"Lo bawa mobil, 'kan? Setahu gue, Liam juga bawa mobil," kata Samuel sambil berusaha sesantai mungkin.

"Mobil gue ditinggal di sini."

Samuel benar-benar terkejut mendengarnya. Apakah Keira harus mengorbankan mobilnya agar bisa pulang bersama Liam? "Kenapa lo ngga bilang gue? Kan gue bisa aja tinggal mobil gue di sini dan anter lo pulang pake mobil lo."

"Gue ngga mau ngerepotin lo, Sam. Lagipula, Liam sendiri kok yang mau nganterin gue pulang," sanggah Keira sembari menatap Samuel dalam-dalam. Sebenarnya, ia juga tidak sampai hati menolak ajakan Samuel. Tetapi, ia juga tidak ingin menolak ajakan Liam. Ah, pusingnya.

"Oh, yaudah. Kalau gitu, gue balik duluan, ya. Gue lupa kalau gue punya janji sama temen," tanpa menatap Keira lagi, Samuel melangkahkan kakinya ke luar dan pergi dari sekolah bersama mobilnya, setelah menyeret Rio dan Kenio bersamanya. Dadanya baru saja tertimpuk bebatuan panas dan membakar hatinya. Sakit.

Tiba-tiba saja, ponselnya bergetar sangat kencang di atas nakas. Dengan segera, Samuel pun bangkit dari kasur dan mengambilnya dengan cepat. Kontan, senyuman tipis pun langsung merekah di bibirnya saat melihat siapa yang baru saja mengirim pesan padanya.

Keira: Sam?

Tetapi, Samuel memilih untuk tidak langsung membalasnya dan menunggu apakah Keira akan mengirim pesan untuknya lagi atau tidak. Benar saja, tidak sampai satu menit, pertanyaannya terjawab sudah. Sederet pesan dikirim oleh Keira secara bersamaan.

Keira: Sammmmm
Keira: Samuellllll
Keira: Sammy!!!!!
Keira: Sam, lo sibuk ya?
Keira: Sam, kok ngga dibales sih?
Keira: Oke, gue marah ya kalau gitu?
Keira: Kok lo tega sih sama gue?
Keira: Samuelllll, kenapa cuma diread doang sih?
Keira: Ih, bales nggak!
Keira: bener-bener diread doang ya!
Keira: Ah, gue bete. Gue kesel sama lo!!!
Keira: Jahat banget ya:(
Keira: Gue kali ini beneran marah sama lo pokoknya!

Samuel pun tersenyum geli saat melihat pesan terakhir yang Keira berikan untuknya. Ah, kalau sudah seperti ini, bagaimana mungkin moodnya tidak langsung membaik? Hanya dengan melihat pesan yang dikirimkan olehnya saja, sudah mampu membuat hati Samuel menghangat.

"Emang, ya, cinta bisa membuat seseorang jadi gila," Kenio menggeleng-gelengkan kepalanya.

Sedangkan di sebelah Kenio, Rio mengangguk setuju sembari melihat ponsel Samuel yang tengah menampilkan sederet pesan dari Keira. "Andaikan Lisa kaya gitu, pasti gue juga akan ngerasain hal yang sama kaya lo, Sam."

Samuel pun mendongak disaat tengkuknya terasa sedikit hangat. "Woy, Kampret! Ngapain lo berdua ngintip-ngintip?"

"Engga, kita cuma penasaran aja sama orang yang udah bikin lo mendadak bloon gini. Kalau ngga salah, semenit yang lalu muka lo masih kusut."

Mendengar ucapan Kenio, Samuel pun langsung menghadiahkan sebuah pukulan di kepala temannya itu dengan kencang. Tak lupa juga dengan Rio di sebelahnya.

"Bangke! Kenapa kepala gue ikut-ikutan dipukul?" Tanya Rio sembari mengelus-elus kepalanya yang terasa sangat sakit. Sial, tenaga Samuel memang tidak pernah berubah dari dulu.

"Itu hadiah, karena lo juga ngintip-ngintip isi hp gue!"

Rio dan Kenio pun mencibik kesal. Kalau Samuel yang asli telah kembali, maka seperti ini lah akhirnya. Mereka berdua yang akan menjadi objek kesalahan fatal yang sebenarnya tidak seberapa dengan apa yang baru saja mereka lakukan.

Samuel pun menepuk keningnya. Ia lupa sesuatu! "Ah, gara-gara lo berdua, sih, gue jadi lupa bales pesan dari Keira!"

Dengan cepat, jari-jari tangan Samuel pun mengetik balasannya untuk Keira yang sempat terhambat karena perselisihan kecil yang ia dan kedua temannya ciptakan.

complicated feeling | ✓Where stories live. Discover now