Drtttt... Drrttt...
"Skype?"
CLICK...
"Haloo... Isyaaann!" seru pemuda bermata sipit.
"Hei, Rafa. Tumben, menghubungi via skype" ucap Isyana.
"Sudah makan?" tanya Rafael.
"Sudah" Isyana menunjukkan piring, sendok, maupun garpu yang berada di atas meja. Peralatan makan yang belum dibersihkan oleh Bibi Sumi.
"Bagus" Rafael memberikan jari jempolnya. "Sudah minum obat?" tanya Rafael.
"Belum" Isyana menggelengkan kepala.
"Minum obat sekarang...." sahut Rafael kemudian menatap Isyana lewat layar ponsel.
"Hnn..." sahut Isyana.
"Sekarang aku ingin lihat kamu minum obat" ucap Rafael dengan lebih tegas. Mata Isyana membola dengan sempurna.
"Apa?!" seru Isyana.
"Aku ingin lihat kamu minum obat, Isyan" ucap Rafael.
"Jadi, tujuan kamu skype hanya untuk melihat aku minum obat?!" Isyana seakan tak percaya dengan ucapan Rafael.
"Tepat sekali!" ucap Rafael tersenyum lebar.
"Apa bisa kamu sehari enggak gila, Rafa?" tanya Isyana memegang kening.
"Enggak bisa!" Rafael tertawa kecil.
Isyana melihat Rafael yang tertawa membuat perasaannya semakin kesal.
"Besok aku bawakan obat sirup. Kamu mau rasa apa? Jeruk lagi, strawberry, atau..."
"Apel" Isyana memotong ucapan Rafael.
"Oke. Aku bawakan tapi kalau sekarang kamu minum obat. Kalau tidak, ya, aku enggak ke sana" ucap Rafael dengan tersenyum.
"Mulai, deh, ancamannya" sahut Isyana. Rafael terkekeh.
"Minum obatnya, Isyan. Lalu, kamu istirahat" ucap Rafael.
"Kamu juga istirahat karena nanti malam butuh energi" ucap Isyana. Rafael menggelengkan kepala.
"Kerjaanku masih banyak" Rafael melirik whiteboard yang berada di depan mata.
"Sibuk, nih? Eh, sekarang lagi di basecamp?" tanya Isyana sambil mengambil botol sirup obat.
"Iya. Ini di basecamp bersama yang lain" ucap Rafael.
"Besar juga" sahut Isyana. Rafael tersenyum. "Sebentar... Biar kamu lihat kalau aku minum obat saat ini dan besok kamu harus datang ke sini!" ucap Isyana dengan tegas.
"Oke" sahut Rafael.
Isyana meletakkan handphone di atas meja makan dan menghadapkan ke arahnya. Tangan kanan Isyana mencari sendok yang bersih dan tangan kiri memegang botol sirup obat.
"Nih!" Isyana menuangkan sirup obat ke dalam sendok dan meminumnya.
"Satu kali lagi" ucap Rafael. Isyana mengulang menuangkan sirup obat ke sendok dan langsung meminumnya. "Minum air putih" ucap Rafael. Isyana pun mengambil gelas yang berisi air putih. "Setelah ini kamu istirahat. Jangan minum susu cokelat dulu. Setelah bangun tidur, baru boleh minum susu cokelat" Rafael menjelaskan.
"Nanti apapun hasilnya, jangan lupa memberitahu aku" sahut Isyana.
"Aku pasti menang" Rafael kembali terkekeh.
"Jangan lupa beritahu aku pada jam berapapun!" tegas Isyana.
"Aku enggak janji. Besok juga aku menemuimu. Jadi, kamu bisa melihat langsung keadaanku" Rafael tersenyum ke Isyana.
"Kalau begitu aku akan menunggumu hingga dini hari" ucap Isyana.
"Kamu harus istirahat, Isyan. Besok aku akan menemuimu. Janji" ucap Rafael. "Kenapa wajahmu seperti itu? Hmm" tanya Rafael saat melihat perubahan wajah Isyana yang kini terlihat murung.
"Maaf" sahut Isyana. Rafael mengangkat alisnya dan diam menunggu kelanjutan ucapan Isyana. "Kamu terlibat masalah karena aku" ucap Isyana.
"Tanpa kamu ikut campur, dia sudah memendam dendam. Jadi, jangan menyalahkan dirimu, Isyan" kata Rafael. "Sudah, jangan nangis. Aku enggak punya permen, loh" Rafael terkekeh.
"Rafa!" seru Isyana. Rafael tertawa melihat ekspresi Isyana.
"Waktunya istirahat. Kamu masih belum sehat. Lebih baik kamu konsumsi vitamin karena kamu sibuk menyiapkan charity. Jangan lupa ini acaramu. Kamu harus memberikan yang terbaik. Jaga kesehatan kalau tidak mau ke rumah sakit" ucap Rafael dengan serius. Isyana hanya diam mendengarkan. "Apa perlu aku cari vitamin dalam bentuk sirup?" goda Rafael.
"Raaaffffaaaa...." rengek Isyana.
"Apa itu artinya iya?" Rafael menaik turunkan alis. Isyana menutup mukanya dengan tangan. Rafael terkekeh melihat tingkah Isyana. "Gak harus besok, kan? Apotek enggak buka dini hari" ucap Rafael. Isyana menganggukkan kepala. "Istirahat, ya. Aku masih banyak kerjaan" ucap Rafael.
"Aku enggak ingin kamu kalah" sahut Isyana.
"Aku pasti menang" Rafael tersenyum.
"See you, Rafa" sahut Isyana. Rafael menganggukkan kepala.
CLICKK
Isyana memutus sambungan skype.
HOAAM...
Isyana mulai menguap kemudian berdiri dari tempat duduk. Meninggalkan ruang makan menuju kamar. Di tempat lain, Rafael melangkah pergi menuju ruang kerjanya. Menghabiskan waktu di sana sampai malam hari nanti.
YOU ARE READING
DIFFERENT WHY NOT [Revision]
FanfictionRevisi! Upload ulang. Alur cerita tetap sama hanya part lebih dipanjangkan daripada sebelumnya dan kalimat diubah menjadi baku. ----------------------------------------------------------------- Kita bagai koin. Dua sisi yang berbeda. Namun, apa ki...
![DIFFERENT WHY NOT [Revision]](https://img.wattpad.com/cover/52740961-64-k294899.jpg)