Tadi aku kerumah Samudera cuma untuk ngeyakinin hati aku aja, memastikan apakah aku masih cinta sama dia atau enggak" ujar laras seraya mengoleskan obat merah pada tangan Billy.

Billy tetap diam,

"Billy, aku sangat cinta kamu, perasaan aku buat Samudera udah nggak ada lagi, cuma kamu yang ada dihati aku, Samudera adalah bagian dari mas...-"

"Apa yang kamu Bilang sampe mamah batalin pernikahan aku sama Icha" potong Billy

Laras terdiam, Ia menghentikan kegiatan mengobati luka Billy, alisnya berkerut, dengan rahang yang mengeras

"Ada apa kamu sama Icha Icha itu" geram Laras "Kamu lebih suka bahas topik tentang alasan kenapa aku bisa buat mamah kamu ngebatalin pernikahan kalian, dari pada alasan aku nemuin Samudera, kamu lebih tertarik bahas mengenai Icha, dari pada perasaan aku?.... Kamu suka sama dia, Iya?!"

"Aku cuma tanya, kamu nggak perlu marah-marah!" Bentak Billy.

Seketika Laras tergugu "Sekarang kamu bahkan bentak-bentak aku" cicit Laras

Merrying StrangersTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang