DWN 10 •

2.7K 112 0
                                        

"Isyana sama siapa tuh?!"

"Eh, lihat Rafael sama Isyana ke ruang musik"

"Kok dia sama Isyana?"

"Rafael jalan sama Isyana. Mau kemana mereka?!"

"Huh! Isyana!"

Terdengar berbagai komentar saat Isyana dan Rafael berjalan menuju ruang musik. Ruang musik dan ekstrakulikuler lainnya berada pada satu gedung. Gedung khusus tempat organisasi atau wadah menuangkan kreasi. Gedung organisasi dikelilingi oleh gedung-gedung perkuliahan yang disambungkan oleh lorong.

"Aku jadi perbincangan, ya?" sahut Rafael terkekeh.

"Enggak perlu kamu dengar ucapan mereka. Aku saja santai berjalan sama kamu" ucap Isyana.

"Kamu santai tapi lihat cowok-cowok itu memasang wajah asam!" bisik Rafael.

"Lihat juga cewek-cewek itu memasang wajah sinis!"bisik Isyana. Rafael pun terkekeh.

Baru sekarang Isyana melihat cewek-cewek yang menyapa Rafael. "Sepertinya mereka mengagumi Rafael" batin Isyana.

Beberapa kali ada gadis yang tersenyum ke Rafael. Rafael pun membalas dengan tersenyum.

"Aku baru tahu ternyata kamu memiliki penggemar" sahut Isyana sambil melirik ke Rafael. Rafael pun cuma menggaruk kepalanya.

"Eh, Raf!" panggil Rere. Rafael pun menghentikan langkahnya. Isyana pun ikut berhenti. "Beberapa hari ini kamu enggak ke arena, sih?!" sahut Rere.

"Tobat dahulu" Rafael pun tertawa. Isyana pun menengok ke Rafael. "Sudah dulu ya!" ucap Rafael kembali melangkah.

"Arena? Apa maksudnya?" tanya Isyana dengan penasaran.

"Arena tinju" sahut Rafael. Isyana pun mencubit pinggang Rafael. "Aduh!!" Rafael pun menengok ke samping.

"Jawab yang benar, Rafa!" sahut Isyana menengok ke Rafael.

"Itu sudah benar, Isyan! Arena tinju biasanya untuk berkelahi atau arena balap kalau ini bukan untuk tempat masak" Rafael terkekeh. Isyana memukul lengan Rafael dengan buku yang berada di tangannya. "Lama-lama badanku ini biru-biru semua karena dianiaya sama kamu!" ucap Rafael. Isyana pun menjulurkan lidah ke arah Rafael.

"Kamu balapan karena ada yang menantang atau karena gadis yang histeris melihatmu?" tanya Isyana.

"Dua-duanya" sahut Rafael. Isyana pun mengerutkan keningnya. "Jangan memasang tampang seperti itu. Kamu lucu" Rafael mencubit pipi kiri Isyana dan terkekeh.

"Ish!" sahut Isyana mengelus pipinya.

"Karena ada yang menantang. Untuk gadis yang histeris itu bonus. Seharusnya para gadis enggak berkeliaran tengah malam. Enggak baik untuk mereka atau mereka memang enggak baik" ucap Rafael memandang ke depan.

"Seharusnya kamu juga enggak berkeliaran" sahut Isyana.

"Pengecualian untukku" sahut Rafael tersenyum lebar.

MUSIC

Terlihat tulisan di depan pintu ruangan.

"Sepertinya bisa menambah satu wadah di gedung ini" ucap Rafael saat berdiri di depan pintu.

"Wadah apa?" sahut Isyana.

"Otomotif" ucap Rafael.

"Nanti kamu ajak mereka balapan" ucap Isyana.

"Daripada aku mengusulkan membentuk wadah tawuran" Rafael terkekeh. Isyana pun menggelengkan kepalanya.

"Ayo masuk" Isyana membuka pintu ruang musik.

DIFFERENT WHY NOT [Revision]Where stories live. Discover now