"Sialan!!" seru Natan yang masih melihat kiri dan kanan yang gelap.
Isyana perlahan berjalan mundur untuk menghindar dari Natan.
BRAAKK
Punggung Isyana seakan tertahan oleh seseorang. Terlihat tangan bergerak dan membungkam mulut Isyana. Sontak Isyana menengok ke arah belakang.
"Sssttt..." sahutnya.
Isyana yang mengetahui siapa yang berada di belakangnya menganggukkan kepala dengan perlahan. Tangan yang membungkam mulut Isyana perlahan menjauh dan bergerak untuk membalikkan badan Isyana. Setelah mereka berhadapan, tangan itu bergerak menuju kepala Isyana untuk merapikan rambut dan poni Isyana. Natan tak mengetahui itu karena membelakangi mereka.
"Sebentar.." sahutnya kemudian berjalan menuju Natan dengan kepalan tangan yang menahan amarah. Dia menepuk bahu Natan. Natan pun membalikkan badan.
BHUAAAKK
Pukulan keras dari tangan kanan ke wajah Natan tak terelakkan hingga Natan jatuh ke tanah.
"Sakit, kan?!" serunya. Natan pun berdiri dan mengusap bibirnya yang sedikit berdarah.
"Cih! Muncul juga kamu Rafael!" sahut Natan.
"Aku pernah memperingatmu! Jika kamu menyakiti Isyana maka kamu tahu harus berhadapan dengan siapa!" seru Rafael.
"Lebih baik kita selesaikan urusan ini! Aku sudah muak!" tantang Natan.
"Kita selesaikan di luar kampus!" ucap Rafael dengan tatapan mata tajam.
"Oke! Aku sudah lama ingin menghajarmu, Rafael!!" seru Natan.
"Tentukan saja waktunya kapan. Aku akan datang" ucap Rafael.
"Besok! Hari Sabtu jam 11 malam. Aku tunggu di gedung Arena!" sahut Natan.
"Kita tanding satu lawan satu. Kalau kamu kalah maka jangan bertindak kasar khususnya terhadap cewek!" seru Rafael.
"Deal! Tapi kalau aku yang menang, siap-siap jadi babuku!" seru Natan sambil menunjuk ke arah Rafael kemudian berbalik untuk pergi.
"Enggak akan!" sahut Rafael dengan senyuman sinis. Rafael pun membalikkan badan dan berjalan menuju Isyana.
TAP TAP TAP
"Aku antar kamu pulang" ucap Rafael saat berada di depan Isyana.
"Enggak mau!" ucap Isyana. Salah satu alis Rafael terangkat.
"Kenapa?" tanya Rafael.
"Kenapa enggak membalas smsku?" tanya Isyana dengan tatapan tajam. Rafael yang mendengar pertanyaan Isyana, bengong.
"Seharian ini aku tidur" ucap Rafael.
"Kalau kamu seharian tidur maka kenapa sekarang bisa ada di sini?" tanya Isyana.
" Aku sedang di basecamp. Risqi menghubungi Miko tentang kejadian di kantin kemudian Miko memberitahuku" jawab Rafael.
"Lalu, siapa yang mentransfer uang ke Ari?" tanya Isyana.
"Risqi" jawab Rafael. "Risqi yang menghubungi Ari tentang nominal uang yang harus aku bayar. Aku meminta bantuan Risqi untuk urusan transfer uang itu" Rafael menjelaskan.
"Kenapa kamu bisa tidur seharian? Jadinya, kamu enggak masuk kuliah!" ucap Isyana.
"Astaga, Isyan! Kamu kaya wartawan. Tanya mulu!" Rafael mencubit kedua pipi Isyana. Isyana hanya mengelus kedua pipinya. "Kalau kamu enggak mau pulang maka aku antar kamu ke UGD" ucap Rafael.
"Kenapa ke UGD?" tanya Isyana dengan heran.
"Untuk mengobati tangan kamu. Puskesmas sekitar sini enggak buka 24 jam" sahut Rafael.
"Enggak usah lebay, Raf!" sahut Isyana.
"Tanganmu merah, tuh!" tunjuk Rafael.
"Ini sudah biasa" lirih Isyana. Rafael mengerutkan keningnya.
"Tanganmu merah sudah biasa?!" tanya Rafael.
