Sekitar satu jam lamanya mereka semua makan malam dan berbicara banyak hal, Liam pun mengajak mereka ke taman belakang rumahnya. Tempat yang menurutnya sangat nyaman untuk dikunjungi saat malam hari. Sontak, mata mereka pun membulat sempurna saat melihat taman itu begitu indah. Memang tidak terlalu besar, tetapi untuk taman yang berada di halaman rumah, memang sangat pas sekali.

"Besok jalan, yuk," kata Keira, sembari menatap temannya satu persatu. Mereka semua pun kontan menoleh saat mendengar ucapannya.

Ivy mengernyit. "Jalan kemana?"

"Ya ... kemana aja boleh."

Lisa tampak berpikir sejenak, sebelum akhirnya mengatakan, "Dufan aja!"

"Bosen," sahut para cowok secara bersama—kecuali Liam, karena ia memang tidak begitu tahu tentang itu.

"Ayolah, udah lama nih engga kesana. Mau, ya?"

Mau tidak mau, mereka semua mengangguk pasrah. Percuma saja kalau menolak, karena pada akhirnya, semua keputusan mereka bertiga tidak akan ada gunanya jika sudah berlawanan dengan para cewek.

Saat waktu sudah menunjukkan kurang lebih pukul sepuluh malam, mereka semua pun akhirnya berpamitan pulang. Walaupun hanya sebentar, setidaknya malam minggu mereka tidak membosankan.

•••

"Keira, bangun!" Pekik Lisa sembari meloncat-loncat di atas kasur Keira dengan kesal. Yang benar saja, saat ini sudah hampir pukul sepuluh pagi, dan temannya itu masih asik bercengkrama dengan bantal dan gulingnya. Menyebalkan sekali.

"Bangun sekarang juga! Lo ngga kasihan sama yang lain udah nunggu di bawah dari tadi?" Kali ini, Ivy yang mendapatkan tugas mengguncang-guncang tubuh Keira dengan kencang. Tidak peduli kalau temannya itu akan marah nantinya.

"Apa, sih? Ganggu aja!"

Melihat Keira yang justru menutupi wajahnya dengan bantal, Lisa pun saat itu juga menarik kembali bantalnya dan melemparnya ke sembarang arah. "Lo lupa, ya? Kita mau ke Dufan, Keira."

Keira pun sontak terbangun dan menepuk keningnya kencang. "Ya, ampun, gue lupa!"

Secepat kilat, Keira pun langsung berlalu ke kamar mandi dan membersihkan diri secepat mungkin. Sedangkan Lisa dan Ivy, mereka berdua hanya bisa menggeleng-gelengkan kepalanya saja. Kebiasaan Keira yang suka tidur itu, kadang memang sering sekali merepotkan mereka.

"Udah?" Tanya Lisa begitu dirinya melihat Keira yang sudah rapi dengan pakaiannya.

"Udah, yuk," balasnya sembari menarik tangan Lisa dan Ivy keluar dari kamarnya. Benar saja, saat ia sudah berada di tengah-tengah anak tangga, ia melihat kalau Liam, Samuel, Rio dan Kenio sudah menunggunya di ruang tamu. Saat itu juga, ia benar-benar merasa sangat bersalah. "Sorry, gue kesiangan."

Rio mencibik. "Dasar putri tidur."

"Yaudah, yuk berangkat."

Mereka semua pun langsung berpamitan pada orang tua Keira dan segera masuk ke dalam mobil Samuel. Em ... mungkin mobil orang tua Samuel, karena mobilnya hanya bisa menampung sebanyak lima orang, sedangkan mereka berjumlah tujuh orang.

Selama di perjalanan, mereka asik bercanda dan bernyanyi setiap ada lagu yang mereka hafal sedang diputar di salah satu stasiun radio. Kebetulan, mengingat hari belum terlalu siang, jadi mereka sampai di tujuan dengan cepat karena jalanan lumayan senggang dan tidak macet. Keira dan Samuel pun segera keluar, lalu membeli tiket masuk untuk mereka semua, sebelum akhirnya masuk ke dalam.

"Untuk pemanasan, gimana kalo kita naik Kicir-Kicir?" Tanya Keira sambil menaik turunkan alisnya. Mereka pun mengangguk setuju.

Setelah selesai bermain Kicir-Kicir, Lisa mengajak mereka bermain wahana Tornado. Awalnya, Keira menolak dengan alasan wahana yang satu itu sangat mengerikan, tetapi setelah Lisa memaksa, akhirnya Keira setuju untuk menaiki wahana tersebut.

Wahana pun dimulai. Yang awalnya Keira sangat takut, sekarang ia sudah menjerit dengan senang. Ternyata, wahana itu tidak seburuk apa yang pikir. Selesai dengan Tornado, Keira pun kembali mengajak mereka bermain Hysteria.

Kali ini, yang menolak bermain wahana ekstrim tersebut adalah Samuel. Tetapi, dengan berbagai macam alasan Keira yang tidak masuk akal, akhirnya Samuel pun memutuskan untuk menaiki wahana tersebut. Benar saja, wajah Samuel sangat pucat dan penuh dengan keringat saat wahana itu selesai dinaikinya.

"Jadi, ini orang yang ditakutin sama anak-anak di sekolah?" Keira tersenyum mengejek sembari menatap Samuel yang benar-benar lemas.

"Yang ini beda, Kei. Udah, kalian lanjut main aja. Gue mau istirahat sebentar."

"Engga, kita harus naik kora-kora," sergah Lisa cepat.

Samuel pun makin lemas mendengarnya. Namun, apa daya karena saat ini, tangannya sudah ditarik oleh Keira secara paksa. Sayangnya, mereka harus bersabar karena antriannya sangat panjang. Hampir dua puluh menit mengantri, giliran mereka pun tiba dan sialnya mendapat tempat paling belakang. Bagi para cewek, wahana yang satu ini merupakan wahana paling seru sepanjang masa. Tetapi, bagi para cowok, benar-benar mimpi buruk.

"Kalian berniat buat nyiksa kita, ya?" Tanya Liam sembari menatap Keira, Lisa, dan Ivy bergantian. Saat ini, ia bersama para cowok baru saja kembali dari toilet setelah mual yang melanda tiba-tiba setelah selesai bermain kora-kora.

"Yaudah, mending sekarang istirahat dulu. Kita cari tempat makan," sahut Samuel yang langsung disetujui oleh mereka semua.

Setelah memesan makanan mereka di salah satu food counter, makanan mereka pun datang. Mereka semua bergegas memakan makanannya dengan perlahan karena rasa mual dan pusingnya benar-benar sangat menyiksa. Setelah itu, memutuskan untuk bermain turangga-rangga sebagai wahana terakhir mereka.

•••

[A/N]

Honestly, i didn't have so much time to edit this part because i have no idea anymore. So, im really sorry if this part isnt as you are expected. Oiya, sebagai gantinya, aku akan update part 11 nanti malam!:)

Hope this chapter is more than enough to read and make you guys happy, while im trying my best to make this story better than before. Thank you!❤

Edited on July 3, 2016.

complicated feeling | ✓Unde poveștirile trăiesc. Descoperă acum