Kenapa aku bisa berbicara seperti itu? Karena, Kurang lebih dua minggu yang lalu, sebelum aku ke Indonesia,  aku menelepon Mama Liam untuk menanyakan kabarnya dan Liam juga pastinya. Tidak lupa pula, aku bertanya apa rahasia yang selama ini selalu Liam tutup rapat-rapat.

Awalnya, Mama Liam menolak memberitahuku, karena itu adalah rahasia keluarga. Tetapi, setelah aku berhasil meyakinkan Mama Liam bahwa aku tidak memberitahu siapapun, barulah Mama Liam menceritakan semuanya.

Kalian tahu, setelah mengetahui fakta dan kebenarannya, satu minggu penuh aku hanya menangis di dalam kamar merutuki kebodohanku. Merutuki segala kesalahpahaman yang telah aku buat dengan fatal. Bahkan, aku hampir dirawat di rumah sakit jika aku tidak menolak suruhan Daddyku. Aku merasa bahwa aku sangat tidak tahu diri dengan menuduhnya yang tidak-tidak di saat Liam tengah kesulitan.

Sekarang, aku sudah berada dekat dengannya. Aku berjanji dan bersumpah akan selalu menjaga dan merawatnya apapun yang akan terjadi ke depannya. Aku akan melakukan segalanya agar Liam tahu bahwa aku memang benar-benar tulus dan ingin memperbaiki hubungan dengannya.

"Liam?" Aku menepuk bahu Liam pelan yang tengah duduk sendiri di taman belakang rumahnya. Hanya seorang diri sambil menatap hamparan tanaman yang seolah sangat menarik dimatanya.

Aku dapat melihat bahwa Liam sedikit terkejut. Tetapi, ia langsung bersikap seolah-olah tidak terganggu sedikitpun oleh kehadiranku.

"Apa?" Tanyanya.

"Gapapa, cuma mau manggil kamu aja," aku pun ikut duduk di sebelahnya. Ikut menikmati siang hari yang terasa jauh lebih hangat dibandingkan sebelumnya. "Kok kamu gak sekolah?" Tanyaku berusaha memulai pembicaraan.

"Lagi gak enak badan." Jawabnya singkat.

"Mau aku anter ke dokter?"

"Engga perlu."

Aku pun hanya bisa menghela napas mendengar jawaban singkatnya. Mulai sekarang, aku harus mulai terbiasa.

"Kamu udah banyak berubah sekarang,"

"Maksud kamu?"

"Iya, kamu yang dulu engga pernah jawab pertanyaan aku dengan singkat kaya tadi." ucapku sambil berusaha keras untuk tidak mengeluarkan air mata yang sama sekali tidak aku inginkan keberadaannya.

"Semua orang pasti akan berubah sesuai dengan keadaannya masing-masing." Balasnya tanpa menatapku sedikitpun. Bahkan, melirik saja tidak.

"Aku tau, Li, aku minta maaf."

"Mending sekarang kamu masuk, disini banyak angin, nanti kamu sakit."

Hatiku terenyuh mendengar ucapannya. Apa dia masih peduli padaku?

"Kamu yang seharusnya masuk, Li, kamu lagi gak enak badan, 'kan?"

Tanpa menjawab pertanyaanku terlebih dahulu, Liam pun bangkit berdiri dan meninggalkanku sendiri. Hatiku sangat sakit melihatnya yang seperti tidak menerima kehadiranku. Namun, aku tahu diri, aku dulu juga pernah berbuat seperti itu padanya.

Saat melihat tubuh Liam yang terlihat ingin jatuh, aku pun dengan sigap berlari dan memegang tubuhnya.

Oh my fuc*ing god! His body is so cold. How could this be?

Liam pun memegang tanganku dengan erat. Aku tahu, dia juga sudah tidak kuat lagi menahan berat tubuhnya. Aku bisa merasakan itu.

Aku dengan segera membantunya berdiri dan sesuatu membuatku terkejut dan hampir menangis.

Liam mimisan!

Darah mengucur dengan deras dari hidungnya. Aku pun berusaha menghapusnya dengan tanganku.

"Carrie," Liam menatapku dalam dan bisa kulihat tatapannya melembut. Tidak lagi menatapku dengan tatapan tajamnya.

Aku tidak tahu lagi harus seperti apa saat mendengar Liam menyebut namaku. Demi Tuhan, ini pertama kalinya dia memanggilku sejak aku tiba di sini.

Aku langsung saja memeluk tubuhnya dengan erat, agar ia mengerti bahwa aku akan selalu berada di sampingnya.

"Don't worry, i will always on your side, no matter what happens. You have to trust me." Aku makin mengeratkan pelukanku. Aku senang bahwa Liam menerima perlakuanku ini, walaupun ia tidak membalas pelukanku.

Aku tak masalah. Hanya dengan menerima keberadaanku saja, itu sudah cukup untukku.

"Li-Liam,"

Aku pun sontak menoleh ke sumber suara. Ternyata, ada dua orang berseragam sama dengan sekolah Liam berdiri mematung tidak jauh dari tempatku dan Liam berada. Ia terlihat sangat terkejut dengan apa yang dilihatnya.

Apa mungkin dia orangnya? Orang yang beruntung mendapatkan hati Liam?

••••••

[A/N]

Okay, aku serius. Cerita ini ... sebentar lagi ending!;(



August 19, 2016.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now