Semua terkesima dengan penjelasan Rafael. Tidak terkecuali Isyana. Saat Rafael berbicara di depan, kesan berandalan itu menghilang, yang ada adalah kesan pengusaha muda.
"Aku tak salah memilihmu untuk bergabung, Rafael" batin Isyana.
"Oh, ya, satu lagi" ucap Rafael dengan wajah yang serius. "Jika acara ini sukses dan ternyata uang dari hasil mini konser ini ada yang mengambil maka aku tak segan mencari pencuri itu!" tegas Rafael.
Rafael memandang satu per satu anggota ekstrakulikuler musik yang hadir di rapat hari ini. Mereka menganggukkan kepala tanda menyetujui ucapan Rafael. "Kembali ke topik" sahut Rafael. "Kalian bisa pilih satu. Mau drama musical atau murni dari anggota kalian. Jika kalian terdesak tidak mendapatkan dana maka apakah kalian bersedia mengeluarkan dana?" ucap Rafael.
Anggota ekstrakulikuler musik memikirkan ucapan Rafael. "Setiap kegiatan memiliki resiko. Apakah kalian berani ambil resiko? Silahkan kalian diskusikan ini kembali" ujar Rafael.
"Bagaimana jika tempatnya di tengah halaman kampus?" tanya Ari.
"Jangan lupa perhitungan untuk membangun panggung yang aman" jawab Rafael.
"Kita butuh dana yang besar buat sewa dome kampus" Nami mulai pesimis.
"Jangan lupa ini!" ucap Rafael sambil melingkari kata S P O N S O R. "Apakah kalian lupa di sini banyak orang tua mahasiswa dari kalangan pebisnis?" sahut Rafael. "Ambil celah dari situ. Kalian perlu mengomunikasikan dengan penanggung jawab Dome Kampus untuk biaya dan keperluan Dome" ucap Rafael. "Kalian dapat menghitung berapa pengeluaran untuk acara ini dan mulai membuat proposal untuk disebarkan ke berbagai tempat termasuk ke perusahaan" ucap Rafael. "Mungkin ini hanya sedikit gambaran tentang kegiatan yang akan dilakukan. Untuk susunan acara, tiket masuk, atau publikasi lebih baik setelah kalian menyusun kepanitiaan" ucap Rafael sambil berjalan ke tempat duduk samping Isyana.
Saat Rafael kembali duduk, Isyana menepuk lengannya. Rafael pun menengok ke Isyana. Isyana memberikan dua jempolnya ke arah Rafael. Rafael pun tersenyum.
"Terima kasih" bisik Rafael. "Isyaann..." panggil Rafael berbisik.
"Hemm..." deham Isyana melihat ke arah Rafael.
"Lapar" sahut Rafael. Isyana mengangat satu alis.
"Sepertinya aku lupa berhadapan dengan si perut karet" ucap Isyana. Rafael pun terkekeh.
"Diskusinya masih lama?" bisik Rafael. Isyana hanya mengangkat bahunya tanda ketidaktahuan.
"Untuk ketua panitia, bagaimana kalau dipegang oleh Rafael?" ucap Ari. Rafael yang semula menghadap ke samping menjadi menghadap ke depan.
"Aku bukan dari ekstrakulikuler musik jadi lebih baik semua susunan panitia berasal dari kalian. Kalau nanti ada diskusi maka aku usahakan hadir" ucap Rafael. "Apa diskusi ini bisa aku tinggal?" ceplos Rafael. Isyana yang mendengar lalu mengambil buku di depannya dan memukul lengan Rafael. "Aduh!" sahut Rafael sambil memegang lengannya. "Lama-lama kamu berubah jadi monster!" sahut Rafael. Cubitan di lengan Rafael pun tak terelakkan. Bola mata Isyana sudah membulat sempurna.
Ruang diskusi yang semula serius berubah menjadi santai. Anak lain yang melihat ulah Rafael dan Isyana hanya menggelengkan kepala dan tersenyum.
"Untuk harga tiket masuk, lebih baik kita pasang harga berapa?" tanya Riana.
"Buat perbedaan. Tiap tribun beda harga. Tribun atas maupun bawah" sahut Rafael.
"Kalau harga lima puluh ribu rupiah dan seratus ribu rupiah?" usul Nami. Rafael menggelengkan kepalanya.
"Terlalu murah. Pasang saja tribun atas seratus ribu rupiah dan tribun bawah dua ratus ribu rupiah" sahut Rafael. "Jika ada yang mau membagi sepuluh barisan depan harganya dua ratus lima puluh ribu rupiah juga boleh" Rafael. "Di tiket, brosur maupun poster ditulis 100% For Charity" lanjut Rafael.
