DWN 7 •

2.5K 122 0
                                        

Sreekkk...

Isyana pun duduk setelah menggeser kursi. Rafael yang melihatnya mengerutkan kening.

"Eh, kamu seharusnya duduk di sebelah David. Kenapa jadi sebelah aku?" bisik Rafael.

"Suka-suka aku" balas Isyana dengan berbisik. David yang melihat Isyana duduk di samping Rafael hanya tersenyum. Senyum datar.

Pramusaji pun menghidangkan makanan yang telah dipesan.

"Selamat makan..." ucap Rafael lalu menggigit kerupuk.

"Doa dulu, Rafa" sahut Isyana. Rafael menengok ke samping. Kerupuk yang sudah tergigit rasanya sulit untuk ditelan.

"Iya" sahut Rafael. Rafael pun memanjatkan doa dalam hati kemudian menelan kerupuk yang telah digigit.

"David hobinya apa?" tanya Isyana. David yang mendapat pertanyaan dari Isyana tersenyum senang.

"Main alat musik. Terutama gitar" jawab David.

"Bisa, tuh, duet sama Isyan" sahut Rafael sambil menikmati makanan di depan mata.

"Apakah Isyana suka musik?" tanya David. Isyana pun mengangguk. Rafael mengunyah makanan sambil mengotak-atik ponselnya.

"Kamu ngapain, sih?" tanya Isyana sambil menengok ke samping. Isyana tak bisa menyembunyikan rasa ingin tahunya.

"Mengurus kerjaan. Aku sudah bilang lagi banyak kerjaan" ucap Rafael masih menatap ponselnya.

"Kerja app..."

"Isyana apa suka fashion?" tanya David sambil menatap Isyana. Isyana pun menatap ke depan.

"Kenapa?" tanya Isyana dengan heran.

"Karena aku melihat kamu cocok jadi model" jawab David. Isyana pun tersenyum.

"Terima kasih" sahut Isyana membalas ucapan David. "Apa kamu suka makan bakso?" tanya Isyana tiba-tiba. Rafael yang mendengar pertanyaan Isyana kemudian mengalihkan perhatiannya dari ponsel.

"Apa maksudnya bakso di pinggir jalan?" tanya David. Isyana pun mengangguk.

"Enggak suka" jawab David.

"Kenapa?" tanya Isyana dengan kening mengkerut.

"Karena enggak bersih dan pasti banyak lalat" jawab David.

"Namun, enggak semua seperti itu. Pasti ada penjual yang mengerti kebersihan" sahut Isyana menatap ke arah David.

"Lebih baik makan di kafe. Tempatnya cozy dan ada live music" ucap David sambil tersenyum.

Rafael masih menatap ke Isyana. Pemuda ini bingung mendengar Isyana secara tiba-tiba menanyakan tentang bakso. Bakso.

"Ada apa, Rafa?" ucap Isyana yang sadar jika Rafael menatapnya.

"Eh... Tidak apa-apa" sahut Rafael sambil menatap ke arah makanannya.

Drrrttt... Drrrtttt...

"Halo..." ucap David.

"............................"

"Oke, Pa..." sahut David menutup pembicaraan.

"Sorry, aku harus segera ke bandara karena harus menjemput Papa yang baru pulang dari luar negeri urusan dinas kantor" ucap David.

"Silahkan" sahut Isyana sambil tersenyum tipis.

"Raf, duluan ya" ucap David sambil menepuk bahu Rafael. Rafael pun menganggukkan kepala.



Setelah David pergi menuju basement mall.




"Pulangnya bagaimana ini?" sahut Rafael. Isyana tertawa kecil saat mendengar ucapan Rafael.

"Bagaimana jika aku yang mengantar?" sahut Isyana.

"Eh" Rafael menengok Isyana. "Serius?!" tanya Rafael. Isyana pun menganggukkan kepala.

"Sip" ucap Rafael mengacungkan jempolnya. "Si David pergi jemput Papanya. Kita tetap pergi nonton atau pul.....".

"Tetap nonton" potong Isyana. Rafael menganggukkan kepala menyetujui ucapan Isyana.

Setelah selesai makan mereka pun kembali ke bioskop untuk memilih film.

"Kita lihat film horor saja" ucap Rafael sambil melihat poster film horor luar negeri. Isyana mengerutkan keningnya.

"Enggak! Film drama percintaan saja" sahut Isyana sambil menunjukkan film bergenre drama cinta. Rafael melirik poster tersebut.

"Horor saja!" sahut Rafael.

"Drama, Raf!" ucap Isyana.

"Horor!!"

"Drama!!"

"Horor!"

"Drama!"

"Horor!"

"Drama!"

"Horor!"

"Drama!"

"Horor!"

"Drama!"

"Horor!"

"Drama!"

"Horor!"

"Drama!"

"Suit saja deh..." ceplos Rafael.





Akhirnya mereka duduk tenang di dalam bioskop.






"Filmnya sudah mulai tuh" sahut Isyana tersenyum senang.

Rafael hanya menunjukkan wajah jutek sedangkan Isyana duduk manis dan tersenyum bahagia. Isyana melirik ke arah Rafael yang terlihat kesal. Isyana terkekeh kecil saat mengetahui betapa manyun wajah Rafael saat ini.

"Huh!" dengus Rafael. Rafael pun memakan popcorn untuk meredakan rasa kesalnya.

"Ini film bagus diangkat dari kisah nyata" sahut Isyana.

"Apa peduliku Isyaaann?!" ucap Rafael dengan kesal. "Aku keluar, ya?" bujuk Rafael.

"Enggak! Tetap di sini, Rafael!" ancam Isyana sambil menatap tajam ke arah Rafael.

Rafael pun kembali menatap ke depan. Perlahan suasana yang sepi, kursi yang nyaman, dan udara dingin di ruangan membuat Rafael mengantuk.



"Hoaamm..."



Mata yang terjaga semakin lama semakin redup. Akhirnya, Rafael memejamkan mata, rasa lelah selama bekerja tak bisa dia kendalikan.

Isyana tersenyum saat melihat ke samping. Melihat wajah Rafael yang sedang terlelap. Dia pun kembali menatap layar film sambil memakan popcorn. Menikmati film drama percintaan yang dimenangkan dengan suit.

DIFFERENT WHY NOT [Revision]Where stories live. Discover now