DWN 17 •

2.6K 124 0
                                        

"Kalian mau kemana? Apa pindah ruangan?" tanya Rafael saat melihat teman kelas berhamburan keluar ruangan.

"Mr. Arya enggak jadi masuk hari ini dan diganti dengan tugas" ucap Joe.

"Jadi, hari ini enggak ada perkuliahan?" tanya Rafael tersenyum senang.

"Iya. Aku duluan, Raf" ucap Joe meninggalkan Rafael dan Isyana.

"Tuhan berpihak kepada kita, Isyan" ucap Rafael menengok ke samping Isyana. Isyana menganggukkan kepala dengan perlahan. "Ayo, aku antar pulang. Kido sudah menunggu daritadi di parkiran" ucap Rafael.

"Dia enggak ada perkuliahan?" tanya Isyana.

"Perkuliahan dia sudah selesai sebelum jam sebelas" jawab Rafael.

TAP TAP TAP

Mereka berjalan perlahan menuju parkiran mobil. Saat sampai di depan mobil...

"Duh! Ada yang tertinggal di ruang kesehatan!" seru Rafael menepuk keningnya. "Kamu duduk saja di dalam. Aku ke ruang kesehatan dahulu. Mobil belakang itu Kido. Jadi, ada yang mengawasimu" Rafael membuka pintu. Isyana langsung menyandarkan kepala sewaktu sudah di dalam mobil. "Sebentar ya..." ucap Rafael. Isyana menganggukkan kepala. Tak lupa Rafael menyalakan mobil terlebih dahulu.

DRAAP DRAAP DRAAP

Rafael berlari menuju ruang kesehatan.

CKLEEKKK

Saat memasuki ruang kesehatan, Rafael melihat seorang gadis mendekap jaketnya.


"Riana" sahut Rafael.

Riana pun membalikkan badan dan bola mata membulat sempurna saat menatap Rafael.

"Aku mau mengambil jaketku" ucap Rafael.

"Ini..." Riana menyerahkan jaket yang didekapnya dan diterima oleh Rafael. "Apa karena dia jadi kamu menolakku?" tanya Riana.

Rafael tertegun mendengar pertanyaan Riana. Rafael menatap Riana. Bendungan air mata Riana tumpah. Aliran sungai kecil terbentuk di wajahnya.

"Apa, sih, kurangnya aku dibanding Isyana?" tanya Riana. Rafael hanya diam. "Aku lebih dahulu mengenalmu dibandingkan Isyana!" seru Riana.

"Kamu salah" sahut Rafael. "Aku lebih dahulu mengenal Isyana dibanding kamu. Aku juga enggak peduli Isyana mengenalku dahulu atau tidak" ucap Rafael.

BRRAAAKKK

"Tapi, karena dia, kan, kamu menolakku?!" Riana menggebrak meja.

"Emosional..." batin Rafael. "Aku menolak bukan karena siapa-siapa. Hatiku yang menolak dekat" ucap Rafael.

Hati Riana seakan tertusuk benda tajam. Terasa perih mendengar sebuah kejujuran.

"Jika kamu tahu, ada seseorang yang tak bisa menolakmu. Dia temanku" ucap Rafael membalikkan badan. "Dia selalu berkata jika kamu adalah Barbie tetapi dia bukan Ken yang ingin menjadi Ken yang dekat dengan Barbie" ucap Rafael.

"Bodoh!" sahut Riana sambil tertawa kecil.

"Jangan menangis. Perempuan cantik itu selalu tersenyum. Jika menangis hilanglah kecantikannya" ucap Rafael yang membelakangi Riana. Riana mengusap air matanya perlahan. "Aku pergi dulu. Aku harap kamu masih menerima Isyana sebagai teman" ucap Rafael.

"Beritahu temanmu jika ingin jadi Ken maka jangan bersembunyi!" ucap Riana.

"Oke" sahut Rafael.

"Aku akan tetap berteman dengan Isyana karena dia memang gadis yang baik" ucap Riana.

"Kalian berdua gadis yang baik" sahut Rafael mulai berjalan keluar dari ruang kesehatan.

DIFFERENT WHY NOT [Revision]Where stories live. Discover now