"Sudah sering kejadian. Sudah dari lama. Asal mereka enggak macam-macam itu sudah membuatku bersyukur" ucap Isyana menunduk.
"Kamu enggak bisa bela diri?" tanya Rafael. Isyana menggelengkan kepala. "Apa aku harus melatihmu bela diri, ya?" Rafael menggaruk kepalanya. "Kamu sewa pelatih untuk mengajarimu bela diri. Enggak perlu sampai tingkat atas. Untuk saat ini untuk melarikan diri" ucap Rafael. Isyana mengangkat kepalanya.
"Nanti aku pikirkan" sahut Isyana.
"Aku antar kamu pulang. Nanti aku akan cerita alasan enggak masuk perkuliahan hari ini" bujuk Rafael.
"Bagaimana caranya kamu pulang?" tanya Isyana.
"Kamu lihat mobil putih itu?" tunjuk Rafael. Isyana pun melihat ke arah Rafael maksud kemudian menganggukkan kepala.
"Itu mobilnya Risqi. Nanti dia mengikuti dari belakang. Risqi juga sudah tahu rumahmu. Kemarin dia juga yang menjemput aku dari rumahmu" ucap Rafael. "Sepertinya kamu belum makan ya?" tanya Rafael. Isyana menatap Rafael.
"Sudah, kok, tadi siang" jawab Isyana.
"Makan malam, Isyan" sahut Rafael.
"Belum" ucap Isyana.
"Apa kamu ingin kenalan dengan teman-temanku? Kalau kamu ingin kenalan nanti aku ajak mereka untuk makan bersama kita" ucap Rafael.
"Apa di dalam mobil itu selain Risqi juga ada dua temannya?" tanya Isyana. Rafael menganggukkan kepala. "Kita ajak mereka makan bersama" ucap Isyana.
"Aku akan sms mereka untuk memberitau hal itu" sahut Rafael.
HATCIUU
Isyana mulai bersin.
"Ayo segera masuk ke mobil" Rafael menggapai tangan Isyana dan memegangnya.
Saat di dalam mobil, Rafael mengetik pesan untuk Risqi dan Isyana mengambil kotak P3K yang berada di jok belakang. Rafael melirik ke arah Isyana.
"Orangtuamu tahu kalau tanganmu terkadang kemerahan?" tanya Rafael.
"Iya" sahut Isyana mengambil salep dan mengoleskan ke tangannya. "Apa orangtua kamu tahu kalau kamu sering berantem atau balapan?" tanya Isyana.
"Tahu" Rafael terkekeh sambil memasang safety belt untuk dirinya. "Sepertinya kamu harus belajar bela diri" ulang Rafael setelah melihat Isyana yang mengoleskan salep ke pergelangan tangan.
"Sepertinya begitu. Mama dan Papa juga sering bilang seperti itu" ucap Isyana sambil memasang safety belt.
"Ini serius. Kamu harus menyiapkan waktu kosong untuk belajar bela diri" ucap Rafael sambil menatap Isyana.
"Iya. Iya.." Isyana mengambil tissue dan menggosokkan ke hidung.
TAP
Telapak tangan Rafael menyentuh kening Isyana.
"Badanmu hangat. Kamu mulai bersin. Jaga kesehatan, Isyan" ucap Rafael.
"Kamu yang jaga kesehatan, Rafa. Sabtu malam kamu melawan Natan" ucap Isyana. Rafael terkekeh.
"Salah satu cara untuk menjaga kesehatan dengan cara makan" ucap Rafael sambil menyalakan mobil.
HUUSSHH...
Mobil melaju membelah keheningan kampus. Rafael melirik kaca spion, terlihat mobil putih berada di belakang mobil Isyana. Rafael tersenyum.
YOU ARE READING
DIFFERENT WHY NOT [Revision]
FanfictionRevisi! Upload ulang. Alur cerita tetap sama hanya part lebih dipanjangkan daripada sebelumnya dan kalimat diubah menjadi baku. ----------------------------------------------------------------- Kita bagai koin. Dua sisi yang berbeda. Namun, apa ki...
DWN 14 •
Start from the beginning
![DIFFERENT WHY NOT [Revision]](https://img.wattpad.com/cover/52740961-64-k294899.jpg)