Part 19

3.5K 191 5
                                    

45 Vote dan 15 komen, makasih ;)

Happy reading!
___________________________

Sayup-sayup terdengar alunan lagu barat yang tak Billy tahu judulnya mengalun syahdu di Caffe elit tempatnya merenung, duduk menunduk menenggelamkan pikirannya yang akhir-akhir ini sering kusut karena perasaan dua hatinya, Ia sadar Ia mencintai Icha namun Ia juga sadar dirinya masih mencintai Laras, Ia jadi merasa seperti Issabela swan yang mencintai Edward Cullen dan juga Jaccob Black, bedanya adalah Issabela Swan lebih jelas memang lebih mencintai Edward Cullen dibanding Jaccob Black, semenrtara Billy, bahkan Ia bingung mana diantara Icha dan Laras yang menjadi Edward Cullen atau Jaccob Black.

Sering sekali Ia meneguhkan hati jika Laraslah yang lebih Ia cintai mengingat masa-masa dulu perjuangannya mendapatkan Laras, Ia bahkan menutup mata dengan kelakuan Laras yang terkadang melukainya karena kisah masa lalu Laras yang belum benar-benar dilupakan kekasihnya itu. Tapi kini Ia jadi ragu, pasalnya saat Ia tengah bersama dengan Laras pikirannya selalu bertaut pada Icha, dan sebaliknya saat Ia bersama Icha tak sekalipun Ia memikirkan Laras.

Billy mengacak rambutnya frustasi, hingga sebuah tepukan dibahu kanan menyentaknya untuk kemudian menoleh kearah sipenepuk.

"Kusut amat Bro, kenapa lo? Laras lagi?" Ujar Damar seraya duduk disamping Billy, sejurus kemudian dengan tidak sopannya Ia menenggak kopi pesanan Billy yang bahkan sipemilik belum mencicipinya, diikuti Encep yang duduk disberang sofa mereka.

Billy berdesis sebal, namun Ia kembali pada pikiran kusutnya, Ia menyandarkan tubuhnya pada sandaran Sofa berwarna merah,

"Gue lagi bingung sama perasaan gue" ujar Billy, akhirnya setelah beberapa menit bungkam.

"Maksud lo?" Tanya Encep penasaran

"Gue cinta Laras"

"Ya kalo itu mah mang duloh juga tau" celetuk Encep sewot, membawa-bawa nama satpam kampus mereka

"Tapi gue juga cinta Icha" lanjut Billy, mengabaikan celetukan Encep

Damar menautkan kedua alisnya, nulutnya terbuka hingga membentuk huruf O,

"Icha siapa?" Mau tak mau hatinya merasa was was juga sebab nama Icha adalah nama gebetan sepanjang hayatnya

"Icha, Audi Marissa, anak hukum itu? Gebetan abadinya Damar?" Sambung Encep tak kalah penasaran sebab Ia yang menjadi saksi kala Icha lari bak kesetanan saat Ia memberitahu keberadaan Billy. Kemudian dijawab dengan anggukan Billy dan kontan saja membuat mata Damar terbelalak lebar.

"APA?!" suara menggelegar Damar membuat semua mata pengujung caffe menatap sebal kearahnya, sementara Billy memutar bola matanya malas

Damar mengedarkan pandangannya seraya tersenyum kikuk isyarat rasa bersalahnya pada pengunjung caffe, kemudian Ia kembali menatap Billy

"Jadi yang kemaren Encep bilang kegue kalo lo nikung gue itu bener?!"

Billy makin dibuat bingung pada tingkah sahabatnnya yang dirasa kian hari semakin absurd saja
"Hah?" Billy menatap Encep bingung, sorot matanya menuntut jawaban.

"Kemaren itu gue lagi nyatet tugas di mading, terus tiba-tiba Icha nanyain lo ke gue, saat gue kasih tau kebiasaan lo yang sering keatap, tiba-tiba aja dia lari-lari kayak kesetanan" ujar Encep,

Billy teringat ucapan Icha saat diatap waktu itu, katanya Icha diberitahu temannya keberadaannya diatap kampus, dan baru Billy ketahui ternyata orang itu adalah Encep.

"Saat itu gue nggak tau gimana dia bisa kenal lo, dan guepun nggak perduli, tapi sekarang lo bilang cinta sama dia, jadi boleh kita tau apa yang sebenernya terjadi?" Sambung Encep.

Merrying StrangersWhere stories live. Discover now