Perkuliahan hari ini terasa singkat, dimulai pagi hari pukul 08.40-10.20 WIB. Kemudian dilanjutkan pukul 13.00-14.40 WIB.
Namun, bagi Isyana perkuliahan kali ini terlalu lama. Kepala Isyana semakin berdenyut dan mata Isyana mulai berair.
"Isyan.." bisik Rafael. Isyana menengok ke arah Rafael. "Are you okay?" tanya Rafael pelan. Isyana hanya tersenyum. Tangan kiri Rafael terangkat dan menempel di kening Isyana. "Badanmu panas. Setelah ini kita ke ruang kesehatan, ya" bujuk Rafael. Isyana menganggukkan kepala.
Tiga puluh menit lagi waktu menunjukkan jam sepuluh dan perkuliahan masih berlangsung hingga saat ini. Rafael harus menunggu hingga perkuliahan berakhir. Rafael mencuri kesempatan dengan mengotak-atik ponselnya dan sesekali melirik ke arah Isyana.
"Terima kasih atas waktunya. Kita bertemu minggu depan" ucap Mrs. Sari sebelum meninggalkan ruangan.
"Ayo, Isyan. Kita ke ruang kesehatan" ucap Rafael. Isyana berdiri dari tempat duduknya. Rafael dengan sigap memegang kedua lengan Isyana dari belakang. "Pelan-pelan jalannya" sahut Rafael.
TAP TAP TAP
Sepanjang menuju perjalanan, banyak mata yang melihat Rafael dan Isyana. Namun, tak dihiraukan oleh Rafael.
CKLEEKK
Rafael membuka ruang kesehatan dan terlihat Kido yang membawa bungkusan di tangannya.
"Terima kasih" ucap Rafael.
Kido pun meletakkan bungkusan tersebut di meja dan segera keluar dari ruang kesehatan. Isyana sudah duduk di tepi tempat tidur di ruang kesehatan.
"Kamu minum obat dulu ya" ucap Rafael. Isyana menggelengkan kepala. "Badan kamu panas, Isyan. Kamu harus minum obat" Rafael duduk di kursi samping tempat tidur.
"Pahit, Rafa" sahut Isyana pelan.
"Bukankah Rega pernah memberikanmu obat dan kamu menerimanya?" tanya Rafael.
"Kamu, kok, tahu? Aku, kan, enggak pernah cerita" Isyana menatap ke Rafael.
Rafael salah tingkah. "Eh.. Itu.. Mmm.... Eee...." Isyana tetap menunggu jawaban Rafael. Rafael menarik napas. "Aku minta tolong ke Rega memberikanmu obat" ucap Rafael.
"Aku enggak minum obatnya" sahut Isyana sambil tersenyum.
"Ternyata kamu susah untuk minum obat" ucap Rafael. "Tapi, untuk makan enggak susah kan?" tanya Rafael. Isyana tertawa kecil. "Kamu makan, ya. Aku suapin" ucap Rafael.
"Jangan dicampur sama obat" sahut Isyana.
"Enggak kok" Rafael mengalah.
Isyana pun menganggukkan kepala. Rafael mengambil bungkusan di tengah meja dan mengeluarkannya. Ada makanan, minuman, dan obat.
"Obatnya disingkirin dulu" ucap Isyana.
"Iya" sahut Rafael.
Rafael memasukkan kembali obat ke dalam bungkusan plastik berwarna hitam kemudian menyiapkan makanan untuk Isyana.
"Aku bisa makan sendiri" sahut Isyana.
"Aku suapin karena aku enggak yakin kasur ini tetap bersih jika kamu makan sendiri" ucap Rafael. Isyana menggembungkan pipinya. "Kamu bersandar saja di kepala tempat tidur" ucap Rafael. Isyana pun mengikuti saran dari Rafael. "Ini bubur ayam. Semoga kamu suka" ucap Rafael mulai menyendoki bubur ayam. "A a a a...." ucap Rafael.
Isyana membuka mulutnya dan Rafael mulai menyuapi dengan perlahan. Beberapa suapan telah masuk ke mulut Isyana.
"Sudah kenyang" sahut Isyana.
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT WHY NOT [Revision]
Fiksi PenggemarRevisi! Upload ulang. Alur cerita tetap sama hanya part lebih dipanjangkan daripada sebelumnya dan kalimat diubah menjadi baku. ----------------------------------------------------------------- Kita bagai koin. Dua sisi yang berbeda. Namun, apa ki...
![DIFFERENT WHY NOT [Revision]](https://img.wattpad.com/cover/52740961-64-k294899.jpg)