"Apakah banyak yang datang jika harganya segitu?" tanya Nami.
"Jangan lupa yang kita tampilkan seorang Diva" Rafael menengok Isyana dan mengangkat turunkan kedua alisnya saat Isyana melihatnya. Isyana hanya tersenyum melihat tingkah Rafael. "Untuk harga kembali ke forum. Jika tidak setuju, kalian yang mendiskusikan" ucap Rafael.
"Oke, Raf. Masukan darimu sangat membantu" ucap Rega. Rafael menganggukkan kepala.
Drrrttt... Drrrtt...
Rafael memperhatikan ponselnya kemudian membaca pesan masuk dan mulai asyik dengan ponselnya.
"Ini sampai jam berapa?" sahut Rafael dengan suara pelan ke arah Isyana.
"Pekerjaan lagi?" tanya Isyana. Rafael menganggukkan kepala.
"Kamu bisa keluar. Sepertinya sebentar lagi membahas susunan panitia" ucap Isyana.
"Beneran enggak apa-apa?" tanya Rafael.
"Iya" sahut Isyana.
"Nanti aku hubungi kamu setelah pekerjaanku selesai" ucap Rafael.
"Oke" sahut Isyana.
"Maaf! Ada pekerjaan jadi harus meninggalkan diskusi ini" sahut Rafael di tengah forum.
"Silahkan, Raf. Terima kasih kehadirannya" ucap Riana. Rafael menganggukkan kepala.
"Aku pergi dulu, Isyan" ucap Rafael berdiri dari tempat duduk kemudian tangannya bergerak untuk mengacak rambut Isyana.
"Kebiasaan!" sahut Isyana sambil merapikan rambutnya kembali.
Rafael pun terkekeh menuju pintu keluar. Rafael mulai melangkah menuju belakang gedung.
"Raf!" panggil seseorang.
"Ada apa, Qi?" sahut Rafael saat mengetahui yang memanggilnya adalah Risqi.
"Apa kamu sudah dengar kabar?" tanya Risqi.
"Tentang?" sahut Rafael.
"Ada yang mau duel dengan Miko" ucap Risqi.
"Duel di arena kan?" ucap Rafael.
"Dikhawatirkan bukan di arena" sahut Risqi.
"Siapa yang mau duel dengan Miko? Alasannya apa?" ucap Rafael.
"Tom. Masalah cewek" ucap Risqi.
"Kalau urusan cewek biar jadi urusan Miko. Kalau dia di pihak yang benar tetapi dibuat salah baru kita bertindak" ucap Rafael.
"Oh, ya, aku duluan! Masih ada kerjaan" sahut Rafael menepuk bahu Risqi.
"Kampus lain sudah tahu kalau kampus kita akan menampilkan Isyana" sahut Risqi. Rafael yang melangkah kemudian berhenti.
"Begitu cepat kabar itu menyebar" sahut Rafael.
"Kita tidak tahu musuh mana yang akan datang" ucap Risqi.
"Positife thingking saja. Mereka datang karena penggemar Isyana. Kita jangan gegabah" ucap Rafael.
"Tapi kamu sendiri tahu kan? Penggemar Isyana rata-rata tidak menyukaimu. Misalnya, Nathan dari kampus kita" ucap Risqi. Rafael menghela nafasnya.
"Huhungi Beno untuk menyelidiki ini. Terutama dari kampus dia, siapa saja yang datang" ucap Rafael. "Semoga tidak ada yang membuat ulah karena ini acara sosial" lanjut Rafael dengan tatapan tajam.
"Oke" ucap Risqi. "Apa kamu mau ke kantor?" tebak Risqi selidik.
"Iya. Ada meeting mendadak" sahut Rafael.
"Wah, Isyana kamu tinggal sendiri. Kamu kejam, Raf!" goda Risqi.
"Apaan, Qi?!" seru Rafael. Risqi pun terkekeh.
"Aku duluan. Sudah telat!" sahut Rafael.
Rafael pun berlari menuju parkiran belakang untuk mencari sepeda yang dia parkir.
BẠN ĐANG ĐỌC
DIFFERENT WHY NOT [Revision]
FanfictionRevisi! Upload ulang. Alur cerita tetap sama hanya part lebih dipanjangkan daripada sebelumnya dan kalimat diubah menjadi baku. ----------------------------------------------------------------- Kita bagai koin. Dua sisi yang berbeda. Namun, apa ki...
![DIFFERENT WHY NOT [Revision]](https://img.wattpad.com/cover/52740961-64-k294899.jpg)