DWN 1 •

13.1K 308 18
                                        

"Sstt.. Sstt..." bisik pemuda sipit yang sedang duduk di bangku sebelah gadis berambut panjang setelah berhasil mengusir penghuni bangku tersebut.

"Apaan, sih?!" seru gadis berambut panjang yang memiliki iris cokelat.

"Isyan, ada surat untukmu" jawab pemuda sipit sambil memberikan surat dengan amplop berwarna merah jambu.

"Surat apaan? Untukmu saja" tolak Isyana dengan kening yang mengkerut.

"Masa' surat penggemar cowok untukku, sih? Ini buatmu!" ucap Rafael sambil memaksa surat tersebut untuk diterima Isyana. Isyana pun menerima dengan terpaksa. "Nah, begitu dong..." ucap Rafael setelah melihat surat sudah ada di tangan Isyana.

"Kebiasaan kamu suka memaksa" ujar Isyana.

"Namanya juga titipan" Rafael terkekeh. "Jangan lupa dibalas, ya. Anaknya sudah menunggu" lanjut Rafael.

"Itu urusanku untuk membalas atau tidak" jawab Isyana.

Rafael tertawa melihat si Miss Perfect. Isyana seorang gadis multitalenta yang memiliki paras cantik, berambut panjang gelombang, ahli memainkan berbagai alat musik, dan suaranya merdu. Siapa yang tak jatuh hati melihat Isyana si Miss Perfect. Begitulah sebutan untuk Isyana. Tidak ada yang berani mendekati Isyana, kecuali Rafael.

Rafael. Pemuda sipit yang mudah bergaul dengan siapa saja. Jika ditanya sifat dari Rafael maka jangan harap seperti Isyana. Rafael suka sekali berkelahi. Pemuda ini nomor satu untuk urusan berkelahi. Walaupun begitu, dia tetap ramah dengan siapapun. Bagi Rafael semua orang adalah sama sehingga dia santai dekat dengan Isyana, Si Miss Perfect.

"Sebentar lagi waktunya Mr Killer. Aku pergi dulu" ucap Rafael sambil melihat jam tangannya.

"Eitzz!! Kamu mau kemana?!" tanya Isyana sambil menarik kerah baju Rafael. "Bolos lagi?!" lanjut Isyana.

"Lepasin, Isyan! Tercekik leherku. Aku bolos juga bukan urusanmu" jawab Rafael berusaha melepaskan tangan Isyana.

"Pembalasan, Rafa.." batin Isyana.

"Isyaaannn!!" seru Rafael. Isyana hanya tersenyum sinis.

"Selamat pagi semua!" ucap pria dengan suara beratnya. Seketika ruang kelas menjadi sunyi. Itulah Mr Surya yang dijuluki dosen killer.

GLEEKK

Rafael seakan sulit untuk menelan ludah melihat situasi yang dia alami saat ini.

"Mampus.." lirih Rafael sambil melirik tajam ke arah Isyana. Isyana segera melepaskan tarikan di baju Rafael dan berpura-pura tidak terjadi apa-apa.

"Oh, ada Rafael. Tumben sekali kamu hadir di kelas saya. Tidak absen lagi?" sindir Mr Surya.

"Mau absen, Pak, tapi dicegah nenek lampir" ceplos Rafael. Seketika Isyana menginjak kaki Rafael. "Aduh! Sakit, Isyan!" seru Rafael sambil menoleh ke Isyana. Isyana masih menatap ke depan seakan bukan dia pelaku penginjakan kaki.

Perkuliahan pun dimulai. Rafael yang merasa dijebak menaruh kepalanya di bangku. Isyana tanpa disadari tersenyum kecil sambil melirik ke arah Rafael.

Seratus menit telah berlalu. Pembelajaran pun telah selesai. Perkuliahan Mr Surya adalah perkuliahan terakhir untuk hari ini.

Drrrtt... Drrttt...

"Halo, bro..." ucap Rafael lemas.

