Selama perjalanan ke ruang musik Rafael sering terkekeh. Rafael menarik napas dalam. "Waktunya serius" pikir Rafael.

CKLEEK

Isyana membuka pintu ruang musik. Hanya terlihat Riana.

"Kemana yang lain?" tanya Isyana.

"Sudah di ruang diskusi" sahut Riana. "Kita menunggu kalian saja" lanjut Riana.

"Maaf. Tadi masih ada urusan" ucap Isyana.

"Ayok ke ruang diskusi" ajak Riana. Isyana pun mengangguk.

Mereka sudah duduk mengelilingi meja bundar saat membuka ruang diskusi. Terdapat whiteboard di dekat jendela, LCD projector di tengah meja. Isyana dan Rafael pun berjalan ke arah dua kursi yang masih kosong di dekat whiteboard.

"Terima kasih sudah mau datang" sahut Rega. Rafael pun menganggukkan kepala dan duduk di samping Isyana.

"Konsep apa yang ingin kalian tampilkan?" tanya Rafael.

"Kami ingin menampilkan Isyana dengan tujuan menarik banyak penonton" ucap Rega.

"Dari jumlah penonton diharapkan dana yang kita dapat juga banyak" lanjut Nami.

"Ini murni untuk sosial?" selidik Rafael.

"Iya. Pure charity" ucap Rega.

"Kamu sungguh rela enggak dibayar sepeser pun, Isyan?" tanya Rafael. Isyana pun mengangguk. "Yakin?" sahut Rafael.

"Yakin. Ini kegiatan sosial. Lebih banyak yang didapat maka lebih baik dengan menyampingkan ego pribadi. Bukankah seperti itu?" ucap Isyana. Rafael pun tersenyum.

"Acaranya ingin dikemas seperti apa?" tanya Rafael.

"Itu yang kami bingung. Apakah kamu punya ide?" tanya Riana.

"Bagaimana kalo temanya mini konser?" tanya Rafael.

"Mini konser siapa?" tanya Isyana.

"Kamu, Isyan" jawab Rafael. Isyana pun memperlihatkan ekpresi terkejutnya.

"Kok, aku?" tanya Isyana.

"Mereka ingin kamu tampil. Kita buat sekalian sebagai mini konser" ucap Rafael. Mereka mulai memahami ide dari Rafael. "Bagaimana dengan yang lain?" tanya Rafael.

"Kami kembalikan ke Isyana. Apakah dia setuju dengan ide ini?" ucap Ari. Rafael pun melihat Isyana.

"Anggap saja latihan untuk konser sesungguhnya di masa depan" sahut Rafael tersenyum ke arah Isyana.

Isyana pun mengetuk meja dengan bulpointnya menandakan ada yang sedang dipikirkan.

"Enggak ada gunanya banyak piala atau piagam penghargaan kalau emggak dipraktikkan" ucap Rafael.

"Berapa lagu yang harus aku tampilkan?" tanya Isyana.

"Tiga sampai lima" sahut Rafael. "Tergantung pengisi acara lainnya" lanjut Rafael.

"Siapa pengisi acara lainnya?" tanya Nami.

"Kalian" jawab Rafael. "Ekstrakulikuler musik merupakan salah satu organisasi yang besar. Tampilkan yang kalian punya" lanjut Rafael sambil berdiri dan menuju whiteboard. "Kalian bisa menampilkan band, paduan suara, trio, duet, seriosa, dan puncaknya adalah Isyana" ucap Rafael sambil menulis di whiteboard. "Kalian juha bisa mengajak orang lain bergabung. Misalnya seni tari atau kelas akting untuk bergabung. Jika bekerja sama dengan pihak lain, kita bisa membuat drama musical" tulis Rafael.

"Butuh dana yang besar untuk itu" Iva pun mengeluarkan pendapat.

"Bagaimana dengan ini" Rafael menuliskan kata di whiteboard.

S P O N S O R


"Kita kerjasama dengan pihak luar. Kita beri mereka proposal tentang kegiatan kita. Jika mereka tak bisa memberikan barang maka dengan memberikan uang itu cukup" ucap Rafael.

"Tempatnya dimana?" ucap Iva.

"Kita lobi untuk pinjam Dome kampus. Karena ini sifatnya sosial, dapat ditanyakan apa bisa mendapat keringanan ataukah tetap membayar full. Syukur-syukur kalau gratis" ucap Rafael.

"Acaranya besar, dong" sahut Isyana.

"Semua tergantung kalian. Siap atau tidak untuk menyelenggarakan acara besar dengan niat sosial" ucap Rafael.

Semua terkesima dengan penjelasan Rafael. Tidak terkecuali Isyana. Saat Rafael berbicara di depan maka kesan berandalan itu menghilang. Kesan yang ada adalah pebisnis muda.

"Aku tak salah memilihmu untuk bergabung, Rafael" batin Isyana.

DIFFERENT WHY NOT [Revision]Where stories live. Discover now