Isyana sudah ke alam mimpi dengan tidak membutuhkan waktu yang lama. Angin yang memainkan rambut seperti sihir untuk segera ke alam mimpi.
Rafael tersenyum dan memandang setiap inci wajah Isyana. "Selamat tidur, Isyan" bisik Rafael sambil menyisipkan helai rambut Isyana yang menutupi wajahnya ke belakang telinga.
Rafael kembali memejamkan mata menikmati kedamaian suasana taman belakang kampus dengan semilir angin yang berhembus.
Beberapa jam kemudian, matahari menunjukkan kekuatannya. Panas dan terik mengganggu alam mimpi dua insan yang sedang tidur. Pohon yang rindang pun tak mampu melindungi wajah mereka dari sengatan matahari.
"Hoaaamm" Isyana menguap beberapa kali. Dia menengok ke sebelah kanan dan melihat Rafael masih memejamkan mata. "Sudah jam satu siang" lirik Isyana ke arah jam tangan yang melingkar di tangan kirinya.
"Sudah bangun kamu, Isyan" sahut Rafael. Isyana sedikit terkejut mendengar suara Rafael. Gadis ini mengira jika Rafael masih tertidur. "Kamu lapar, enggak? Aku sudah lapar" ceplos Rafael melihat keterdiaman Isyana.
"Oke. Aku akan mentraktir. Mau makan dimana?" tanya Isyana.
"Apakah seorang Isyana bersedia kalau makan di warung bakso samping kampus?" tanya Rafael.
"Boleh" jawab Isyana menganggukkan kepala. Isyana tak pernah mempermasalahkan di mana dia makan. Terpenting tempat makan tersebut cukup bersih.
Rafael pun berdiri lalu membersihkan baju dan celana dari dedaunan. Setelah itu, tangan kanan Rafael terulur di hadapan Isyana. Isyana pun menerima uluran tangan Rafael untuk membantunya berdiri.
TAP TAP TAP
Kamu sering ke sini?" tanya Isyana sambil jalan menuju warung bakso. Rafael menganggukkan kepala.
"Kalau lagi mengantuk atau suntuk, ya, ke sini. Apalagi tempat ini sepi dari anak-anak karena jauh dari gedung kampus" jawab Rafael.
"Apakah banyak yang aneh-aneh di sini? Tempatnya, kan, sepi" tanya Isyana ingin tahu.
"Kalau yang berduaan ada tetapi masih wajar. Di sini masih aman. Enggak ada anak yang berbuat aneh-aneh kaya asusila. Jikapun ada tinggal melempari mereka pakai kerikil atau batu" jawab Rafael.
"Hobi kamu selain berantem itu tidur, ya" ucap Isyana yang beberapa kali memergoki Rafael yang sedang tertidur. Rafael hanya terkekeh mendengarnya.
"Rafael!" seru pemuda berkacamata tebal. Rafael pun menghentikan langkah kakinya.
"Edo.." ucap Rafael saat mengetahui sosok pemuda tersebut. Terlihat Edo sedang menghampirinya.
"Terima kasih, ya! Karena bantuanmu uang yang dirampas untuk bayar kuliah telah kembali" ucap Edo.
"Sama-sama. Apakah sudah kamu serahkan ke bagian keuangan?" tanya Rafael.
"Sudah. Baru saja dari bagian keuangan" jawab Edo sambil tersenyum lebar. Isyana mulai menerka-nerka siapa yang merampas uang Edo.
"Aku pergi dulu. Ada yang kelaparan" ucap Rafael sambil melirik Isyana. Isyana yang tahu maksud ucapan Rafael membalas dengan kening mengkerut. "Untuk ke depannya hati-hati. Kamu bisa menghubungiku kalau ada masalah lagi" lanjut Rafael melangkah pergi sambil menepuk bahu Edo.
Banyak sekali pertanyaan yang ada di otak Isyana setelah pertemuan dengan Edo.
"Apa orang yang merampas uang Edo ada hubungan dengan tiga orang kemarin?" tanya Isyana.
"Kenapa berpikiran begitu?" tanya Rafael mendengar pertanyaan Isyana.
"Kemarin kamu bilang mereka punya hutang babak belur di tanganmu. Apa karena ini?" jawab Isyana menerka-nerka.
YOU ARE READING
DIFFERENT WHY NOT [Revision]
FanfictionRevisi! Upload ulang. Alur cerita tetap sama hanya part lebih dipanjangkan daripada sebelumnya dan kalimat diubah menjadi baku. ----------------------------------------------------------------- Kita bagai koin. Dua sisi yang berbeda. Namun, apa ki...
![DIFFERENT WHY NOT [Revision]](https://img.wattpad.com/cover/52740961-64-k294899.jpg)