"........................................................."

"Suratnya sudah aku berikan. Lain kali, berikan sendiri!" ucap Rafael sambil mematikan ponselnya.

PIIP

Rafael segera bangkit dari bangkunya lalu keluar kelas. Isyana yang melihat punggung Rafael hanya menggelengkan kepalanya.

"Waktunya pulang" batin Isyana. Dia segera merapikan buku dan memasukkan ke tas. Tidak lupa surat yang dipaksa untuk diterima juga dimasukkan ke tas.

Isyana melihat Rafael sedang mengobrol dengan seseorang saat berjalan menuju tempat parkir. Namun, tidak dihiraukannya. Isyana mulai berjalan keluar kampus karena mobilnya terparkir di luar area kampus.

Tiittt... Tiitt...

Isyana mulai melangkah menuju pintu mobil setelah membuka kunci.

"Hei, Nona Cantik"

Isyana segera membalikkan badan. Dia melihat tiga pemuda yang berpenampilan berantakan.

"Kamu, Isyana, kan? Salah satu Nona Cantik dari kampus ini" ujar pemuda bertubuh cungkring.

"Kok, enggak dijawab, sih?" sahut pemuda lainnya sambil menghisap rokok lalu menghembuskan asapnya ke wajah Isyana.

UHUKKK! UHUUKK!

Isyana pun langsung terbatuk karena ulah pemuda yang berada di hadapannya. Tangannya bergerak untuk menghalau asap rokok.

"Eh, bro, jangan perlakukan diva kampus seperti itu" ucap pemuda bertubuh cungkring sambil tertawa. Dua temannya yang lain ikut tertawa.

"Berani juga tiga badut datang ke sini!!" teriak seseorang secara tiba-tiba dari arah belakang. Tiga pemuda yang sedang tertawa pun langsung menghentikan tawanya dan berbalik. "Kalian masih punya satu hutang babak belur ditanganku. Sekarang mau diubah menjadi dua, ya!?" lanjutnya sinis.

"Rafael..." sahut pemuda cungkring saat mengetahui sosok pemuda yang mengganggu kesenangannya.

"Kalian lupa ini kampusnya siapa?!" seru Rafael dengan wajah garang. "Cepat pergi dari sini karena aku sedang berbaik hati. Sekali lagi aku melihat kalian di kampus ini maka enggak segan aku menghajar kalian!" gertak Rafael. Tiga pemuda tersebut masih diam. "Cepat pergi!!" perintah Rafael. Tiga pemuda itu pun langsung meninggalkan tempat dengan muka yang marah merasa dipermalukan.

HAAH..

Ada helaan napas ketika berhasil mengusir tiga pemuda pengganggu tersebut.

"Kamu enggak apa-apa? Lain kali, jangan parkir mobil di luar kampus. Selain lebih mahal juga tidak ada pengawasan di sini" ucap Rafael berjalan mendekati Isyana.

"Aku terburu-buru jadi terpaksa parkir di sini. Apalagi parkiran kampus penuh" kata Isyana.

"Cepat masuk ke mobil. Pulanglah" ucap Rafael.

"Kamu enggak pulang?" tanya Isyana.

"Ada yang harus diselesaikan" sahut Rafael. Isyana masih diam dan menatap Rafael. "Apa perlu aku mengawal kamu?" goda Rafael.

"Enggak perlu. Terima kasih" ucap Isyana sambil masuk ke mobilnya.

Rafael pun menunggu hingga mobil yang dikendarai Isyana menghilang dari hadapannya.

"Kemana perginya tiga badut itu? Kemarin buat ulah malak uang anak kampus. Sekarang menggoda Isyan!" Rafael melihat kanan dan kiri untuk mengawasi keadaan serta mencari mangsa.

TAP TAP TAP

Rafael melangkahkan kaki untuk memastikan tiga badut tersebut tidak berada di sekitar kampus.

DIFFERENT WHY NOT [Revision]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora